24 research outputs found

    TIPOLOGI ORNAMEN KARANG BHOMA PADA KORI AGUNG PURA DI KECAMATAN BLAHBATUH, GIANYAR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan karakteristik ornamen karang bhoma sebagai salah satu bentuk ornamen yang memiliki nilai sakral pada arsitektur kori agung pada pura-pura di Kecamatan Blahbatuh. Ornamen karang bhoma memiliki berbagai varian dalam perwujudannya sebagai ornamen kedok wajah raksasa dengan mulut mengaga yang memperlihatkan gigi dan taring yang tajam, mata besar dan bulat, kuku tangan yang panjang dan tajam serta dilengkapi dengan ornamen-ornamen perwujudan binatang mitologi maupun tanaman menjalar. Di Blahbatuh terdapat pura-pura dengan perwujudan karang bhoma bervariasi pada ekspresi wajah dan elemen-elemen yang terdapat pada ornamen tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap karakteristik karang bhoma di daerah ini melalui suatu pendekatan tipologi dan hasilnya bermanfaat dalam pelestarian nilai-nilai budaya Bali pada bentuk-bentuk yang hakiki pada arsitektur kori agung pura khususnya dan umumnya pada bangunan pura yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasionalistik kualitatif melalui pendekatan konsep wujud dalam arsitektur dan konsep cerita tokoh bhoma. Hasil penelitian ini menunjukan tipologi berdasarkan ekspresi wajah karang bhoma dan elemen-elemen yang melengkapi ornamen kedok wajah raksasa tersebut

    Implementation of User Anthropometry Bale “Sakenem” Buildings based on Height Bataran and Height Bale-bale in Singapadu Tengah Village, Gianyar

    Get PDF
    —Bale Sakenem Building is one of the buildings that were in the order of Traditional Bali House. This study identified Bale Sakenem building located in the Central Singapadu Village and that is observational research by using cross sectional design. This research was done by means of retrospective observational that is considered the factor that can affect Bale Sakenem Building Anthropometry. From the data analyze of research identification, 30% height bataran not in accordance with the average size of an ideal height bataran and 20% height bale-bale also not in accordance with the average of the ideal height bale-bale in Bale Sakenem building in the Central Singapadu Gianyar have not yet undertaken anthropometry users and more dominant to follow measurements that based on the size of Undagi, as a consequence there was uncomfortableness. Height bataran and height bale-bale is based on the tolerance of anthropometry using the 95 percentile and 5 percentile for tolerance limi

    Anthropometry and Ergonomic of Bale Sakenem (Case Study: Central Singapadu Village, Gianyar)

    Get PDF
    The Bale Sakenem is one of the buildings located within the Balinese traditional house setting. The development and transformation of the Sakenem bale house are influenced by many factors including high demand, lack of qualified labor, time and work management system resulting in high intervention of Balinese builders (Undagi) on the implementation of the Bale Sakenem development. This research is an observational research using cross-sectional design. The study measures a sample of "Sakenem" house bale that measures in accordance with anthropometry from homeowners. The sample of the people in this study were Owners/home users who owned the Bale "Sakenem" House that met the inclusion criteria. Samples were randomly selected using cluster random sampling method. The results of this second-year study showed that 55% of the sample of people were comfortable with the high suitability of their own "sakenem" bale house structure while 81% of the sample people felt better comfort against the bale-bale of bale "sakenem" intervention house. The convenience of high listplank also known that as many as 66% comfort felt from the high listplank house bale "sakenem" intervention. And as many as 52% chose comfort and suitability of high sakenem "sakenem" saka house height which only slightly comparison with high saka bale "sakenem" control i.e. 48%. The height of the bale "sakenem" intervention is 76 cm and the average height from waist to toe of the user of bale "sakenem" house in the village of Singapadu Tengah Gianyar is 75.75 cm which means that the height of the rod indicates the height which is not ideal and cause inconvenience. The height of bale-bale from bale house "sakenem" is 67 cm and the average height from waist to tip of user heel bale "sakenem" in the village of Singapadu Tengah Gianyar is 75.75 cm which can be analyzed that the user can easily rise to the top of bale- bale and create comfort and security. High saka in bale house "sakenem" that is 195 cm and the average height of bale house owner "sakenem" measured from the tip of the head to the tip of the heel is 165.45 cm which means that the height of saka is still included in the criteria of comfort

    Sosialisasi dan Edukasi Pengelolaan Sampah Organik untuk Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sakti, Nusa Penida, Klungkung Regency, Bali

