16 research outputs found

    Analisis Penentuan Jenis Fluida Pendorong Menggunakan Metode Material Balance Berdasarkan Nilai Recovery Factor Pada Lapangan “Arl” Petrochina International Jabung Ltd

    Full text link
    Lapangan “ARL” telah berproduksi sejak bulan Januari 2001. Diketahui bahwa mekanisme pendorong yang bekerjapada reservoir ini merupakan water drive. Untuk meyakinkan hasil tersebut, maka dilakukan pengkajian ulang denganmenggunakan metode yang berbeda sebagai bahan validasi. Berdasarkan analisa mekanisme pendorong yang telahdilakukan dengan menggunakan metode material balance, reservoir lapangan ini benar memiliki jenis Water DriveMechanism sebagai mekanisme pendorongnya dimana tenaga pendorong terbesarnya didominasi oleh air, yaitu WaterDrive Index (WDI) 74,1%, Untuk meyakinkan hasil analisis dengan menggunakan metode material balance tersebut,maka dilanjutkan dengan perhitungan recovery factor dengan metode decline curve.Nilai recovery factor yang didapat dari hasil perhitungan ini adalah 37,58% dengan prediksi kumulatif minyak sampaiSeptember 2013 ini adalah sebesar 21.432 MBBL dan Remaining Reserve (RR) sebesar 11.357 MBBL, makaLapangan “ARL” ini masih menyisakan cadangan (EUR) sebesar 32.789 MBBL.yang secara teori membenarkanbahwa tingkat perolehan berkisar 35-75% merupakan kisaran efisiensi perolehan minyak pada jenis water drivereservoir

    Analisis Kerusakan Formasi Berdasarkan Data Pressure Build Up Dengan Metode Horner Plot Untuk Menentukan Kerusakan Fomasi Sumur X Pada Lapangan Pertamina Ep Asset 1 Field Rantau

    Full text link
    Kerusakan formasi adalah salah satu penyebab terjadinya penurunan laju produksi suatu sumur, seperti pada Pertamina EP Asset 1 Field Rantau pada sumur x yang mengalami penurunan laju produksi yang diduga mengalami kerusakan formasi. Untuk menentukan adanya kerusakan formasi suatu sumur dapat dilakukan uji pressure build up dengan metode Horner Plot. Uji pressure build up dilakukan dengan cara memproduksi suatu sumur dalam selang waktu tertentu dengan laju aliran yang konstant, kemudian menutup sumur tersebut. Dari uji tersebut akan didapat data yaitu data petrofisik (kedalaman lapisan, ketebalan lapisan, dan porositas), data fluida reservoir (faktor volume formasi, kompressibilitas total, dan viskositas oil), dan data pendukung lainnya (laju aliran fluida, jari-jari sumur, waktu produksi, tekanan stastik sumur dan tekanan kepala sumur). Dari uji pressure build up juga didapat data tekanan, Perubahan waktu (Δt), serta temprature, sehingga dapat dihitung horner time. Dari data tersebut dapat dibuat kurva horner plot antara tekanan (PWS) dengan horner time. Dari kurva Horner Plot diperoleh persamaan logarithmic y=-18,2.ln(x)+674,0 dengan nilai R²=0,99. Dari persamaan ini dapat digunakan untuk menetukan slope, tekanan dasar sumur (Pwf), tekanan reservoir (P*), tekanan 1 jam (P1jam). Hasil analisis dari data yang didapat yaitu permeabilitas 49,466 mD, skin +34,840, Perubahan tekanan akibat skin (ΔPskin) 382,370 psi, productivity indexs ideal 0,738 bbl/day.psi, productivity indexs actual 0,208 bbl/day.psi, dan flow efficiency 0,282 dengan radius investigation 2397,400 ft yang menunjukan bahwa sumur X lapangan Pertamina EP Asset 1 Field Rantau mengalami kerusakan formasi

    Evaluasi Hasil Aplikasi Hydraulic Fracturing Pada Reservoir Karbonat Sumur Bcn-28 Di Struktur App PT Pertamina Ep Asset 2 Pendopo Field

