4 research outputs found

    Study of lethality Value and Chemical Characteristics of “Keumamah-Processed Cuisine” for Development of Small and Medium Enterprise Product

    Get PDF
    Keumamah atau ikan kayu khas Aceh terbuat dari ikan Tuna dan biasanya diolah kembali menjadi masakan tradisiona loleh Usaha Kecil Menengah, salah satunya Kuah santan khas Aceh. Masa simpan produk Kuah santan Aceh yang pendek menyebabkan keterbatasan pemasaran produk. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan proses pengalengan menggunakan proses sterilisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan nilai sterilitas, mikrobiologi, cemaran logam dan sifat kimia yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat produkdari Usaha Kecil menengah. Sterilisasi dilakukan menggunakan alat autoclave dengan suhu operasi 121°C selama 20 menit. Produk dikemas menggunakan kaleng silinder dengan ukuran 72.63 x 53.04 mm (Ø x h). Faktor penentu sterilnya produk adalah nilai sterilitas (Fo). Selama proses sterilisasi berlangsung, tekanan pada autoclave berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Dari hasil penelitian diperoleh kadar air 68.3%, abu 2.29%, protein 16.6%, lemak 10.8% dan karbohidrat 2.01%. Cemaran logam berupa timbal, timah, merkuri dan arsen berturut-turut yaitu <0.042; <0.8; <0.005 dan <0.003 mg/kg sedangkan total bakteri didalam produk yaitu<10 koloni/g dengan total Salmonella negative/25g. Nilai sterilitas pada produk yaitu 9,58 menit dengan total energi 127.69 kcal/100g. Kata kunci : keumamah, makanan tradisional, kaleng, sterilisasi ABSTRACTKeumamah or Aceh dried-fish was made from Tuna fish and usually it was processed into traditional cuisine, Kuah-Santan Aceh, by Small and Medium Enterprise (SME). Kuah-santan Aceh cuisine has a short period of shelf life so it caused limited market of its product. From these problem, packaging technology using sterilizationis needed. The aim of this research were to determine lethality value, microbial total, metal contamination and chemical characteristics of the product. Sterilization method where thermal process is used as media to destroy spoilage microorganisms.Sterilization process had been done in an autoclave machine that operated at temperature of 121°C during 20 minutes, determined by lethality value (Fo).In this research the product was packaged in cylindrical cans of 72.63 x 53.04 mm (Ø x h). In sterilization process, autoclave’s pressure values were linear with temperature. The result showed that water 68.3%, ash 2.29%, protein 16.6%, fat 10.8% and carbohydrate 2.01%. Metal contamination i.e Lead (Pb), Tin (Sn), Mercury (Hg) and Arsen (Ar) respectively were <0.042; <0.8; <0.005 and<0.003 mg/kg while microbial total in product was <10 colony/g with the total of Salmonella was negative/25g. Lethality value (Fo) of the product canned was 9,58 minutes with the total energy of 127.69 kcal/100g. 

    Penggunaan Tepung pada Pembuatan Bawang Merah Goreng Enrekang: Kajian Tingkat Rendemen dan Nilai Gizinya

    No full text
    Telah dilakukan pengembangan produk bawang merah goreng di Kelompok Wanita Tani (KWT) Setia, Enrekang, Sulawesi Selatan dengan variasi penggunaan tepung terigu. Dalam kegiatan ini dilakukan pembuatan bawang goreng dalam tiga (3) variasi, yaitu: (1) original (tanpa penambahan tepung terigu); (2) grade A (penambahan tepung terigu 10 %); (3) grade B (penambahan tepung terigu 20 %). Evaluasi dilakukan terhadap rendemen serta karakteristik nilai gizi yang dihasilkan.Hasil menunjukkan bahwa penggunaan tepung terigu mampu menghasilkan rendemen bawang merah goreng 30 – 37 %, dibandingkan dengan tanpa penambahan tepung hanya sekitar 25 %. Pengamatan terhadap kadar air berkisar 10, 35 ± 0,71 % - 12,52 ± 0,34 %; kadar abu 3,02 ± 0,59 % - 6,22 ± 0,87 %; protein 8,32 ± 0,43 % – 12,97 ± 1,13 %; lemak 26,27 ± 0,49 % - 37,16 ± 3,37 % dan karbohidrat 35,96 ± 4,05 % - 47,09 ± 0,57 % (dalam berat kering/db). Hasil dari kegiatan ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pengolah bawang goreng untuk melakukan variasi produk olahannya, sehingga mampu bersaing dan menghasilkan lebih banyak. Dan bagi petani bawang merah, hasil ini diharapkan menjadi alternatif usaha paskapanen bawang merah, selain dijual dalam bentuk bawang merah sega

    PEMBUATAN PUPUK PADAT DARI HASIL SAMPING BIOGAS DI GUNUNGKIDUL

    No full text
    Utilization of biogas by-products is expected to increase the beneficial aspects of the existence of a biogas reactor as a source of input for small-scale agriculture, despite the main function as a renewable energy supply. In this study, formulation of solid fertilizer from biogas solid waste and evaluation of formulation yields have been done. Solid (sludge) waste from the biogas reactor were separated and mixed with another biomass for further processing into fertilizer or nutrients for plants. Two formulations have been made (3 kg each) with treatments of one week fermentation with once back stirring (P1) and two weeks fermentation with twice back stirring (P2) aimed to identify the difference between the two samples based on the quality of solid fertilizers produced. The evaluation tests were pH, water content, C-organic, C/N ratio, by-products substance, NPK total, Fe total, and Zn total. The data were analyzed statistically using independent t-test Parametric Statistic for normally distributed and/or homogeny data and also Mann Whitney Non-Parametric Statistic for the opposite. The test results of the fertilizer formula showed a pH value of around 6-7 with water content value of 52-67%. C-Organic value resulted was 25.89±3.10 (P1) and 21.35±1.99 (P2). The resulting C/N ratio was 25,89±3.10 (P1) and 21.35±1.99 (P2). By-products substances, NPK total, Fe total, and Zn total parameter were in accordance with the quality standard of solid fertilizer. Further development efforts are needed to adjust the moisture content of the developed formulation. Moisture content was estimated to affect shelf life, in relation to the number of live microbes as a quality control.Pemanfaatan hasil samping biogas diharapkan dapat meningkatkan aspek manfaat dari keberadaan reaktor biogas. Selain aspek ketersediaan energi, keberadaan teknologi biogas menjadi solusi yang sesuai untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi sumber input pada pertanian skala kecil. Selain menghasilkan gas metan, reaktor biogas juga menghasilkan hasil samping berupa padatan dan cairan dari pipa keluaran sistem reaktor biogas. Pada kegiatan ini, dilakukan 2 fokus kegiatan yakni formulasi pupuk padat dari limbah padat biogas dan pelatihan formulasi pupuk limbah padat biogas kepada Kelompok Tani dan Ternak Sedyo Mulyo. Untuk formulasinya, limbah padat dan cair dari reaktor biogas tersebut dipisahkan untuk diproses lebih lanjut(slurry/sludge) menjadi pupuk atau nutrisi untuk tanaman. Pupuk padat dengan menggunakan limbah padat biogas dicampur dengan biomassa lain. Hasil pengujian formula pupuk menunjukkan nilai pH yakni sekitar 6-7. Untuk nilai kadar airnya yakni sebesar 52-67%. Perkembangan lebih lanjut diperlukan upaya untuk penyesuaian kadar air pada formulasi yang dikembangkan. Kadar air diperkirakan mempengaruhi umur simpan, kaitannya dengan jumlah mikroba hidup sebagai kontrol kualitas
    corecore