26 research outputs found

    UPAYA PENINGKATAN KINERJA MELALUI PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA GUNA MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

    Get PDF
    Non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai tambah) atau dikenal juga dengan pemborosan dapat dikenali melalui beberapa aktivitas, yaitu: produksi yang berlebih (over production), gerakan yang tidak dibutuhkan (motion), persediaan berlebihan (inventory), transportasi (transportation), menunggu (waiting), dan cacat (defect). Dalam Lean Six Sigma dilakukan suatu  pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktifitas - aktifitas yang tidak bernilai tambah tersebut  melalui peningkatan terus menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam (six) sigma. Sebagai contoh pada suatu kasus dalam proses produksi di PT X, sebuah perusahaan produsen minuman dalam kemasan, ditemukan adanya cacat produk. Cacat produk tersebut menjadi salah satu bagian dari waste proses produksi yang relatif tinggi sebagai indikator adanya ketidakefisienan mesin. Besaran cacat mencapai 41,46% dari total produksi. Maka dalam hal ini dilakukan upaya peningkatan kinerja proses dan kualitas produk melalui pengurangan atau penghilangan waste yang ada. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma diperoleh peningkatan kinerja menjadi 52,88% dan tingkat sigma yang dicapai oleh perusahaan adalah 4,98. Dengan adanya peningkatan kinerja maka diharapkan kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan efektif, biaya menjadi lebih efisien, serta energi pun dapat digunakan secara optimal. Kata kunci: Kinerja, Lean Six Sigma, Non Value Added Activities, Wast

    The Study Of The Application Of Noise Mapping Using Golden Surfer Software To Control Noise

    Get PDF
    Machines and equipment or work processes that make noise. Evaluation of noise intensity is carried out by making a noise map that describes the noise distribution pattern from 278 measurement points and then processed with surfer software, which then becomes basic information to protect workers from the risk of hearing loss. After measuring and analyzing the data, the noise level ranged from the lowest of 41.0 dBA, to the highest of 101.9 dBA. From the noise map, it can be seen that the main sources of noise are in the workshop area, corn intake & dryer area, generator area & bagging off area. Noise control efforts have been carried out by engineering controls, administrative controls in the form of work rotation, Standard Operating Procedures, training, safety signs and the use of ear protective equipment for workers in the form of earplugs and earmuffs

    PKW Budidaya Sayuran Hidroponik di Desa Pekalongan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara

    Get PDF
    Salah satu pembudidaya sayuran hidroponik di kabupaten Jepara Bapak Ryan Arfian dengan usahanya yang bernama Bagus Hydrofarm (Mitra) memiliki permasalahan di bidang kapasitas produksi yang rendah. Hal ini dikarenakan mitra hanya mempunyai 800 titik tanam dewasa. Proses produksi sayuran hidroponik juga masih rendah karena belum adanya kontrol kualitas pada hasil produksinya. Permasalahan tersebut muncul karena belum adanya pengetahuan mitra mengenai proses produksi dan kontrol kualitas yang cukup dan baik. Selain itu juga disebabkan oleh belum adanya alat untuk mengetahui kandungan nutrisi pada air dan belum adanya alat ukur kelembaban dan suhu. Managemen usaha pada mitra juga masih dikelola secara sederhana dan kekeluargaan.untuk mengatasi permasalahan tersebut, metode yang digunakan antara lain sosialisasi, pendampingan, monitoring dan evaluasi. Hasil peningkatan manfaat dari program kemitraan wilayah ini adalah peningkatan kapasitas produksi sebesar 17,5%, peningkatan pengetahuan cara budidaya sayuran hidroponik sebesar 100%, peningkatan aset berupa alat ukur PH dan TDS sebesar 100%, peningkatan aset berupa alat pengukur suhu dan kelembaban sebesar 100%, peningkatan pengetahuan tentang manajemen usaha yang baik sebesar 100%

    USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM HACCP (HAZARD ANALISYS CRITICAL CONTROL POINT) (STUDI KASUS PEMBUATAN KUE KROKET DI TOKO ROTI DAN KUE ”RAPI” SEMARANG)

    Get PDF
    Abstrak Toko Roti dan Kue “RAPI” merupakan salah satu industri rumah tangga yang bergerak dibidang makanan. Produksinya meliputi berbagai jenis kue dan roti. Untuk menjamin keamanan atau higienitas produk makanannya Toko Roti dan Kue “RAPI” ini telah mengantongi Surat Ijin DEPKES RI No. 315/11.04/94. Perbaikan proses dengan menggunakansistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ini diharapkan dapat melengkapi standar yang ada dan dapat diaplikasikan kedalam sistem manajemen mutu sehingga mendapatkan jaminan keamanan makanan yang sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Penerapan HACCP mengedepankan upaya preventive atau pencegahan, dilakukan dengan jalan memperketat pengontrolan setiap tahapan titik kritis pada proses pengadaan pangan hingga pangan dinyatakan aman dan terbebas dari kontaminan. Dalam proses pembuatan kue kroket di Toko Kue dan Roti ”RAPI” ini ditemukan beberapa bahaya (hazard) yang terjadi.  Dengan penerapan HACCP akan menghasilkan produk kue kroket yangmemenuhi standar jaminan keamanan pangan. Kata kunci : keamanan pangan, kue kroket, mutu, sistem HACC

    Strategi Pemasaran Dengan Pendekatan SWOT, Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (Studi Kasus Pada Walet Kofie)

    Get PDF
    Situasi penurunan pemasaran dan penjualan pada Kedai Walet Kofie, yang disebabkan oleh persaingan ketat dengan sesama kedai kopi, memerlukan analisis mendalam dan perumusan strategi yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk mengembangkan Walet Kofie. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten Kendal, yaitu di Kedai Kopi Walet Kofie. Subjek dalam penelitian ini, meliputi: penikmat kopi, manajemen kedai Walet Kofie dan akademisi. Pengumpulan data dengan pengamatan langsung, wawancara, pengisian kuesioner. Analisa data menggunakan analisis deskriptif, analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, Threats) untuk merumuskan langkah-langkah strategi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal sebagai strategi pemasaran dengan kekuatan utama dalam perusahaan adalah ketersediaan fasilitas lengkap (wifi, toilet, mushola), namun kelemahan utama adalah sarana promosi yang belum maksimal. Sedangkan faktor luar sebagi peluang untuk menyusun strategi pemasaran yaitu membangun hubungan dengan pelanggan, sedangkan ancaman utama yang dimiliki Walet Kofie terdiri dari tiga yaitu: tingkat persaingan kedai kopi yang tinggi, rating buruk dari konsumen, dan perubahan tren pasar. Strategi alternatif yang digunakan Strategi S-T (Strengths-Threats) yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Walet Kofie perlu fokus pada penguatan dan pemanfaatan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya, sekaligus menghadapi dan mengatasi ancaman-ancaman yang ada, yang terdiri dari enam langkah: pengembangan menu kreatif dan variative; ekspansi produk non kopi; program loyalty dan promosi; peningkatan kualitas pelayanan; penyesuaian dengan perubahan iklim; ekspansi ke lokasi baru atau bermitra dengan ojek online. Kata Kunci: Strategi Pemasaran, dan SWOT, Faktor Internal, Faktor Eksterna

    ANALISA EFEKTIVITAS MESIN TENUN PRODUKSI C1037 MENGGUNAKAN PENGUKURAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) (Studi Kasus : PT. Apac Inti Corpora)