    Full text link
    PT Pertamina EP dalam rangka mengoptimalkan produksi melakukan berbagai inovasi terhadap sumur di struktur APP, termasuk salah satunya di sumur BCN-28. Sumur BCN-28 memiliki permeabilitas rendah yaitu 5 mD, cadangan sisa 201 MSTB dengan tekanan reservoir 1721 sedangkan laju aktualnya hanya 8 bopd, sehingga pada tanggal 25 Agustus 2012 dilakukan hydraulic fracturing. Hydraulic fracturing harus di evaluasi keberhasilannya untuk dapat dijadikan refrensi. Dalam evaluasi keberhasilan hydraulic fracturing dengan menggunakan data produksi, data reservoir dan geometri rekah, akan dilihat model rekahan, indeks produktivitas yang dihasilkan dari geometri rekahan, pengaruh proses hydraulic fracturing terhadap permeabilitas formasi serta kurva IPR setelah dilakukan hydraulic fracturing. Secara umum tahapan pada hydraulic fracturing adalah tubing pressure test, tubing pickling, step rate test, minifrac dan mainfrac. Pada proses hydraulic fracturing data dianalisa dengan anggapan bahwa model rekahan yang dapat terbentuk adalah model 2D, yaitu model PKN (Perkins, Kern & Nordgren). Analisa model PKN tersebut menghasilkan geometri rekahan (xf, hf, dan wf). Selanjutnya digunakan untuk memperkirakan perbandingan indeks produktivitas (J/Jo) dengan metoda CSD (Cinco-Ley, Samaniego dan Dominique) dan persamaan vogel. Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laju produksi sebesar 109 BOPD, perkiraan indeks produktivitas pada sumur BCN-28 dengan metoda CSD sebesar 2.28 sedangkan persamaan vogel didapat productivity index sebesar 1.6 dan perkiraan permeabilitas formasi dengan persamaan Howard and Past sebesar 13.178 md

    Desain Sucker Rod Pump Untuk Optimasi Produksi Sumur Sembur Alam L5a-x Di Pertamina Ep Asset 2 Field Limau

    Full text link
    Sumur yang terus berproduksi akan mengalami penurunan tekanan reservoir dan akibatnya produktifitas sumur menurun, maka perlu ditambah tekanan agar fluida dapat mengalir ke permukaan, yaitu melalui metode pengangkatan buatan (artificial lift)[1]. Dalam perencanaannya dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (perhitungan) berupa besarnya laju produksi sumur. Penurunan produksi yang terjadi pada sumur sembur alam L5A-X struktur Niru hanya mencapai 41,67 BOPD [2]. Oleh sebab itu dibutuhkan metode pengangkatan buatan agar sumur dapat berproduksi secara optimal. Metode artificial lift yang dipilih adalah menggunakan sucker rod pump. Pemilihan alat ini dilakukan berdasarkan laju produksi sumur yaitu, melalui analisis kurva inflow performance relationship (IPR). Dari hasil análisis kurva IPR sumur L5A-X struktur Niru masih produktif untuk menghasilkan fluida yaitu sebesar 594,12 BFPD. Untuk merencanakan setiap komponen-komponen pompa maka dilakukan perhitungan secara teoritis. Hasil perhitungan optimasi pompa untuk sumur L5A-X jenis pompa yang digunakan adalah tipe pompa Tubing Heavy Wall Barrel (TH). Parameter pemilihan pompa, yaitu diameter plunger sebesar 2 ¼ in dan diameter tubing 2 7/8 in. Dengan merencanakan kecepatan pemompaan 7 SPM, panjang langkah pemompaan 144 inch dan kombinasi ukuran rod yang akan dipakai, yaitu ¾ in, 7/8 in, 1in maka, diperoleh laju produksi sebesar 578,62 BFPD. Dapat disimpulkan metode yang efektif untuk sumur produksi L5A-X adalah metode artificial lift dengan menggunakan sucker rod pump

    Optimasi Produksi Hasil Perencanaan Sucker Rod Pump Terpasang Pada Sumur Tmt-y Di Tac-pertamina Ep Golwater Tmt

    Full text link
    Sumur TMT-Y menggunakan sucker rod pump sebagai metode pengangkatan buatan dalam memproduksikan minyak. Data pada bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa efisiensi volumetris sumur tersebut masih dibawah 70% sehingga perlu dilakukan peningkatan efisiensi volumetris diatas 70%. Peningkatan dilakukan dengan menggunakan cara trial and error terhadap parameter stroke length dan kecepatan pompa. Berdasarkan kemampuan berproduksi sumur, sumur TMT-Y belum mencapai produksi optimum sebesar 1195.58 bpd. Untuk menghasilkan produksi optimum sebesar 1195.58 bpd tersebut didapatkan nilai stroke length 192 inchi dan kecepatan pompa 12 spm

