Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, sehingga lebih dibutuhkan sistem pendingin daripada sistem pemanas. Salah satu teknologi pendinginan yang dapat digunakan adalah DAR (Diffusion Absorbtion refrigeration). Berbeda dengan sistem kompresi uap, sistem refrigerasi difusi absorbsi tidak menggunakan kompresor, namun menggunakan generator sebagai penggantinya. Namun seiring waktu, sistem pendingin absorbsi mulai ditinggalkan karena memiliki COP (Coeffisient Of Performance) yang relatif kecil. Pada penelitian kali ini pasangan refrijeran dan absorben yang digunakan adalah R22 dan DMF (Dhymethylformamyde) dengan konsentrasi R22 sebesar 60%. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan beban pendinginan pada kabin evaporator dengan memasang heater elektrik yang dilengkapi dengan voltage regulator. Terdapat tiga variasi beban pendinginan yang akan dilakukan yaitu beban pertama dengan mengkondisikan beban heater electric 0 watt (tanpa beban), beban kedua dengan beban 7,84 watt, dan beban ketiga 15,68 watt. Hasil yang diperoleh dari pengujian beban pendinginan pada evaporator, yaitu semakin tinggi beban pendinginan maka COP dari sistem pendingin akan semakin tinggi. Adapun hasil performa optimum yang didapatkan antara lain: Qgen optimum adalah 337.417 watt, laju alir massa refrijeran ( ) optimum adalah 0.679 gram/s. Panas yang diserap evaporator (Qevap) optimum adalah 130.604 Watt. Coefficient Of Performance (COP) optimum 0.398. Panas yang dibuang kondensor (Qcond) maksimum 132.026 Watt