57 research outputs found

    Kajian Keanekaragaman Moluska Laut (Kerang Dan Siput) Sebagai Potensi Ekowisata Bahari Di Perairan Pantai Pulau Angso Duo Kota Pariaman

    Get PDF
    Penelitian tentanng kajian keanekaragaman moluska laut (kerang dan siput) sebagai potensi ekowisata bahari di perairan pantai pulau Angso Duo Kota Pariaman telah dilakukan September-November 2016.Moluska laut dikoleksi di daerah intertidal, perairan laut dangkal dan terumbu karang menggunakan petak kuadrat ukuran 1x1 m2 yang diletakkan pada substrat dengan dua ulangan disetiap stasiunnya. Diidentifikasi sampel dilakukan pada laboratorium Ekologi dengan menggunakan beberapa buku acuan.Hasil penelitian didapatkan kelas Bivalvia (kerang) tiga jenis dan kelas (Gastropoda) 16 jenis berjumlah 19 jenis. Jumlah individu yang banyak pada kelompok kerang adalahAsaphis violascenskemudian diikutiSinonovacula virens,dan Tellina remies .Pada kelas Gastropoda yang banyak pada jenis Atalia sp. dan rendah pada jenis Limbricaria varikorensis. Kepadatan total moluska masing-masing stasiun pengamatan antara 41,14- 86,86 ind./m2 dan kepadatan tertinggi pada Stasiun 2 Barat pulau Angso dan terendah pada Stasiun 1 Selatan pulau Angso. Indeks keanekaragaman berkisar pada masing-masing stasiun berkisar antara 0,55-1,66. Hasil ini menunjukkan bahwa substrat dan ketidakstabilan ombak sangat mempengaruhi kepadatan dan sebaran serta keanekaragaman moluska laut. Jenis dan sebaran moluska pada kawasan ini sangat menunjang untuk ekowisata. Namun, sangat perlu kajian konservasi dan pemanfaatan moluska secara konsep ekowisata

    Epilithic Algae as a Biological Indicator in Sungai Suir Inside PT. Tidar Kerinci Agung Oil Palm Plantation Serly Marselina Arifin*, Jabang Nurdin and Chairul

    Get PDF
    Epilithic Algae as a Biological Indicator in Sungai Suir Inside PT. Tidar Kerinci Agung Oil Palm Plantation Serly Marselina Arifin*, Jabang Nurdin and Chairu

    Jabang - Turnitin Karya Ilmiah LK

    Get PDF

    Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat Di Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman

    Get PDF
    Penelitian tentang Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman dilakukan pada bulan Januari 2014 dengan tujuan untuk mengkaji kondisi vegetasi hutan mangrove di Nagari Gasan Gadang dan mengetahui partisipasi masyarakat sekitar dalam upaya konservasi hutan mangrove. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan dengan petak kuadrat yang dibuat pada zona tengah pada hutan mangrove Gasan Gadang dengan ukuran 10x10m2, sebanyak 4 kali ulangan. Analisis data berupa berupa kerapatan, frekuensi, penutupan, dan nilai penting dan informasi mengenai partisipasi masyarakat terhadap upaya konservasi hutan mangrove diperoleh melalui wawancara dengan penduduk di sekitar area konservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 10 jenis tumbuhan mangrove yang terdiri dari 9 famili, yaitu Acanthus ilicifolius, Acrostichum sp., Aegiceras corniculatum, Ardisia littolaris, Bruguiera sp., Cocos nucifera, Derris trifoliata, Morinda citrifolia., Pandanus sp., dan Sonneratia caseolaris. Nilai penting tertinggi yaitu terdapat pada jenis tumbuhan Aegiceras corniculatum (77,56%) dan diikuti oleh tumbuhan Bruguiera sp. (70,41%). Hal ini menunjukkan bahwa Aegiceras corniculatum dan Bruguiera sp. Mendominasi di zona tengah dan merupakan jenis yang cocok tumbuh dengan substrat yang ada di lokasi pengamatan, yaitu substrat berlumpur. Hasil partisipasi masyarakat didapatkan tiga faktor utama dalam upaya konservasi hutan mangrove di daerah ini yaitu faktor manajemen, faktor pengetahuan dan faktor sikap

