16 research outputs found

    Perkembangan Kota Lama Tangerang dan Potensinya sebagai Destinasi Wisata Pusaka

    Full text link
    Kawasan Kota Lama Tangerang termasuk dalam Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Sosial dan Budaya yaitu kawasan bersejarah seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang. Di dalam kawasan Kota Lama Tangerang terdapat kawasan inti yang terdiri dari tiga blok utama yaitu Blok Kota Lama, Blok Masjid Agung-Pendopo dan Blok Stasiun Kereta Api. Blok Kota Lama adalah kawasan dengan fungsi/aktivitas yang lebih di dominasi oleh kawasan heritage dengan bangunan cagar budayanya dan permukiman yang masih mempertahankan karakter jalannya dan beberapa rumah yang masih mempertahankan arsitektur Tiongkok. Di dalam Blok Kota Lama terdapat dua blok perkampungan etnis yaitu Blok Perkampungan Tionghoa (pecinan) dan Blok Perkampungan Muslim. Tradisi dan budaya lokal yang dipengaruhi oleh etnis Tionghoa dan etnis Pribumi masih dilestarikan sampai saat ini. Sehingga Kota Lama Tangerang berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata pusaka. Namun sejalan dengan dinamika Kota Tangerang yang terus berkembang dengan pesat, peninggalan bangunan-bangunan bersejarah telah mengalami Perubahan bentuk dan fungsi, penurunan kualitas lingkungan dan bahkan kehancuran. Selain itu Pemerintah Kota Tangerang belum mempunyai Perda Cagar Budaya. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan Kota Lama Tangerang kehilangan nilai-nilai historisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan Kota Lama Tangerang dan potensinya sebagai destinasi wisata pusaka. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini berparadigma pada pendekatan induktif dan metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Blok Kota Lama memiliki pusaka budaya ragawi, pusaka budaya tak ragawi dan pusaka alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata pusaka. Blok Kota Lama memiliki beberapa benda cagar budaya yang ditetapkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) diantaranya yaitu Kelenteng Boen Tek Bio, Rumah Arsitektur Cina (Museum Benteng Heritage), Masjid Jami dan Makam Kalipasir. Perkembangan Blok Perkampungan Pecinan saat ini sangat memprihatinkan. Wajah bangunan khas pecinan sebagian besar sudah berubah menjadi bangunan moderen dan bangunan budidaya walet. Hanya tinggal sedikit saja bangunan yang masih berciri khas pecinan