    Get PDF
    Pesatnya perkembangan pariwisata di Nusa Penida berdampak positif pada aspek kehidupan ekonomi disana. Sebaliknya justru berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalah pengelolaan sampah yang tidak berkelanjutan. Menurut beberapa peraturan, pengelolaan sampah ini harus dilakukan semaksimal mungkin di sumbernya. Situasi ini juga terjadi di Dusun Sebunibus, Desa Sakti, dimana banyak terdapat akomodasi wisata yang beroperasi sebagai akibat dari perkembangan pariwisata yang pesat tetapi limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Mitra dalam proyek pengabdian masyarakat adalah Kelompok Sadar Wisata Dusun Sebunibus Dusun Sebunibus, Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan masih berkoordinasi dengan Kepala Desa Sakti sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan.. Permasalahan yang teridentifikasi adalah kurangnya persepsi pemilik akomodasi pariwisata dan masyarakat pendukungnya tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi tentang pengelolaan sampah. Selain itu perlu diperkenalkan metode penanganan sampah pada sumbernya yang efektif dan mudah berkembang di lokasi ini, khususnya sampah organik. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menginisiasi sosialisasi dan edukasi tentang pengelolaan sampah kepada para pemangku kepentingan pariwisata di Desa Sebunibus agar semua pihak yang terlibat memahami pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan. Lebih lanjut, pengenalan unit alat pengolah sampah organik yang dapat digunakan secara langsung yang tidak hanya akan menyelesaikan permasalahan persampahan tetapi juga memiliki nilai ekonomis untuk pemberdayaan masyarakat.Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pengkajian awal untuk mengidentifikasi timbulan sampah yang dihasilkan dan kondisi pengelolaan sampah di lokasi yang dituju serta menganalisis kondisi tersebut untuk kemudian merumuskan materi sosialisasi edukasi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Tahap selanjutnya adalah melakukan sesi sosialisasi di lokasi pengabdian masyarakat termasuk presentasi dan diskusi tentang proses teknis unit pengolahan sampah organik. Tahap terakhir adalah monitoring dan evaluasi awal kemampuan mitra dalam menjalankan unit pengolahan sampah organik

    PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK PERKOTAAN (STUDI KASUS: TAMAN KOTA DENPASAR DI LUMINTANG, DENPASAR)

    Get PDF
    ABSTRAK Demi kebutuhannya, manusia berusaha mengkondisikan lingkungan agar memberikan kenyamanan termal bagi tubuhnya. Ruang luar merupakan salah satu lingkungan tempat manusia beraktivitas selalu dipengaruhi kondisi iklim, sehingga kenyamanan yang dirasakan manusia sangat tergantung kondisi termal lingkungan tersebut. Kenyamanan termal yang dibutuhkan setip personal manusia selain dipengaruhi oleh factor termal juga dipengaruhi oleh jenis kegiatan dan pakaian dari personal manusia. Obyek ruang luar dalam penelitian ini merupakan lingkungan binaan dengan wujud sebuah taman kota sebagai sarana rekreasi yang nyaman bagi masyarakat kota, baik dari kenyamana visual maupun dari kenyamana termal. Sehinga penting dilakukan penelitian mengenai tingkat kenyamanan termal dan sensasi yang dirasakan pengunjung taman kota untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi arsitek untuk mengembangkan desain taman kota yang optimal. Fokus penelitian ini adalah kondisi tingkat kenyamanan termal di Taman Kota Denpasar di Lumintang dan elemen ruang luar Taman Kota. Pada Tahun 2016 sudah dilaksanakan penelitian serupa di Lapangan I Gusti Made Agung (Lapangan Puputan) dan tahun ini dilanjutkan dengan Taman Kota Lumintang yang juga salah satu taman kota di Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui kondisi termal eksisting yang memberikan kenyamanan termal dan sensasi yang dirasakan pengunjung, maka hal tersebut dapat digunakan untuk mencari elemen ruang luar apa yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal di taman kota tersebut. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi arsitek dalam mengembangkan dan merancang taman kota yang dapat berfungsi secara optimal. Maka untuk mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi dan simulasi, dengan mengkombinasikan hasil simulasi Comfort Calculator dan sensasi kenyamana termal yang dirasakan pengunjung di masing-masing titik zoning fungsi di taman kota. Hasil tersebut akan menunjukan pemetaan sebaran tingkat kenyamanan termal di masing-masing zoning. Sehingga dengan pemetaan sebaran tingkat kenyamanan termal tersebut dapat dilihat elemen Hard Scape dan Soft Scape yang mempengaruhi di setiap zoning fungsi taman kota. Kata Kunci : Kenyamanan Termal, Taman Kota, Ruang luar ABSTRACT For their life, humans try to condition the environment to provide thermal comfort for the body. Landscape is one of the environments where human activity is always influenced by climatic conditions, so that human comfort is highly dependent on the thermal conditions of the environment. The thermal comfort required by human personal not only influenced by thermal factors but also influenced by the type of activity and clothing of the human person. The object of landscape in this research is a built environment with the form of a city park as a convenient recreation for the city, both from the visual comfort and the thermal comfort. So, it is important to do research on the thermal comfort level and the people felt by the city park to then be considered for the architect to develop an optimal city park design. The focus of this research is the condition of thermal comfort level at Taman Kota Denpasar in Lumintang and element of landscape of City Park. In 2016, similar research was conducted at the Lapangan I Gusti Made Agung (Lapangan Puputan) and this year continued with the Lumintang City Park which is also one of the city parks in Denpasar. The purpose of this study is to find out the existing thermal conditions that provide thermal comfort and the visitors felt, so it can be used to find out what elements of space affect the level of thermal comfort in the city park. So the results of this study can be used as a foundation for architects in developing and designing a city park that can function optimally. So, to achieve this goal in this research using comparative and simulation methods, by combining the Comfort Calculator simulation results and the visitors felt of thermal comfort felt at each zoning point function in the city park. These results will show a mapping of the distribution of thermal comfort levels in each zoning. So, with mapping the spread of thermal comfort level can be seen elements of Hard Scape and Soft Scape that affect in every zoning function of city park Keyword : Thermal Comfort, City Park, Landscap

