40 research outputs found

    Strategi pengembangan produk unggulan kakao skala ikm di kabupaten luwu utara

    Get PDF
    Pengembangan produk unggulan Kakao skala IKM di Kabupaten Luwu Utara, masih terhambat sejumlah persoalan, baik pada tingkat usaha tani maupun tingkat industri pengolahan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemilihan prioritas produk unggulan Kakao, menentukan lokasi atau pusat pengembangan produk unggulan Kakao, dan merumuskan strategi dan program pengembangan produk unggulan Kakao skala IKM di Kabupaten Luwu Utara. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu mengidentifikasi potensi Kakao di Kabupaten Luwu Utara dengan metode survey dan studi pustaka, pemilihan prioritas produk unggulan kakao dan penetuan lokasi/pusat pengembangan produk unggulan Kakao dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan penyusunan strategi pengembangan produk unggulan Kakao skala IKM dengan metode SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cokelat kemasan, permen cokelat, dan cokelat batangan menjadi prioritas produk unggulan untuk dikembangkan, sedangkan lokasi/pusat pengembangan produk unggulan Kakao yaitu di Masamba, Sabbang dan Sukamaju. Strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan produk unggulan Kakao skala IKM di Kabupaten Luwu Utara yaitu : pengembangan kerjasama/kemitraan dengan swasta dan lembaga lainnya, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM berbasis kompetensi, pengembangan jejaring pemasaran, peningkatan kemampuan teknologi industri, pemeliharaan kontinuitas pengadaan bahan baku, pengembangan dan penerapan layanan informasi, penguatan kelembagaan, mendorong penyebaran IKM di lokasi/pusat pengembangan produk unggulan Kakao serta pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan

    Uji kualitatif dan kuantatif formalin pada buah apel, anggur dan lengkeng yang dijual di Kota Makassar

    Get PDF
    Komoditas hortikultura seperti buah-buahan memiliki umur simpan yang pendek, sehingga untuk memperpanjang umur simpan, biasanya pedagang buah-buahan menggunakan pengawet. Sebagian pedagang buah-buahan tersebut menggunakan formalin yang dilarang penggunaannya pada komoditi atau bahan pangan untuk memperbaiki tekstur dan meningkatkan umur simpan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui baik secara kualitatif maupun kuantitatif kandungan formalin pada buah apel merah, anggur merah dan lengkeng yang dijual di kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dalam lima tahapan yaitu ; (1) Pembuatan pereaksi schiff, (2) Analisis kualitatif formalin pada buah (sampel), (3) Pembuatan larutan stok untuk baku formalin p.a., (4) Pembuatan kurva baku, (5) Preparasi dan pengukuran sampel. Dalam analisa data digunakan metode regresi linier dengan memplotkan hasil absorbansi sampel pada kurva baku yang telah dibuat sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah apel merah washington, anggur merah dan lengkeng yang diperoleh dari pinggir jalan dan swalayan seputar daerah Sudiang dinyatakan positif mengandung formalin. Kadar formalin paling tinggi terdapat pada buah lengkeng, baik yang dijual di pinggir jalan yaitu sebesar 24,40 ppm maupun di supermarket yaitu sebesar 33,48 ppm. Kata Kunci: Buah-buahan, Formalin, Absorbansi, Kurva Bak

    Upaya Pengembangan Bauran Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga “Multi Kue” Di Kota Palopo

