3 research outputs found
Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, sehingga lebih dibutuhkan sistem pendingin daripada sistem pemanas. Salah satu teknologi pendinginan yang dapat digunakan adalah DAR (Diffusion Absorbtion refrigeration). Berbeda dengan sistem kompresi uap, sistem refrigerasi difusi absorbsi tidak menggunakan kompresor, namun menggunakan generator sebagai penggantinya. Namun seiring waktu, sistem pendingin absorbsi mulai ditinggalkan karena memiliki COP (Coeffisient Of Performance) yang relatif kecil. Pada penelitian kali ini pasangan refrijeran dan absorben yang digunakan adalah R22 dan DMF (Dhymethylformamyde) dengan konsentrasi R22 sebesar 60%. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan beban pendinginan pada kabin evaporator dengan memasang heater elektrik yang dilengkapi dengan voltage regulator. Terdapat tiga variasi beban pendinginan yang akan dilakukan yaitu beban pertama dengan mengkondisikan beban heater electric 0 watt (tanpa beban), beban kedua dengan beban 7,84 watt, dan beban ketiga 15,68 watt. Hasil yang diperoleh dari pengujian beban pendinginan pada evaporator, yaitu semakin tinggi beban pendinginan maka COP dari sistem pendingin akan semakin tinggi. Adapun hasil performa optimum yang didapatkan antara lain: Qgen optimum adalah 337.417 watt, laju alir massa refrijeran ( ) optimum adalah 0.679 gram/s. Panas yang diserap evaporator (Qevap) optimum adalah 130.604 Watt. Coefficient Of Performance (COP) optimum 0.398. Panas yang dibuang kondensor (Qcond) maksimum 132.026 Watt
Interpretasi Struktur Geologi Berdasarkan Fault Fracture Density (FFD) dan Implikasinya terhadap Potensi Likuefaksi di Daerah Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
Keberadaan struktur geologi sering dikaitkan dengan bencana tanah longsor dan gempa bumi. Daerah Kalibening merupakan lokasi yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian terkait hal tersebut. Daerah ini tersusun atas satuan batuan berumur Pleistosen dan Resen. Berdasarkan stratigrafinya, batuan tersebut terpotong oleh struktur sesar. Hal ini berarti menjadikan sesar di daerah tersebut termasuk dalam kategori sesar aktif. Morfologi yang tinggi dengan suatu cekungan di tengahnya mengindikasikan bahwa daerah tersebut pembentukannya dipengaruhi oleh sesar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian. Untuk menentukan pola struktur geologi, digunakan metode pemetaan struktur Fault Fracture Density (FFD) yang dikombinasikan dengan peta residual anomali Bouguer dan peta kelurusan hillshade. Secara umum, hal yang paling penting dalam mempelajari struktur geologi adalah geometri elemen struktur. Model konseptual struktur geologi selanjutnya digunakan untuk menganalisis potensi likuefaksi yang ada pada daerah penelitian. Interpretasi struktur menunjukkan adanya sesar mendatar dekstral yang diikuti sesar-sesar penyerta dan cekungan pull-apart yang diduga merupakan hasil pensesaran normal yang timbul dari mekanisme strike-slip. Sesar mendatar dekstral ini menghasilkan cekungan yang terisi oleh sedimen lepas yang rentan mengalami likuefaksi jika terjadi gempa bumi dan gerakan tanah. Kajian ini menyimpulkan bahwa daerah Kalibening rentan terjadi likuefaksi karena adanya pergerakan sesar mendatar dekstral, sedimen lepas yang mendominasi daerah penelitian, dan muka air tanah yang dangkal