14 research outputs found

    DESCRIPTION OF UREA AND CREATININE LEVELS IN CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS AT WIRADADI HUSADA HOSPlTAL

    Get PDF
    Abstrak Penyakit gagal ginjal kronis merupakan suatu proses patofisiologis dengan berbagai macam penyebab dan bersifat ireversibel. Gambaran klinis akan terlihat nyata apabila kadar ureum darah lebih dari 200 mg/dL. Konsentrasi ureum darah merupakan indikator adanya retensi sisa-sisa metabolisme protein di dalam tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronis di RSU Wiradadi Husada. Jenis penelitian deskriptif observasional, dengan sampel penelitian semua pasien dengan diganosis gagal ginjal kronis di RSU Wiradadi Husada pada bulan Desember 2020 – Januari 2021 sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, sebanyak 80 sampel. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin menggunakan sampel serum dengan automatic chemistry analyzer (TECOM TC 220). Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas pasien penyakit gagal ginjal kronis dialami oleh lansia yaitu usia 46-65 tahun sebanyak 51,25% (41 pasien) dan sebagian besar diderita oleh pria 53,75% (43 pasien). Gambaran kadar ureum dan kreatinin pada semua sampel menunjukan hasil yang melebihi nilai normal. Rerata kadar ureum pada pria 169 mg/dL dan pada wanita 158 mg/dL, sedangkan rerata kadar kreatinin pada pria 4,58 mg/dL dan pada wanita 3,35 mg/dL. Simpulan penelitian  adalah kadar ureum dan kreatinin serum semua pasien penyakit gagal ginjal di RSU Wiradadi Husada melebihi nilai normal (nilai normal ureum 20 – 40 mg/dL, untuk kreatinin pria 0,6-1,1 mg/dL dan wanita 0,5-0,8 mg/dL). Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik; Kadar Kreatinin; Kadar Ureum Abstract Chronic kidney failure is a pathophysiological process with various causes and is irreversible. The clinical symptom is a blood urea level of more than 200 mg/dL. Blood urea concentration is an indicator of the retention of protein metabolism residues in the body. The aim of this study was to describe the levels of urea and creatinine in patients with chronic kidney failure at RSU Wiradadi Husada. This type of research is descriptive, all patients with kidney failure at RSU Wiradadi Husada from December 2020 to January 2021 (80 patients), as samples. The results showed that the majority of patients with chronic kidney disease were aged 46–65 years, as many as 51.25% (41 patients), and most of them were suffered by men, 53.75% (43). The determination of urea and creatinine levels in all samples showed results that exceeded normal values. The average level of urea in men is 169 mg/dL and in women, it is 158 mg/dL, while the mean creatinine level in men is 4.58 mg/dL and in women, it is 3.35 mg/dL. The serum urea and creatinine levels of all patients with kidney failure at RSU Wiradadi Husada exceeded normal values (urea range reference 20-40 mg/dL, creatinine 0,6-1,1 mg/dL for men and 0,5-0,8 mg/dL for women)

    PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH GUNA MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG MANFAAT DARAH DALAM TUBUH DI SD NEGERI 02 PENDEM KARANGANYAR

    Get PDF
    Pemeriksaan golongan darah merupakan pemeriksaan dasar yang menjadi salah satu syarat dalam upaya pencegahan untuk menangani berbagai komplikasi penyakit. Reaksi transfusi imunologis dapat terjadi pada proses tranfusi darah dari golongan darah yang bersifat tidak kompatibel. Anak-anak adalah salah satu kelompok masyarakat yang masih belum mengetahui jenis golongan darah baik sistem ABO maupun rhesus yang dimiliki. Semua siswa kelas 6 SD Negeri 02 Pendem belum ada yang melakukan pemeriksaan jenis golongan darah yang dimiliki. Tujuan kegiatan untuk pemeriksaan golongan darah kepada siswa kelas 6 SD Negeri 02 Pendem. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Februari 2022 di SD Negeri 02 Pendem dan diikuti oleh siswa kelas 6 sebanyak 22 siswa. Kegiatan dimulai dengan penyuluhan kemudian dilanjut dengan pemeriksaan golongan darah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa  terdapat 18% (4 siswa) golongan darah A, 14% (3 siswa) golongan darah B, 18% (4 siswa) golongan darah AB, dan 50% (11 siswa) golongan darah O serta semua siswa memiliki Rhesus positif. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa golongan darah O mendominasi hasil pemeriksaan golongan darah siswa kelas 6  SD Negeri 02 Pendem dan semua siswa memiliki Rhesus positif

    PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL SERUM METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN METODE Point Of Care Testing (POCT)

    Get PDF
    Pemeriksaan kadar kolesterol dapat dilakukan menggunakan metode spektrofotometri dan metode point of care testing (POCT). Spektrofotometri memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, sedangkan POCT memiliki akurasi yang kurang baik. Berdasarkan observasi di sebuah rumah sakit, metode POCT digunakan pada saat keadaan yang mendesak seperti terjadi pemadaman listrik atau terjadi kerusakan pada alat spektrofotometer. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol darah yang diukur dengan metode spektrofotometri dan metode POCT pada sampel serum. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa DIV Analis Kesehatan Jasus Kelas A Universitas Muhammadiyah Semarang. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 32 sampel. Hasil kadar kolesterol menggunakan spektrofotometri berkisar 173 mg/dL-183 mg/dL dengan rata-rata 177,25 mg/dL. Kadar kolesterol menggunakan POCT berkisar 185 mg/dL-276 mg/dL dengan rata-rata 223,25 mg/dL. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk dan didapatkan hasil berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan Paired Sample t-test yang menunjukkan nilai p 0,000 < taraf kemaknaan 0,005 sehingga ada perbedaan yang signifikan kadar kolesterol menggunakan spektrofotometri dan POCT

    VARIASI KONSENTRASI KOH DAN WAKTU CLEARING TERHADAP KUALITAS PREPARAT AWETAN Pediculus humanus capitis

    Get PDF
    Pembuatan sediaan permanen entomologi/insekta diawali dengan perendaman dalam KOH, dilanjutkan dengan proses dehidrasi, proses clearing dan proses mounting. Perendaman dalam KOH bertujuan menipiskan lapisan kitin pembentuk eksoskeleton pada insekta. Tahapan Clearing merupakan salah satu tahapan pembuatan awetan permanen yang bertujuan menjadikanstruktur parasit insekta terlihat lebih jelas, jernih, dan transparan. Penelitian dilakukan dengan variasi perendaman dalam larutan KOH 5%, 10%, 15%, dan 20%. selama 24 jam, serta variasi lama waktu clearing 5, 15, 25, dan 60 menit. Pengamatan sediaan awetan permanen dilakukan dengan menilai kualitas sediaan awetan permanen. Kualitas sediaan awetan permanen meliputi kejernihan, kualitas warna, dan keutuhan  sediaan awetan permanen. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi, kualitas yang buruk didapatkan pada kombinasi antara variabel waktu clearing 5 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH dan pada variabel waktu clearing 15menit pada konsentrasi KOH 5%. Hasil dengan kualitas baik ditunjukkan pada variabel waktu clearing 15 menit pada konsentrasi KOH 10%, 15%, dan 20%, serta pada variabel vaktu clearing 25 dan 60 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH. Hasil kualitas yang baik disertai dengan peningkatan dan penurunan nilai skoring. Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin lama waktu clearing akan menghasilkan preparat yang lebih baik dengan nilai skoring yang berbeda berdasarkan persentase KOH yang digunakan.Keywords: KOH, clearing, Pediculus humanus capiti

    PERBEDAAN KUALITAS JARINGAN TULANG PIPA TIKUS MENGGUNAKAN LARUTAN DEKALSIFIKASI ASAM NITRAT 3% DAN ASAM NITRAT 10% DENGAN PENGECATAN HE