    Penerapan Arsitektur Tropis Pada Perancangan Yoga Retreat Center di Ubud: Bahasa Indonesia

    No full text
    Indonesia is a country with a tropical climate because of its geographical location on the equator. This causes Indonesia to be affected by 2 seasons, namely the rainy season and the dry season. This situation influences the building design process so that appropriate efforts are needed to overcome the problems encountered in buildings in the tropics. Tropical architecture is an architectural work specifically designed to overcome problems that exist in the tropics. In tropical architecture there are several principles that influence the design of buildings. This principle consists of thermal comfort, air flow through the building, heat radiation, and natural lighting during the day. The Yoga Retreat Center in Ubud is a yoga tourism facility that focuses on accommodating all yoga retreat activities. The location of the site is in the tropics, so it is important to apply tropical architectural principles to the building to create comfort for building users.  Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis karena letak geografisnya yang berada di garis katulistiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Keadaan ini berpengaruh dalam proses perancangan bangunan sehingga diperlukan upaya yang sesuai yang dapat mengatasi permasalahan yang ditemui pada bangunan di daerah tropis. Arsitektur tropis merupakan suatu karya arsitektur yang dirancang khusus untuk mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada di daerah tropis. Dalam arsitektur tropis terdapat beberapa prinsip yang mempengaruhi perancangan bangunan. Prinsip itu tediri dari kenyamanan thermal, aliran udara melalui bangunan, radiasi panas, serta penerangan alami pada siang hari. Yoga Retreat Center di Ubud merupakan suatu fasilitas wisata yoga yang berfokus untuk mewadahi seluruh kegiatan retret yoga. Letak site yang berada di daerah tropis sehingga penting untuk menerapkan prinsip-prinsip arsitektur tropis ke dalam bangunan untuk menciptakan kenyamanan kepada pengguna bangunan. &nbsp

    Perencanaan dan Perancangan Pusat Desain Kreatif dengan Pendekatan Desain Berkelanjutan di Renon, Denpasar, Bali: Bahasa Indonesia