    Get PDF
    Abstrak – PT. Apac Inti Corpora merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang tekstil, mulai dari proses pemintalan serat kapas menjadi benang (Spinning), penenunan (Weaving) benang menjadi kain polos serta denim. Berlokasi di Jl. Raya Soekarno-Hatta Km.32, Desa Harjosari, Bawen, Semarang, jawa Tengah.Penelitian ini dilakukan di unit Weaving I Toyoda proses loom (penenunan) benang menjadi kain, dengan produksi kain C1037, penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 yang dimana menghasilkan downtime yang lebih besar dari 3% pada mesin tenun Air jet loom. Dimana hal ini perlu dilakukan Analisa terhadap factor yang mempengaruhi downtime mesin Air Jet Loom ini.Dari permaslahan tersebut dilakukanlah perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) agar dapat dilakukan analisa mengenai factor terbesar penyebab kerugian terjadinya downtime.OEE sendiri merupakan hasil pengalian dari Availability Rate(90%), Performance Rate(95%) dan Quality Rate(99%). Setelah dilakukannya perhituungan OEE mesin-mesin yang nilai standarnya kurang dari 85% diinputkan untuk perhitungan six big losses guna mengetahui losses tertinggi yang mengakibatkan rendahnya nilai Overall Equipment Effectiveness tersebut. Kemudian dari nilai losses tertinggi dilakukan Analisa Fishbone Diagram (diagram sebab akibat) untuk mengetahui factor kerusakannya dan dapat meminimalisir hal yang sama terulang kedepannya. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dari kesembilan mesin yang memproduksi kain C1037 terdapat enam mesin yang nilai OEE-nya masih dibawah 85% yaitu mesin 509 (76,997%), mesin 610 (82,872%), mesin 709 (81,778%), mesin 606 (84,677%), mesin 508 (84,959%), dan mesin 706 (84,561%). Dari nilai ini dilakukan perhitungan six big losses yang menghasilkan nilai losses terbesar adalah breakdown losses dengan nilai 8,04%. Setelah dilakukan Analisa fishbone diagram dapat diketahui factor penyebab breakdown losses antara lain dari Mesin, Lingkungan, Bahan Baku dan Manusia. Serta dapat diberikan usulan untuk mencegah breakdown losses dengan rajin mengecek bagian/komponen mesin, perekaman data kerusakan dibuat langsung input dalam soft file, rajin melakukan pembersihan di area produksi dll.Kata Kunci : PT. Apac Inti Corpora, Air Jet Loom, Produktivitas, Overall Equipment Effectiveness, Six Big Losses, Diagram Ishikaw

    ANALISIS MITIGASI PADA RANTAI PASOK PRODUK MAKANAN DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK (HOR) (Studi Kasus di UKM LUMAZA Pekalongan)

    Get PDF
    Pada setiap perusahaan pasti memiliki alur rantai pasok masing-masing untuk mengoptimalkan produksi yang mereka lakukan agar mendapatkan hasil produksi yang layak untuk digunakan oleh khalayak umum. UKM LUMAZA sendiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang industri makanan yang terletak di Kota Pekalongan. Terkadang UKM LUMAZA itu sendiri mengalami beberapa risiko yang terjadi saat akan melaksanakan kegiatan rantai pasok tersebut. Resiko itu terjadi atas ketidak direncanakannya kegagalan dari rantai pasok itu sendiri. UKM LUMAZA pun selalu mencoba dan berupaya agar resiko yang terjadi berkurang walaupun terkadang risiko itu sendiri tetap terulang terus menerus. Salah satu resiko yang pernah terjadi adalah bahan baku yang digunakan berbeda dengan bahan baku yang biasa digunakan, akibat supplier yang biasa digunakan mengalami stok habis. Oleh karena itu, diperlukan metode HOR untuk menyelesaikan risiko itu sendiri dengan awal mula pendekatan SCOR hingga menemukan hasil identifikasi 19 kejadian risiko dan 12 agen risiko. Dari 12 agen risiko diprioritaskan 4 kejadian risiko berdasarkan nilai terbesar dari HOR fase 1. Lalu ditentukan tindakan mitigasi pada HOR fase 2 didapatkan 6 strategi yaitu, 1) Melakukan pembuatan jadwal pengiriman, 2) Melakukan penambahan stock bahan baku, 3) Melakukan inspeksi lebih ketat sebelum produk dikirim, 4) Melakukan penambahan kurir pengiriman, 5) Melakukan jadwal rencana produksi, dan 6) Melakukan penambahan saran pengiriman. Kata kunci : Mitigasi, FMEA, House of Risk

    PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISIR CACAT PRODUK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

    Get PDF
    UMKM Sri rejeki adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi roti gulung. Roti gulung yang diproduksi memiliki beberapa varian, yaitu: roti gulung isi caramel meses, roti gulung isi caramel keju, dan roti gulung coklat keju. Sistem produksi yang dilakukan adalah dengan make to stock. UMKM ini masih mempunyai permasalahan pada jumlah produk cacat yang disebabkan oleh beberapa factor yang menyebabkan penurunan kualitas pada produk roti gulung. Pada proses produksinya UMKM ini sering mengalami cacat produk yang dapat dilihat saat roti gulung sudah dalam keadaan siap dikemas. Rata-rata total produksinya yaitu sebesar 1200 pcs dengan persentase cacat produk sebesar 4,33%. Bentuk produk cacat yang terjadi pada saat proses produksi meliputi: ukuran yang tidak sesuai, roti yang tidak mengembang,dan hangus. Dengan bantuan metode SPC dan FMEA yang telah dilakukan dapat mengidentifikasi jenis kecacatan dengan persentase tertinggi yaitu cacat gosong sebesar 36,34%, cacat bantat sebesar 33,33% dan cacat tekstur sebesar 30,33%. %. Penyebab terjadinya cacat produk dan usulan perbaikan dapat didentifikasi dengan metode 5W+1H. Pada jenis cacat gosong penyebab terjadinya kecacatan disebabkan oleh: Penggunaan takaran gula dan susu yang terlalu banyak, terlalu lama saat proses memanggang/mengoven dan juga suhu oven yang terlalu panas. Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, Produk Cacat, SPC, FME

    MODEL KONSEPTUAL PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN INDUSTRI PARIWISATA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN TOURSERVQUAL

    Get PDF
    Several previous studies have found factors or dimensions that affect the quality services of tourism and measures the perceived level of tourists as consumers. However, these studies have not been able to develop a practical model of a system as a simple overview of the tourism industry by involving various factors / dimensions that influence. This research will make a conseptual model of the service quality improvement of the tourism industry in the province of Central Java. The method used in this paper is Tourservqual, which is the Service Quality methods applied in the field of tourism. The resulting conceptual model consists of sixteen (16) dimension of the quality of tourism services that will affect or have a positive relationship with customer satisfaction (tourists). Customer satisfaction has a positive influence on destination competitiveness. Destination competitiveness measured in 36 indicators. This conceptual model expected to measure tourist satisfaction who becomes the object of the tourist areas, also measure the level of competitiveness of each of these objects, as well as knowing what factors most affect the competitiveness of tourist destinations

    MODEL KONSEPTUAL PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN INDUSTRI PARIWISATA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN TOURSERVQUAL

    Get PDF
    Several previous studies have found factors or dimensions that affect the quality services of tourism and measures the perceived level of tourists as consumers. However, these studies have not been able to develop a practical model of a system as a simple overview of the tourism industry by involving various factors / dimensions that influence. This research will make a conseptual model of the service quality improvement of the tourism industry in the province of Central Java. The method used in this paper is Tourservqual, which is the Service Quality methods applied in the field of tourism. The resulting conceptual model consists of sixteen (16) dimension of the quality of tourism services that will affect or have a positive relationship with customer satisfaction (tourists). Customer satisfaction has a positive influence on destination competitiveness. Destination competitiveness measured in 36 indicators. This conceptual model expected to measure tourist satisfaction who becomes the object of the tourist areas, also measure the level of competitiveness of each of these objects, as well as knowing what factors most affect the competitiveness of tourist destinations
    corecore