    PERKEMBANGAN KOTA LAMA TANGERANG DAN POTENSINYA SEBAGAI DESTINASI WISATA PUSAKA

    Get PDF
    ABSTRAKKawasan Kota Lama Tangerang termasuk dalam Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Sosial dan Budaya yaitu kawasan bersejarah seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang. Di dalam kawasan Kota Lama Tangerang terdapat kawasan inti yang terdiri dari tiga blok utama yaitu Blok Kota Lama, Blok Masjid Agung-Pendopo dan Blok Stasiun Kereta Api. Blok Kota Lama adalah kawasan dengan fungsi/aktivitas yang lebih di dominasi oleh kawasan heritage dengan bangunan cagar budayanya dan permukiman yang masih mempertahankan karakter jalannya dan beberapa rumah yang masih mempertahankan arsitektur Tiongkok. Di dalam Blok Kota Lama terdapat dua blok perkampungan etnis yaitu Blok Perkampungan Tionghoa (pecinan) dan Blok Perkampungan Muslim. Tradisi dan budaya lokal yang dipengaruhi oleh etnis Tionghoa dan etnis Pribumi masih dilestarikan sampai saat ini. Sehingga Kota Lama Tangerang berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata pusaka. Namun sejalan dengan dinamika Kota Tangerang yang terus berkembang dengan pesat, peninggalan bangunan-bangunan bersejarah telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, penurunan kualitas lingkungan dan bahkan kehancuran. Selain itu Pemerintah Kota Tangerang belum mempunyai Perda Cagar Budaya. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan Kota Lama Tangerang kehilangan nilai-nilai historisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan Kota Lama Tangerang dan  potensinya sebagai destinasi wisata pusaka. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini berparadigma pada pendekatan induktif dan metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Blok Kota Lama memiliki pusaka budaya ragawi, pusaka budaya tak ragawi dan pusaka alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata pusaka. Blok Kota Lama memiliki beberapa benda cagar budaya yang ditetapkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) diantaranya yaitu Kelenteng Boen Tek Bio, Rumah Arsitektur Cina (Museum Benteng Heritage), Masjid Jami dan Makam Kalipasir. Perkembangan Blok Perkampungan Pecinan saat ini sangat memprihatinkan. Wajah bangunan khas pecinan sebagian besar sudah berubah menjadi bangunan moderen dan bangunan budidaya walet. Hanya tinggal sedikit saja bangunan yang masih berciri khas pecinan.Kata Kunci : Kota lama, pusaka, pariwisata kota pusaka             ABSTRACT       Old Town area of Tangerang included in the Strategic Area of Social and Cultural Interests corner is the historical district of approximately 30 (thirty) hectares located in the Sukasari Village and Sukarasa Village, District Tangerang. In the Old Town area of Tangerang are the core area consists of three main blocks, namely Old Town Block, Grand Mosque Block and Train Station Block. Block of the Old Town is the area with activities dominated by heritage with cultural heritage buildings and settlements that still retains the character of the course and some houses still retain Chinese architecture. In the Old Town Block, there are two ethnic settlement blocks namely Chinatown Block and Muslim Village Block. Tradition and local culture influenced by natives and Chinese ethnic still preserved until today. So the old town of Tangerang can be potential to be developed as a heritage tourism destination. The rapid development of Tangerang city causes historic buildings go through changes in form and function, environmental degradation and destruction. Furthermore, Tangerang City Government does not have heritage legislation. This condition causes the old town of Tangerang losing its historical values. The purpose of this study is to identify the development of the Old Town of Tangerang and its potential as a tourist destination heritage. The research was carried out through field survey and in-depth interview as main data collection and literature study as the secondary one. The results showed Block the Old Town has tangible cultural heritage, intangible cultural heritage and natural heritage which is a potential to be developed for heritage tourism attraction. Block of the Old Town has some of the objects of cultural heritage established by Archaeological Heritage Preservation Hall Serang among which the Boen Tek Bio temple, houses the Chinese Architecture (Museum Benteng Heritage), Jami Mosque and Tomb Kalipasir. Block development Village Chinatown today is very worrying. The face of a typical building of Chinatown largely been turned into a modern building and building swiftlet farming. Only a few buildings stayed still distinctively Chinatown.Keyword : Old town, heritage, urban heritage touris

    Contested heritage in Luang Prabang

    No full text
    Wilcox P. Contested heritage in Luang Prabang. In: Padawangi R, ed. Routledge Handbook of Urbanization in Southeast Asia. 1st ed. London: Routledge; 2019

    Bringing people closer to water: Integrating water management and urban infrastructure

    No full text
    10.1080/09640568.2017.1404972Journal of Environmental Planning and Management61142531-254

    Contesting alun-alun: Power relations, identities and the production of urban space in Bandung, Indonesia

    No full text
    The city is a site where the meaning of buildings, monuments, open spaces and behaviour interweave, and where ideologies and power relations between three agents (the state, civil society and the market) are inscribed in the urban iconography and everyday life, forming interlacing triangles of relationships. This article studies the networks of actors involved in the transformation of the Masjid Raya (Grand Mosque) and alun-alun (the traditional Javanese central urban square) in Bandung, Indonesia. It explores the complexity and the shifting nexus of power relations, and examines the merging and distancing practices between agents, and the blurring of boundaries. Civil society is of central importance in placemaking, yet it is diverse and plural. Thus a particular group's identity politics can dominate the production of space with ideologies influencing interactions and the social construction of space. Individual actors and their social relations play important roles in producing and appropriating urban spaces, as well as constructing and reconstructing spatial meanings

    The Politics of Learning from a Small City: Solo as Translocal Model and Political Launchpad

    No full text
    10.1080/00343404.2017.1298087Regional Studies5281065-107

    Assessing the Impact of Bringing Arts into Neighbourhoods

    No full text
    Singapor
    corecore