    Kajian Keanekaragaman Moluska Laut (Kerang Dan Siput) Sebagai Potensi Ekowisata Bahari Di Perairan Pantai Pulau Angso Duo Kota Pariaman

    Get PDF
    Penelitian tentanng kajian keanekaragaman moluska laut (kerang dan siput) sebagai potensi ekowisata bahari di perairan pantai pulau Angso Duo Kota Pariaman telah dilakukan September-November 2016.Moluska laut dikoleksi di daerah intertidal, perairan laut dangkal dan terumbu karang menggunakan petak kuadrat ukuran 1x1 m2 yang diletakkan pada substrat dengan dua ulangan disetiap stasiunnya. Diidentifikasi sampel dilakukan pada laboratorium Ekologi dengan menggunakan beberapa buku acuan.Hasil penelitian didapatkan kelas Bivalvia (kerang) tiga jenis dan kelas (Gastropoda) 16 jenis berjumlah 19 jenis. Jumlah individu yang banyak pada kelompok kerang adalahAsaphis violascenskemudian diikutiSinonovacula virens,dan Tellina remies .Pada kelas Gastropoda yang banyak pada jenis Atalia sp. dan rendah pada jenis Limbricaria varikorensis. Kepadatan total moluska masing-masing stasiun pengamatan antara 41,14- 86,86 ind./m2 dan kepadatan tertinggi pada Stasiun 2 Barat pulau Angso dan terendah pada Stasiun 1 Selatan pulau Angso. Indeks keanekaragaman berkisar pada masing-masing stasiun berkisar antara 0,55-1,66. Hasil ini menunjukkan bahwa substrat dan ketidakstabilan ombak sangat mempengaruhi kepadatan dan sebaran serta keanekaragaman moluska laut. Jenis dan sebaran moluska pada kawasan ini sangat menunjang untuk ekowisata. Namun, sangat perlu kajian konservasi dan pemanfaatan moluska secara konsep ekowisata

    Kepadatan Dan Keanekaragaman Foraminifera Di Perairan Laut Teluk Bayur Padang Sumatera Barat

    Get PDF
    Kajian tentang kepadatan dan keanekaragaman foraminifera di perairan laut Teluk Bayur Padang Sumatera Barat telah dilakukan pada September-Oktober 2011. Sampel diambil dengan metode survei dengan teknik purposive sampling menggunakan Ekman Drage. Foraminifera yang diambil merupakan kelompok bentik pada kedalaman 9-10 m pada tiga lokasi di dasar perairan laut Teluk Bayur. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ketiga lokasi mengandung foraminifera. Foraminifera yang ditemukan pada sedimen dasar Teluk Teluk Bayur terdiri dari 7 spesies yaitu Ammonia spp., Ammonia beccarii, Elphidium advenum, Elphidium advenu,m, Neocorbina spp., Neocorbina terquemi, dan Operculina ammonoides. Spesies foraminifera yang ditemukan sangat mendominasi sedimen dasar laut Teluk Bayur secara keseluruhan dan spesies yang dominan yaitu Ammonia spp. (K= 2088.9 ind./m2; KR=23,78%). Indeks diversitas foraminifera perairan Teluk Bayur yaitu 1,74-1,93 dengan diversitas masuk dalam kriteria sedang (Skala 5). Pada umumnya, spesies tersebut ditemukan melimpah pada sedimen berlumpur dan kelimpahannya sangat dipengaruhi oleh pencemaran laut yaitu dari debu semen dan debu batu bara yang terakumulasi di dasar perairan laut Teluk Bayu

    Post Mining Ecosystem Life Of Vertebrate Animals In The Emil Salim Sawahlunto Biodiversity Park.