    Get PDF
    Dekalsifikasi yaitu proses meghilangkan garam kalsium pada tulang. Proses dekalsifikasi dapat menggunakan larutan asam seperti asam nitrat 3% dan asam nitrat 10%. Asam nitrat 3% membutuhkan waktu 8 hari dan kurang efektif sedangkan pada larutan asam nitrat 10% memerlukan waktu 2 sampai 3 hari dengan hasil dapat diagnosis dan kualitas preparat baik. Tujuan penelitian mengetahui perbedaan kualitas dan kelunakan jaringan tulang pipa tikus menggunakan larutan dekalsifikasi asam nitrat 3% dan asam nitrat 10% dengan pengecatan HE. Jenis penelitian adalah Analitik. Subjek penelitian menggunakan jaringan tulang pipa tikus wistar (Rattus norvegicus) normal yang berusia 2 sampai 3 bulan dengan jenis kelamin jantan. Objek penelitian menggunakan jaringan tulang pipa tikus putih jantan dengan galur Wistar sebayak 15 sediaan yang didekalsifikasi dengan larutan asam nitrat 3% dan 15 sediaan dengan larutan asam nitrat 10%. Hasil kelunakan jaringan tulang pipa tikus menggunakan larutan asam nitrat 10% lebih cepat lunak dibandingkan dengan asam nitrat 3%. Hasil kualitas preparat jaringan tulang pipa menggunakan asam nitrat 10% mendapatkan skor (1+) yaitu tidak dapat didiagnosis sedangkan asam nitrat 3% mendapatkan skor (3+) yaitu dapat didiagnosis. Simpulan penelitian terdapat perbedaan antara jaringan tulang pipa yang direndam dengan menggunakan larutan asam nitrat 3% dan asam nitrat 10%

    Hitung Leukosit pada Inflamasi Kaki Mencit (Mus musculus) Induksi Karagenan dengan Sarang Walet Putih (Collocali fuciphaga)

    Get PDF
    Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan diri dari berbagai bahaya sekaligus memperbaiki kerusakan struktur dan gangguan fungsi jaringan yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut (Baratawidjaja, 2002). Sel-sel yang berperan dalam inflamasi yaitu eritrosit, neutrofil, basofil, eosinofil, platelet, sel NK (natural killer), limfosit, sel mast, sel dendritik dan antigen presenting cells (Liao dkk, 2011). Apabila penyebab inflamasi tidak dapat disingkirkan, akan terjadi inflamasi kronik yang dapat merusak jaringan dan kehilangan fungsi sama sekali (Baratawidjaja, 2002). Oleh karena itu, inflamasi berlanjut perlu dicegah salah satunya dengan mengkonsumsi obat alternatif salah satunya adalah sarang walet putih (Collocalia fuciphaga). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi EBN burung walet sarang putih (C. fuchipaga) terhadap profil darah mencit (leukosittotal dan leukosit deferensial) pada jam kelima setelah diinduksi karagenan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 kelompok perlakuan, masing-masing 4 ulangan. Kelompok perlakuan terdiri atas kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan pemberian ekstrak akuosa EBN dengan dosis 0,1; 1 dan 10 mg/ 20 g BB. Semua perlakuan diberikan secara peroral kemudian setelah satu jam tiap kelompok diinjeksi 0,05 ml karagenan 1% dalam NaCl 0,9% pada telapak kaki kanan mencit secara subkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EBN secara oral dapat dapat menurunkan secara signifikan (p&lt;0,05) jumlah leukosit total dan leukosit deferensial terutama limfosit dan neutrofil. Kata kunci: Leukosit, Inflamasi, Karagenan, Sarang Walet Putih, EB

    Hasil cek similarity" Ethanolic extract of the natural product of Daun sirih (Piper betle) leaves may impede the effectiveness of the plasma jet contact style for acute wounds"

    Get PDF
    Purpose: An investigation was carried out to determine the effect of an ethanolic extract of the natural product of Daun sirih or Piper betle leaves on the effectiveness of plasma jet treatment for cutaneous acute wound healing in a small animal model mimicking a clinical setting. Method: An atmospheric plasma jet using medical grade argon gas as a carrier gas was developed. The ethanolic extract of Piper betle leaf (EPB) was formulated. Optical emission spectroscopy and chemical methods were applied to evaluate the presence of reactive oxygen species (ROS) and reactive nitrogen species (RNS) in the gas phase and in aqueous and ethanolic media. Small animals were classified into 5 groups, namely, Control (C), Plasma jet (P), Ethanolic extract of Piper betle leaf (EPB), Plasma jet followed by EPB (P-EPB) and EPB followed by plasma jet (EPB-P). The contact and meander styles of plasma jet treatment for wounds were applied daily on acute wounds for 1 min, either alone or before or after EPB treatments. Visual evaluation of wounds was conducted for 14 days. Microscopic evaluation was conducted on days 7, 11 and 14. General staining, namely, haematoxylin-eosin and Azan staining, was conducted to evaluate neoepithelialisation and new collagen formation. Results: This research showed that wound healing in the P group was faster than that in the other groups, while that in groups containing EPB was the same as that in C. In the P group, the number of days to reach peak inflammation was the fewest. On day 7, neoepithelialisation and new collagen formation in P were significantly higher than those in other groups. Conclusion: Plasma jet treatment alone is able to promote inflammation, neoepithelialisation and new collagen formation to accelerate acute wound healing; however, its admixture with EPB may impede such effectiveness. Based on the characterization of the ROS and RNS results, the ethanol solvent may play a primary role in impeding its effectivenes