    Evaluasi Persiapan Dan Pelaksanaan Proyek Komersialisasi Gas Lapangan X Untuk Memenuhi Syarat Volume Dan Tekanan Pada Kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (Pjbg) Di PT Pertamina Ep Asset 1 Field Jambi

    Full text link
    PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi saat ini sedang melaksanakan kerjasama dengan BUMD Muaro Jambi berupa kegiatan jual beli gas, ditandai dengan dibuatnya kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara pihak PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi selaku penjual dan pihak BUMD Muaro Jambi selaku pembeli. Pertamina Jambi akan memproduksi gas sesuai dengan syarat dan spesifikasi yang tertera pada kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG), yaitu volume gas sebesar 2,5-2,8 MMSCFD dan tekanan gas sebesar 100-200 psig, dimana persyaratan ini menyesuaikan dengan spesifikasi fasilitas yang ada di CNG Station milik BUMD Muaro Jambi. Guna memenuhi kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang telah disepakati tersebut, pihak Pertamina Jambi melaksanakan Proyek Komersialisasi Gas pada Lapangan X. Persiapan yang matang diperlukan agar pelaksanaan proyek ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan persyaratan pada perjanjian, maka dari itu diperlukan evaluasi pada tahap persiapan dan pelaksanaan Proyek Komersialisasi Gas pada Lapangan X. Persiapan Proyek Komersialisasi Gas telah berjalan dengan baik. Persiapan tersebut yaitu pada fasilitas produksi, berupa separator, gas scrubber dan gas filter separator yang telah dapat memisahkan dan menyalurkan gas yang sesuai dengan permintaan konsumen serta persiapan pada sumur produksi berupa pemilihan bean 13 mm untuk memproduksikan gas sebesar 2,8389 MMSCFD dan tekanan sebesar 140 psig sesuai dengan permintaan konsumen. Dengan persiapan yang baik tersebut maka pelaksanaan Proyek Komersialisasi Gas pada Lapangan X berjalan dengan lancar dengan dialirkannya gas sesuai dengan syarat dan spesifikasi yang tertera pada kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi selaku penjual dan BUMD Muaro Jambi selaku pembeli

    Analisis Kinerja Progressive Cavity Pump (Pcp) Pada Sumur Kas 273, Lapangan Kenali Asam PT Pertamina Ep Asset I Jambi

    Full text link
    Metoda produksi minyak dari dalam sumur produksi dibagi menjadi dua, yaitu sembur alam (natural flow) danpengangkatan buatan (artificial lift). Sembur alam merupakan metoda mengalirnya fluida dari zona perforasi kepermukaan sumur secara alamiah, hal ini disebabkan tekanan reservoir yang mendorong fluida naik ke permukaanmasih tinggi. Seiring dengan waktu berproduksi, maka terjadi penurunan tekanan reservoir dan keadaan inimenyebabkan berkurangnya produksi sumur tersebut. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan carapengangkatan buatan (artificial lift). Artificial lift adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan tekanan hisapsehingga reservoir dapat merespon dan menghasilkan laju produksi fluida yang diinginkan. Progressive Cavity Pump(PCP) adalah salah satu alat yang digunakan dalam metoda artificial lift. PCP sangat baik diaplikasikan pada sumuryang mengandung pasir, mampu mengatasi problem minyak parafin dan cocok untuk pengangkatan minyak berat.Progressive Cavity Pump (PCP) merupakan jenis pompa putar (rotary pump) yang terdiri dari dua komponen utamayaitu rotor dan stator. Sumur KAS 273 adalah salah satu sumur migas yang terdapat di lapangan Kenali Asam PTPertamina EP Asset I Jambi. Besarnya nilai laju kritis air (Qc) adalah 35,84 bpd dan laju kritis pasir (Qz) sebesar 39,65bpd. Berdasarkan analisis kurva IPR Vogel diperoleh laju produksi maksimum (Qmaks) sebesar 40,49 bpd. Dari hasilevaluasi yang dilakukan didapat laju optimal (Qopt) sebesar 80% dari laju produksi maksimum yaitu 32.39 bpd dengannilai total dinamic head 1022,48 ft dan kecepatan pemompaan 72 RPM
    corecore