    No full text
    The Creative Industry is an industry that is developing in the 4.0 era where the creative industry has a great opportunity to maintain and restore Bali's economy after being affected by a pandemic, where in the province of Bali, Denpasar has high creative industry potential as indicated by the largest number of businesses in the province of Bali, which has 97,526. business, with this great opportunity it is necessary to have a qualified forum for startups and freelancers who have limited funds in containers and facilities, so with the existence of this creative design center it is hoped that it can prosper the creative design industry and strengthen the Balinese economy, so link it with innovative and creative concept which with the aim of stimulating the creativity of creative design industry players to create innovations in the form of goods and services, combined with its application to the theme of sustainable design where this theme maximizes buildings for sustainability forest in terms of social, economic and environmental aspects, especially on the site and the area around the site.Industri Kreatif Merupakan suatu industri yang berkembang di era 4.0 ini dimana industri rkeatif berpeluang besar dalam mempertahankan dan mengembalikan ekonomi bali setelah terdampak pandemic, dimana pada provinsi Bali, Denpasar memiliki potensi industri kreatif yang tinggi ditandai dengan adanya jumlah usaha terbesar di provinsi Bali tercatata memiliki 97.526 usaha, dengan peluang yang besar ini maka perlu adanya wadah yang mumpuni juga untuk para startup dan freelance yang memiliki keterbatasan dana dalam wadah dan fasilitas, maka dengan adanya pusat desain kreatif ini diharpkan dapat mensejahterakan pelaku industri desain kreatif dan memperkuat perekonomian bali, maka dikaitkanlah dengan konsep inovatif dan kreatif dimana dengan tujuan merangsang kreatifitas pelaku industri desain kreatif untuk berkrasasi guna menciptakan inovasi dalam bentuk barang maupun jasa, dikombinasikan dengan penerapannya pada tema desain berkelanjutan  dimana tema ini memaksimalkan bangunan untuk keberlanjutan dalam segi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup terutama pada tapak dan areal sekitar site. &nbsp

    Kenyamanan Termal pada Taman Air Berarsitektur Tradisional Bali (Studi Kasus: Tirta Gangga)

    Get PDF
    Thermal comfort is an absolute for the human body, therefore human always attempting to customise the environment to achieve thermal convenience for the body. Water parks in this research are planned with the built environment applying the elements of the exterior space architecture supported the concept of traditional Balinese architecture. See the conditions, then there is an important opportunity and conducted research on the characteristics of the thermal comfort of the water garden. The focus of this research is the thermal comfort level and element of outdoor space in the garden Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga was chosen as the locus of research because it has the characteristics of a typical application elements especially water parks that dominate and the application of the concept of traditional Balinese architecture. The purpose of this research was to identify the distribution of thermal conditions, knowing the level of influence of the outside space of the element against thermal conditions, and the extent of the impact of the pattern arrangement of water garden with traditional Balinese architecture concept against thermal comfort. So the results of this research can be used as a foundation for architects in developing and designing a water garden can function optimally. In this study using the method of comparison and simulation to see thermal comfort condition visualisation objects of research. From the results of the simulations can be used to identify the influence of the element of outdoor space and the concept of traditional Balinese architecture against the thermal comfort on the object of research. Kenyamanan termal menjadi hal yang mutlak bagi tubuh manusia, oleh karenanya manusia sesalu berusaha mengkondisikan lingkungan untuk mencapai kenyamana termal bagi tubuhnya. Salah satu tempat manusia beraktivitas adalah ruang luar. Taman air dalam penelitian ini merupakan lingkungan binaan terencana dengan mengaplikasikan elemen-elemen arsitetur ruang luar yang didukung konsep Arsitektur Tradisional Bali. Melihat kondisi tersebut, maka terdapat peluang dan penting dilakukan penelitian mengenai Karakteristik Kenyamanan Termal Taman Air. Fokus penelitian ini adalah tingkat kenyamanan termal dan elemen ruang luar di Taman Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga dipilih sebagai lokus penelitian karena memiliki karakteristik yang khas terutama penerapan elemen taman air yang mendominasi serta penerapan konsep Arsitektur Tradisional Bali. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sebaran kondisi termal, mengetahui tingkat pengaruh elemen ruang luar terhadap kondisi termal, dan sejauh mana pengaruh pola penataan taman air dengan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi arsitek dalam mengembangkan dan merancang Taman Air yang dapat berfungsi secara optimal. Dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi dan simulasi untuk melihat visualisasi kondisi kenyamanan termal dalam obyek penelitian. Dari hasil simulasi tersebut dapat digunakan mengidentifikasi pengaruh elemen ruang luar dan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal pada obyek penelitian

    Perancangan Agrowisata Kopi Dengan Pendekatan Desain Berkelanjutan Di Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan, Bali