    Ethanolic extract of the natural product of Daun sirih (Piper betle) leaves may impede the effectiveness of the plasma jet contact style for acute wounds

    Get PDF
    Purpose: An investigation was carried out to determine the effect of an ethanolic extract of the natural product of Daun sirih or Piper betle leaves on the effectiveness of plasma jet treatment for cutaneous acute wound healing in a small animal model mimicking a clinical setting. Method: An atmospheric plasma jet using medical grade argon gas as a carrier gas was developed. The ethanolic extract of Piper betle leaf (EPB) was formulated. Optical emission spectroscopy and chemical methods were applied to evaluate the presence of reactive oxygen species (ROS) and reactive nitrogen species (RNS) in the gas phase and in aqueous and ethanolic media. Small animals were classified into 5 groups, namely, Control (C), Plasma jet (P), Ethanolic extract of Piper betle leaf (EPB), Plasma jet followed by EPB (P-EPB) and EPB followed by plasma jet (EPB-P). The contact and meander styles of plasma jet treatment for wounds were applied daily on acute wounds for 1 min, either alone or before or after EPB treatments. Visual evaluation of wounds was conducted for 14 days. Microscopic evaluation was conducted on days 7, 11 and 14. General staining, namely, haematoxylin-eosin and Azan staining, was conducted to evaluate neoepithelialisation and new collagen formation. Results: This research showed that wound healing in the P group was faster than that in the other groups, while that in groups containing EPB was the same as that in C. In the P group, the number of days to reach peak inflammation was the fewest. On day 7, neoepithelialisation and new collagen formation in P were significantly higher than those in other groups. Conclusion: Plasma jet treatment alone is able to promote inflammation, neoepithelialisation and new collagen formation to accelerate acute wound healing; however, its admixture with EPB may impede such effectiveness. Based on the characterization of the ROS and RNS results, the ethanol solvent may play a primary role in impeding its effectiveness

    UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK AKUOSA SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga Thunberg) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TELAPAK KAKI MENCIT (Mus musculus Linneaus)

    No full text
    Telah dilakukan percobaan pada mencit untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak akuosa sarang burung walet (Collocalia fuciphaga Thunberg). Sarang burung walet (Collocalia fuciphaga Thunberg) dapat dimakan dan dikenal dengan istilah  edible bird’s nest (EBN). Komposisi utama EBN adalah glikoprotein (62-63%) yang berperan penting dalam pengaturan sistem imun, peningkatan proliferasi sel dan penghambatan proses inflamasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek antiinflamasi EBN burung walet Collocalia fuchipaga terhadap gambaran histologi dan tebal integumentum kaki pada respon inflamasi mencit akibat induksi karagenan. Rancangan penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap, 6 kelompok perlakuan dengan 4 ulangan. Kelompok perlakuan terdiri atas kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif dan perlakuan pemberian ekstrak akuosa EBN dengan dosis 0,1; 1 dan 10 mg/ 20 g BB. Semua perlakuan diberikan secara oral kemudian setelah satu jam tiap kelompok diinjeksi 0,05 ml karagenan 1% dalam NaCl 0,9% pada telapak kaki kanan mencit secara subkutan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada tebal integumentum antara kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol normal memiliki nilai ketebalan yang paling kecil, sedangkan nilai terbesar terdapat pada kelompok perlakuan cekok EBN 10 mg/20 g BB
    corecore