    Get PDF
    Kue bagea memiliki kontribusi dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah. Industri kue bagea saat ini sudah terdapat di beberapa Kecamatan di Kota Palopo. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah tangga “Multi Kue” yang terletak di Jl.Sungai Pareman II Kota Palopo. Metode pengambilan data dilakukan melalui observasi, survey, kusioner, dan wawancara. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif, yaitu menggambarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dan dikombinasikan dengan analisis tingkat kepercayaan dan kepentingan atribut bagi konsumen kue bagea “multi kue”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik umum responden dan proses keputusan pembelian sangat berpengaruh pada produk, harga, promosi, dan distribusi. Dan menurut hasil pengolahan data dari faktor internal dan faktor eksternal dan dikombinasikan dengan analisis tingkat kepercayaan dan kepentingan dapat disimpulkan yaitu, dengan membuat produk dan kemasan yang lebih inovatif, membuat daftar harga yang bisa dilihat langsung oleh konsumen, menetapkan harga yang bervariasi untuk target pasar yang berbeda, memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk dimana media sosial sekarang ini memiliki peran penting dalam strategi pemasaran baik bagi bisnis kecil maupun bisnis besar, juga memperluas jaringan pasar sampai keluar Kota Palopo seperti, ke Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, yang dalam hal ini bekerjasama dengan pengecer untuk memasarkan produknya, dan membuka gerai atau toko di tempat produksi dengan tempat yang bersih dan rapi. Kata Kunci : Bauran Pemasaran, Tingkat Kepercayaan, Kepentingan Atribut, Bagea

    Dampak Ekonomi Petani akibat Alih Fungsi Lahan Kakao menjadi Lahan Kelapa Sawit di Desa Karondang Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara

    Get PDF
    Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi pada saat ini dalam pemanfaatan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kelayakan usaha tani tanaman kakao dan tanaman kelapa sawit yang dikelola petani di Desa Karondang, Kecamatan Tanalili, Kabupaten Luwu Utara. Hasil penelitian berdasarkan perhitungan R/C Ratio menunjukan bahwa tanamana kakao yaitu total penerimaan usaha tani (TR) Rp 2.812.259 dibagi dengan hasil total biaya usahatani (TC) Rp 2.093.700, menghasilkan 1,3 atau >1 yang berarti penghasilan 1 Bulan panen usahatani kakao tersebut menguntungkan. Sedangkan tanaman kelapa sawit dengan total penerimaan usaha tani (TR) Rp2.910.760 dibagi dengan hasil total biaya usahatani (TC)Rp 1.175.415, menghasilkan 2,5 atau >1 keduanya usahatani menguntungkan akan tetapi tanaman kelapa sawit lebih jauh menguntungkan 2,5 dibandingkan kakao. Kata kunci : Alih Fungsi Lahan, Pendapatan, Kakao, Kelapa Sawi

    Analisis Saluran Dan Margin Pemasaran Pupuk Bersubsidi (Urea Dan Npk Phonska) Di Kecamatan Malangke Kab. Luwu Utara

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui bentuk saluran pemasaran pupuk bersubsidi ( Urea dan Phonska) dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran di daerah penelitian dan Untuk mengetahui besarnya biaya pemasaran, Margin Pemasaran dan Shere Margin ) setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran?. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus–Oktober 2019 di Kec. Malangke Kabupaten Luwu Utara dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan merupakan salah satu sentra penghasil tanaman Jagung ( Tanaman Pangan). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menujukkan bahwa Hanya ada satu saluran pemasaran pupuk bersubsidi didaerah peneltian yaitu Produsen, Distributor, Pengecer, Petani. Produsen melakukan 4 Fungsi Pemasaran yaitu Penjualan, Penyimpanan, transportasi dan pembelian. Selain 4 funngsi pemasaran tersebut diatas, produsen juga melakukan fungsi pembelian dalam hal pegadaan bahan baku tetapi tidak melakukan pembelian hasil produksi yang berupa pupuk, sedangkan lembaga pemasaran yang yang terlibat yaitu distributor dan pengecer melakukan 5 fungsi pemasaran yaitu pembelian, penjualan, transpotasi, penyimpanan dan pembiayaan. Kata kunci: analisis, margin pemasaran, pupuk bersubsid

    EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK HAYATI PADA PRE NURSERY BIBIT KELAPA SAWIT

    Get PDF
    Pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan memiliki dampak buruk terhadap kerusakan lingkungan dan penurunan keanekaragaman hayati tanah, sehingga perlu dicari alternatif lain agar produksi pertanian bisa ditingkatkan tanpa bergantung sepenuhnya pada pemakaian pupuk anorganik. Salah satu solusi adalah penggunaan pupuk organik hayati yang diperkaya mikrob. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas mikroba penambat N2 yang terdapat dalam pupuk organik hayati pada empat taraf dosis pemupukan nitrogen dalam meningkatkan keragaan bibit kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan pada lahan milik petani di Desa Pattimang, Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Percobaan dilakukan dalam bentuk eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor yaitu pupuk organik hayati dan pupuk nitrogen. Faktor pertama dengan tiga taraf perlakuan yaitu tanpa pupuk organik hayati, Pupuk organik dari kotoran sapi (Agro Flower) 1 g/kg Tanah dan Pupuk organik hayati (Biost) 1 g/kg Tanah. Sedangkan faktor kedua terdiri dari empat taraf yaitu tanpa pupuk N, pupuk N 50 % dari dosis standar, pupuk N 100 % dari dosis standar, dan pupuk N 150 % dari dosis standar. Setiap perlakuan diujikan terhadap 4 bibit kelapa sawit dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 144 tanaman percobaan. Pengamatan yang dilakukan yaitu peubah keragaan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Peubah kadar hara tanaman meliputi kadar hara N total, kadar hara P, dan kadar hara K. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrob penambat N yang terdapat didalam pupuk organik hayati meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang yang nyata pada pembibitan kelapa sawit. Penggunaan pupuk N dosis 100 % bersama pupuk organik hayati menunjukkan hasil keragaan tanaman terbaik. Kata Kunci : pupuk hayati, bibit kelapa sawit, pre nursery

    Tackling the Trickle: Ensuring Sustainable Water Management in the Arab Region

    Get PDF
    Abstract Water scarcity in the Arab region is intensifying due to population growth, economic development, and the impacts of climate change. It is manifested in groundwater depletion, freshwater ecosystem degradation, deteriorating water quality, low levels of water storage per capita, and added pressures on transboundary water resources. High‐income Arab countries have sought to circumvent the ever‐present challenges of water scarcity through agricultural imports (virtual water trade), desalination, and, increasingly, wastewater reuse. In this review article, we argue that the narrative of water scarcity and supply‐side technological fixes masks more systemic issues that threaten sustainable water management, including underperforming water utilities, protracted armed conflict and displacement, agricultural policies aimed at self‐sufficiency, evolving food consumption behaviors, the future of energy markets, and educational policy. Water management challenges, particularly on the demand side, and responses in the Arab region cannot be understood in isolation from these broader regional and international political and socioeconomic trends. Recognizing the complex and interdependent challenges of water management is the first step in reforming approaches and shifting to more sustainable development outcomes and stability in the Arab region and beyond

    Expanding ocean protection and peace: a window for science diplomacy in the Gulf.

    Get PDF
    The ecological state of the Persian or Arabian Gulf (hereafter 'Gulf') is in sharp decline. Calls for comprehensive ecosystem-based management approaches and transboundary conservation have gone largely unanswered, despite mounting marine threats made worse by climate change. The region's long-standing political tensions add additional complexity, especially now as some Gulf countries will soon adopt ambitious goals to protect their marine environments as part of new global environmental commitments. The recent interest in global commitments comes at a time when diplomatic relations among all Gulf countries are improving. There is a window of opportunity for Gulf countries to meet global marine biodiversity conservation commitments, but only if scientists engage in peer-to-peer diplomacy to build trust, share knowledge and strategize marine conservation options across boundaries. The Gulf region needs more ocean diplomacy and coordination; just as critically, it needs actors at its science-policy interface to find better ways of adapting cooperative models to fit its unique marine environment, political context and culture. We propose a practical agenda for scientist-led diplomacy in the short term and lines of research from which to draw (e.g. co-production, knowledge exchange) to better design future science diplomacy practices and processes suited to the Gulf's setting.We acknowledge support from the Smithson Fellowship (C.M.F.)

    KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN PENAMBAHAN KOMBINASI PLASTICIZER SERTA APLIKASINYA PADA BUAH NANAS TEROLAH MINIMAL

    No full text
    Edible film yang terbuat dari pati relatif mudah sobek, sehingga perlu penambahan plasticizer agar lebih lentur. Karakteristik edible film akan menentukan kualitas akhir terhadap aplikasinya pada produk pangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu ; (1) mengetahui karakteristik edible film dari limbah kulit singkong dengan kombinasi perlakuan penambahan plasticizer, (2) mengetahui pengaruh aplikasi pengemasan dengan metode coating dan wrapping pada buah nanas terolah minimal. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu ekstraksi pati kulit singkong. Pati hasil ektraksi kemudian dianalisis; (1) kadar air, (2) kadar pati, (3) kadar amilosa, dan (4) suhu gelatinisasi. Pada tahap ini akan diperoleh pati kulit singkong yang terbaik sebagai bahan dasar edibel film. Tahap kedua yaitu pembuatan edible film pati kulit singkong, dengan menggunakan kombinasi plasticizer dalam berbagai konsentrasi yaitu gliserol (2%, 4%, 6%) dan propilen glikol (2%, 4%, 6%). Edible film yang diperoleh kemudian dianalisis; (1) ketebalan, (2) kuat tarik, (3) persen pemanjangan dan (4) laju transmisi uap air. Analisis data yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dua faktorial dengan dua kali ulangan. Tahap ketiga yaitu aplikasi edible film pada buah nanas terolah minimal, dengan metode; (1)  Kontrol (tanpa perendaman dan pelapisan), (2) Perendaman (coating), dan (3) Pelapisan (wrapping). Tahap aplikasi ini akan dilakukan selama 3 hari dan setiap harinya akan dilakukan pengamatan terhadap susut berat dan warna. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memperlihatkan suhu gelatinisasi pati ubi kayu 63oC, kadar air pati ubi kayu 10,14%, kadar pati ubi kayu 97,35% dan kadar amilosa 9,584%.  Sedangkan pada sifat fisik dan mekanis edibel film menunjukkan ketebalan yang terbaik yaitu penambahan gliserol 2%, propilen glikol 2%.  Kuat tarik yang terbaik penambahan gliserol 2%, propilen glikol 2%.  Persen pemanjangan yang terbaik yaitu penambahan gliserol 6%, gliserol 2%.  Sedangkan untuk laju transmisi uap air yaitu penambahan gliserol 2%, propilen glikol 2%.  Selanjutnya hasil pengamatan aplikasi dari edibel film memperlihatkan susut bobot yang terbaik pada perlakuan wrapping yaitu 26,41%.  Sedangkan untuk parameter warna yang terbaik pada perlakuan coating dengan nilai rata–rata panelis ialah 3,34

    KARAKTERISTIK EDIBLE FILM KOMPOSIT DARI PATI SAGU, GELATIN DAN LILIN LEBAH (BEESWAX)

    No full text
    Edible film merupakan pengemas lapis tipis yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia dan bersifat ramah lingkungan karena bahan bakunya berasal dari hasil-hasil pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat edible film komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dari pati sagu dengan penambahan berbagai konsentrasi gelatin dan lilin lebah (beeswax) serta untuk mengetahui pengaruh konsentrasi beeswax terhadap karakteristik edible film komposit. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap I, membuat edible film dengan perlakuan penambahan konsentrasi gelatin (1%, 2% dan 3%).  Tahap II, edible film yang  memiliki laju transmisi uap air terkecil pada tahap I (konsentrasi gelatin terbaik) digunakan untuk menentukan pengaruh konsentrasi beeswax yang tepat pada edible film dengan konsentrasi 0,5%, 0,75% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati sagu mempunyai kadar air 9,22%, suhu gelatinisasi 620C, kadar pati 84,56% dan kadar amilosa 7,2 %. Hasil penelitian pada edible film pati sagu diperoleh ketebalan tertinggi pada penambahan beeswax 1% (0,129 mm) sedangkan terendah pada penambahan beeswax 0,5% (0,098 mm). Kuat tarik tertinggi pada penambahan beeswax 1%  (1,180 N/mm2 ) sedangkan terendah pada penambahan beeswax 0,5% (0,591 N/mm2). Persen pemanjangan edible film tertinggi pada penambahan beeswax 0,5% (351,08%) sedangkan terendah penambahan beeswax 1% (227,38%). Laju transmisi uap air edible film tertinggi pada penambahan beeswax 0,5% (0,037 g/m2.jam) sedangkan terendah penambahan beeswax 1% (0,027 g/m2/jam)
    corecore