12 research outputs found

    Treating childhood intermittent distance exotropia: a qualitative study of decision making

    Full text link
    BACKGROUND: Engaging patients (parents/families) in treatment decisions is increasingly recognised as important and beneficial. Yet where the evidence base for treatment options is limited, as with intermittent distance exotropia (X(T)), this presents a challenge for families and clinicians. The purpose of this study was to explore how decisions are made in the management and treatment of X(T) and what can be done to support decision-making for clinicians, parents and children. METHODS: This was a qualitative study using face to face interviews with consultant ophthalmologists and orthoptists, and parents of children with X(T). Interview data were analysed using the constant comparative method. RESULTS: The drivers for clinicians in treatment decision-making for X(T) were the proportion of time the strabismus is manifest and parents’ views. For parents, decisions were influenced by: fear of bullying and, to a lesser degree, concerns around the impact of the strabismus on their child’s vision. Uncertainty around the effectiveness of treatment options caused difficulties for some clinicians when communicating with parents. Parental understanding of the nature of X(T) and rationale for treatment often differed from that of the clinicians, and this affected their involvement in decision-making. Though there were good examples of shared decision-making and parent and child engagement some parents said the process felt rushed and they felt excluded. Parents reported that clinicians provided sufficient information in consultations but they had difficulties in retaining verbal information to convey to other family members. CONCLUSIONS: Overall parents were happy with the care their child received but there is scope for better parent and (where appropriate) child engagement in decision-making. There was an expressed need for written information about X(T) to reinforce what was given verbally in consultations and to share with other family members. Access could be via the hospital website, along with videos or blogs from parents and children who have undergone the various management options. A method of assisting clinicians to explain the treatment options, together with the uncertainties, in a clear and concise way could be of particular benefit to orthoptists who have the most regular contact with parents and children, and are more likely to suggest conservative treatments such as occlusion and minus lenses. ELECTRONIC SUPPLEMENTARY MATERIAL: The online version of this article (doi:10.1186/s12886-015-0087-y) contains supplementary material, which is available to authorized users

    Analisis Pengaruh Koneksi Politik dan Gender Diversity terhadap Fee Audit

    Full text link
    Audit fee merupakan kompensasi yang didapatkan akuntan publik dari Perusahaan atas jasa audit yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apkah koneksi politik dan gender mempengaruhi besarnya biaya audit yang diberikan Perusahaan kepada akuntan publik. Data sekunder yang digunakan berbentuk laporan tahunan Perusahaan yang go public pada periode 2015-2018. Sampling yang diguankan adalah purposive sampling dengan jumlah data sebanyak 407 Perusahaan. Sedangkan variabel atau atribut penelitian diantaranya fee audit digunakan untuk variabel terikat, serta hubungan politik dan gender CEO dipergunakan sebagai variabel bebasnya. Untuk analisis data menggunakan pendekatan regresi linier berganda melalui penggunaan uji asumsi klasik. Hasilnya, hubungan politik dapat meningkatkan biaya audit dan gender CEO tidak signifikan terhadap biaya audit. Batasannya adalah pengungkapan biaya audit dalam laporan tahunan masih bersifat sukarela, yang berakibat pada masih banyaknya Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sampel. Variabel yang digunakan dibatasi pada jenis kelamin direksi CEO tanpa melibatkan jenis kelamin dewan komisaris dan komite audit. Kata kunci: hubungan politik, keragaman gender, biaya audi

    PENGANTAR MANAJEMEN DAN BISNIS

    Full text link
    Semua orang bisa menjalankan bisnis, apabila memiliki modal, maka mereka bisa memulai usahanya. Dalam bisnis ada banyak komponen yang diatur agar mencapai tujuan bersama dan menjulang keuntungan. Bisnis bisa berjalan dengan baik jika di dalamnya terdapat sistem yang berjalan dengan baik. Umumnya sistem itu berhubungan dengan manajemen bisnis yang baik diikuti dengan inovasi yang terus dilakukan tanpa henti. Istilah Manajemen merupakan sebuah proses merencanakan, mengorganisasi sampai mengendalikan kegiatan apa pun termasuk usaha. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien melalui pemanfaatan sumber daya. Manajemen bisnis bisa berjalan dengan baik jika beberapa poin ini di bawah ini diterapkan: Memahami jenis usaha yang dilakukan sejak awal, Melakukan analisis produk dan persaingan dagang yang akan terjadi, Melakukan pemasaran yang tepat, Selalu melakukan pengecekan pada laporan keuangan, Selalu melakukan evaluasi pada produk dan SDM pada jangka waktu tertentu. Dengan menerapkan manajemen bisnis berbagai sektor bisa berjalan dengan baik dan akan meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan berbagai sektor. Oleh karena itu buku ini hadir kehadapan sidang pembaca sebagai bagian dari upaya diskusi sekaligus dalam rangka melengkapi khazanah keilmuan dibidang manajemen bisnis, sehingga buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan acuan bagi kalangan intelektual dilingkungan perguruan tinggi ataupun praktisi yang berkecimpung langsung dibidang manajemen bisnis

    KINERJA KARYAWAN (TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIS)

    Full text link
    Kinerja karyawan merupakan hasil kerja seseorang secara kualitas dan kualitas sesuai dengan standar yang telah ditentukan berdasarkan tanggung jawab yang diberikan. Alasan perusahaan melakukan penilaian kinerja, (1). Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang. (2). Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawan memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan karier dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer dengan karyawan, (3). Memiliki kemampuan tentang gambaran kinerja karyawan. (4). Memiliki pemahaman terkait format skala dan instrumennya. (5). Termotivasi untuk melakukan pekerjaan rating secara sadar. Kegunaan penilaian kinerja karyawan dilihat dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, yaitu: (1) Memudahkan manajemen untuk melakukan kesepakatan secara objektif dan rasional dengan karyawan (2). Terjadinya umpan balik pihak yang terlibat untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan (3). Memudahkan dalam mengambil keputusan terkait pemberian upah atau bonus atau kompensasi lainnya atas prestasi kerja karyawan. (4). Membantu dalam melakukan promosi, keputusan penempatan, perpindahan, dan penurunan jabatan didasarkan prestasi kerja. (5). Merekomendasikan pelatihan dan pengembangan bagi peningkatan kinerja karyawan (6). Umpan balik dijadikan panduan dalam perencanaan dan pengembangan karier karyawa
    corecore