    No full text
    Pupuan district which is the second rank of the most robusta coffee production in Bali with a total production of 2,663.0. In addition to the area of land and coffee production in the Pujungan area, this area also has tourist potential. The potential possessed by this village has not been utilized and developed properly because of the lack of facilities that are able to accommodate the process of cultivation, research, coffee processing, and low public awareness about the potential of the area itself. The methods used in data collection are surveying, literature studies, and observation, as well as data compilation and classification methods used for the presentation of data. Then the data obtained is analyzed by comparative methods, analysis, reduction, and synthesis. Coffee Agrotourism is designed to accommodate various main facilities that are channeled through the potential in Pujungan Village, such as educational facilities about the history and cultivation of coffee in Pujungan Village, how to grow coffee directly, traditional and modern coffee processing. The green architecture design with the concept of Sustainable Agritourism design is chosen because it is based on principles that aim to align the building with the surrounding environment and is oriented to long-term aspects, and the design of the development of coffee plantations remains sustainable in various aspects.Kecamatan Pupuan yang menjadi peringkat kedua produksi kopi robusta terbanyak di Bali dengan jumlah hasil produksi sebanyak 2.663,0. Selain luas lahan dan hasil produksi kopi pada wilayah Pujungan, daerah ini juga memiliki potensi wisata. Potensi yang dimiliki oleh desa ini belum dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik karena minimnya fasilitas yang mampu mewadahi proses pembudidayaan, penelitian, pengolahan kopi, serta rendahnya kesadaran masyarakat mengenai potensi daerah itu sendiri. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah survey, studi literatur, dan observasi, serta metode kompilasi dan klasifikasi data digunakan untuk penyajian data. Kemudian data yang didapat dianalisis dengan metode komparatif, analisa, reduksi, dan sintesa. Agrowisata Kopi dirancancang guna mewadahi berbagai fasilitas utama yang disalurkan melalui potensi yang ada di Desa Pujungan, seperti fasilitas edukasi mengenai sejarah dan budidaya kopi di Desa Pujungan, cara menanam kopi secara langsung, pengolahan kopi secara tradisional dan modern. Pendekataan desain Arsitektur Hijau dengan konsep perancangan Sustainable Agritourism dipilih karena didasarkan atas prinsip-prinsip yang bertujuan untuk menyelaraskan bangunan dengan lingkungan sekitar serta berorientasi pada aspek jangka panjang, serta desain pengembangan perkebunan kopi ini tetap berkelanjutan dalam berbagai aspek

    Perumusan Konsep Dasar dan Tema Rancangan Pada Perencanaan dan Perancangan Agrowisata Kopi di Kecamatan Kintamani: Bahasa Indonesia

    No full text
    Coffee is one of the main plantation commodities in Indonesia which is one of the plantations that boosts the country's economy. Bali is one of the provinces that has quite extensive coffee plantations with an annual income of up to 15.5 thousand tons. Coffee Agrotourism is an educational tourism activity that utilizes coffee plantations as a tourist attraction. The utilization of this business in the plantation sector includes processing coffee from the plantations of local residents so that it becomes a product with national and even international selling value, in other words the products produced can not only be enjoyed by the domestic community, but also can be enjoyed by the outside community. Not only processed products are presented, but also experience, understanding, and knowledge about coffee or coffee plantations is also presented as a means of education. Coffee agrotourism is developed by utilizing the potential of both natural resources and human resources.   Keywords: Coffee, Plantation, Education, Recreation, Agrotourism    Kopi merupakan salah satu komoditas utama perkebunan yang ada di Indonesia dimana menjadi salah satu perkebunan yang mendongkrak perekonomian negara. Bali menjadi salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kopi yang cukup luas dengan pernghasilan pertahun mencapai 15,5 ribu ton. Agrowisata Kopi merupakan suatu kegiatan wisata edukasi yang memanfaatkan perkebunan kopi menjadi objek wisatanya. Pemanfaatan usaha dibidang perkebunan ini meliputi pengolahan kopi hasil perkebunan warga sekitar sehingga menjadi produk dengan nilai jual nasional bahkan internasional, dengan kata lain produk yang di hasilkan tidak hanya dapat dinikmati oleh masyarakat domestik, namun juga dapat dinikmati oleh masyarakat luar. Tidak hanya produk olahan yang di suguhkan, namun juga pengalaman, pemahaman, dan juga pengetahuan tentang Kopi ataupun Perkebunan Kopi juga dihadirkan sebagai sarana edukasi. Agrowisata Kopi di kembangkan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki baik SDA maupun SDM-nya.   Kata kunci: Kopi, Perkebunan, Edukasi, Rekreasi, Agrowisata   &nbsp
    corecore