    Get PDF
    Emil Salim Sawahlunto Biodiversity Area, formerly a mining site, presents a significant case study concerning ecosystem transformation post-mining activities. Intensive mining activities have deeply impacted the ecology, dramatically altering the landscape and causing serious environmental damage. The decline in biodiversity is a crucial indicator of ecosystem degradation. Biodiversity, encompassing both flora and fauna, plays a central role in the reclamation and restoration processes of former mining lands. Being an integral part of the ecosystem, vertebrates play a vital role in aligning and expediting the natural recovery processes of the environment. This study aims to identify and document the vertebrate species still present in the Emil Salim Sawahlunto Biodiversity Area. The research employs a descriptive qualitative approach involving direct observations, trapping, and using calls to identify vertebrate species within the area. Direct observations revealed a total of 34 vertebrate species, distributed across 5 groups: 19 bird species, 5 reptile species, 6 amphibian species, 2 mammal species, and 2 fish classes. The identified vertebrate species within the area fall under the category of 'Least Concern' (LC) status, indicating a low risk of endangerment and are not protected by Law No. 92 of 2018.

    Structure And Community Of Dinoflagellata In The Bungus Bay Kabung Waters Area

    Get PDF
    Dinoflagellates have both beneficial and detrimental roles in the ecosystem. Marine dinoflagellates play an important role in aquatic ecosystems as primary producers and grazing is experienced by some dinoflagellates. One of the detrimental roles of dinoflagellates is the occurrence of algal blooms that cause changes in the color of seawater. This research was carried out from December 2020 to July 2021 in the Bungus Bay Kabung area, Padang City. This study aimed to analyze the composition and structure of the Dinoflagellate community in the Bungus waters area of Kabung Bay, Mota Padang. This study used a survey method and the sampling was determined by purposive random sampling. Based on this research, 17 species of Dinoflagellates were found with 2 classes, namely Dinophyceae and Noctilucophyceae. The Dinoflagellate diversity index in the Bungus Bay Kabung waters area is included in the medium category with an uneven distribution. 8 species of Dinoflagellates could potentially cause algal blooms, namely Blixaea quinquecornis, Prorocentrum gracile, Prorocentrum micans, Protoperidinium brevipes, Protoperidinium pellucidum, Protoperidinium subpyriforme, Scrippsiella acuminate, and Noctilans scintilans

    Structure Of The Phytoplankton Community In The Water Area Of The Small Islands Bungus Kabung Bay, Padang City

    Get PDF
    Phytoplankton is a group of plankton that can carry out photosynthesis and their lives floating on the water surface because they are carried by currents or waves. Phytoplankton is a primary producer that can form organic substances from inorganic substances in the photosynthesis process. This research was carried out from December 2020 to July 2021 in the water area of the small islands of Bungus, Kabung Bay, Padang City. This study aims to determine the structure of the phytoplankton community in the waters of the small islands of Bungus, Kabung Bay. This study used a survey method and the sampling was determined by purposive random sampling. Based on this study, it was found that the phytoplankton diversity index in the waters of the Bungus Kabung Bay Island was included in the medium category with an even distribution in all locations and the absence of dominating species.Keywords: community, phytoplankton, structur

    THE DIVERSITY AND DISTRIBUTION OF SEAGRASS IN KARANG TIRTA BEACH PADANG CITY, WEST SUMATERA

    Get PDF
    Diversity and Distribution of Seagrass in Karang Tirta Beach Padang City, West Sumatera was conducted from April to June 2011. This study was intended to analyze the diversity, distribution pattern, coverage, composition and structure community of seagrass in Karang Tirta beach. Measurement of distribution aspect was analyzed with line transect method and sample of seagrass collected by using squares plot 0.5 x 0.5 m. Approximately 12 ha total of seagrass was estimated in various areas, such as: intertidal zone of tourism area, people settlement and mangrove zone. Seagrass distribution pattern was grouping category, and it was found 2 of 13 Species from Family Hidrocharitaceae of Indonesian seagrass exist, they were Thalassia hemprichii about 1.59 and Enhalus acoroides about 9.95. They were included into poor seagrass category with coverage ranged between 21.11% for T. hemprichii and 5.66% for E. acoroides. The highest species density was T. hemprichii (309.2 ind/m2) with appearance frequency value 100% and important value 252. The lowest species density was E. acoroides (7.73 ind/m2) with appearance frequency value 33.33% and important value 48.
    • …
    corecore