27 research outputs found
ANALISIS RISIKO PROSES FISIOTERAPI DAN MITIGASI MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR OF STAFFING NEED (Tinjauan: Proses Internal dan Manusia di Rumah Sakit X)
Penelitian dilakukan dengan latar belakang, adanya Keputusan Menteri Kesehatan No.65 Tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi yang digunakan sebagai dasar manajemen risiko dalam mempersiapkan strategi untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan muncul pada penatalaksanaan proses fisioterapi.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:81/MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN)sebagai strategi pengambilan kebijakan.
Penelitian ini bertujuan untukmeningkatkanmutu pelayanan fisioterapi melalui perhitungan risiko proses fisioterapi dan tindakan mitigasi risiko menggunakan metode Workload Indicator Staffing Need.
Penelitian menggunakan Metodetahapan manajemen risiko sebagai metode analisisnya dan WISN sebagai metode untuk mitigasi risiko. Analisis risiko diawali dengan identifikasi risiko kemudian mengukur risiko dengan menghitung peluang dan dampak dari risiko tersebut dan merancang manajemen risiko sebagai mitigasinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kejadian dengan risiko tertinggi 25 pada tahap pemeriksaan dan pengukuran dengan peluang tidak memiliki waktu yang memadai untuk pemeriksaan dan pengukuran fisioterapi dengan nilai 5 dan dampak penulisan laporan hasil pemeriksaan tidak lengkap dengan nilai 5 pada tahap dokumentasi, sedangkanpadatahap intervensi fisioterapi terjadi peluang pengurangan jenis dan waktu intervensidengan nilai 5 dan dampak berupa penyembuhan yang lama atau tidak sembuh (cacat) mendapat nilai5 sehingga didapat nilairisiko 25. Adapun pemicu terjadinya potensi risiko adalah jumlah pasien (rata-rata 50-60/hari) yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga fisioterapis (4 orang) serta kurangnya sarana alat intervensi fisioterapi (penatalaksanaan alat menggunakan dosis waktu min : 15 menit).Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi sesuai dengan PMK 65 tahun 2015, maka langkah strategis yang harus dilakukan adalah pengambilan kebijakan mitigasi kejadian yang tidak diharapkan muncul dengan menurunkan peluang, seperti: menambah jumlah tenaga fisioterapissesuai dengan kebijakan pemerintah dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 81 /MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN), mengatur jadwal pemisahan hari pemeriksaan pengukuran fisioterapi dengan hari pelaksanaan intervensi dan menambah jumlah alat intervensi fisioterapi.
Kata kunci : Analisis risiko, proses fisioterapi, mitigasi risiko, workload indicatorstaffing nee
Entrepreneurship Models In Physiotherapy Practice: An Observational Study
The development of entrepreneurial activities in society is the basis of the progress and
prosperity of a nation. Currently the development of the age of the community is at a productive age
which requires a prime or fit body condition and at an elderly age with a history of decreased
movement activity which results in a decrease in quality of life. These existing problems are business
opportunities that can be solved by physiotherapists by creating, building or opening a creative and
innovative form of physiotherapy service business or physiotherapy entrepreneurship. This study aims
to observe entrepreneurial activities carried out by physiotherapists. Methods: this study uses a type of
description taken from observations on 3 forms or models of business entities or physiotherapy
entrepreneurship, in the form of: 1. independent clinics, 2. independent fitness training centers and 3.
clinics in collaboration with doctors. Results: Based on the results of data searches and observations on
the three physiotherapy entrepreneurial models, it can be seen the success of each entrepreneurial
model. The independent clinic has a higher and higher level of difficulty, responsibility, creativity and
innovation, while the clinical model that collaborates with doctors has a low level of difficulty with the
division of responsibilities and has easier access to patients or clients compared to independent clinics.
Conclusion: The model for implementing physiotherapy entrepreneurial activities can be carried out
independently in the form of clinics, fitness centers or in collaboration with doctors. Physiotherapy
entrepreneurial activities have a contribution in creating job vacancies, solving health problems, and
improving the welfare of society and the country's economy.
Keywords: Physiotherapy; Entrepreneurship; Clini
Latihan Mandiri bagi Lansia untuk Mencegah dan Mengatasi Keluhan pada Kondisi Osteoporosis
Buku ini kami persembahkan bagi para lansia, yang masih melakukan aktifitas sehari – hari secara mandiri di rumah, dengan kesadaran akan manfaat yang didapat selain kebersihan tetapi bonus kesehatan terutama pada anggota gerak tubuh yang pada umumnya sudah banyak mengalami gangguan. Melalui buku ini, para lansia dapat lebih semangat lagi beraktifitas walaupun hanya di dalam rumah, karena banyak manfaat yang diperoleh untuk kesehatan otot, tulang, keseimbangan dan kekuatan otot. Buku Panduan Mandiri Bagi Lansia ini, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan gambar yang mudah dimengerti serta dapat dilakukan secara mandiri. Ucapan terima kasih, tim penyusun haturkan kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian buku panduan ini. Besar harapan kami adanya masukan, agar buku ini dapat lebih sempurna
Panduan Latihan Gerak Diagonal Tiga Dimensi dengan Kombinasi Latihan Pernapasan Diafragma pada Usia Produktif dan Lansia : Mencegah Penurunan Kapasitas Fisik, Kognisi, Keseimbangan dan Daya Tahan
Buku panduan ini disusun
dengan memberikan petunjuk aktifitas latihan secara
sederhana dan terperinci pada setiap bagian mulai dari
posisi tidur terlentang hingga berjalan yang ditujukan
untuk memberikan kemudahan dalam melakukan latihan
secara mandiri di mana saja. Selain itu panduan ini dapat
digunakan bagi semua batasan umur baik bagi
masyarakat dengan usia produktif maupun lansia.
Panduan ini dibuat dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penurunan kapasitas aktifitas fisik terutama
dengan adanya perubahan situasi dan kondisi aktifitas
sehari hari pada masyarakat usia produktif seperti
bekerja dari rumah dan juga dapat digunakan bagi
masyarakat lansia yang memang telah mengalami masa
pensiun (kurang aktifitas), adanya penyakit degeneratif
atau kondisi penurunan daya tahan terkait usia.
Latihan dengan menggunakan gerak diagonal tiga
dimensi berdasarkan konsep PNF yang dikombinasikan
dengan pengaturan nafas diafragma yang lebih fokus
akan memberikan stimulasi yang sangat lengkap baik dari
sisi informasi gerak sendi melalui gerakan diagonal tiga dimensi ke pusat perintah di otak dengan ketersediaan
oksigen yang akan memberikan tambahan muatan
volume saat latihan bagi sistim jantung dan paru serta
otot, sehingga kombinasi latihan ini menjadi satu aktifitas
yang sempurna dan saling membantu untuk memberikan
hasil berupa peningkatan kapasitas fisik dan daya tahan
dalam melakukan aktifitas (mencapai kesehatan
paripurna)
Overview of the health profile of the elderly referring to the risks of stroke in the sub-district of Cililitan, Jakarta, Indonesia
Introduction: The composition of the elderly population is increasing rapidly in both developed and developing countries, which is caused by a decrease in fertility (birth) and mortality (death) rates as well as an increase in life expectancy, which changes the structure of the population as a whole. Stroke can generally occur in all age groups, but three quarters of strokes occur in people who are already 65 years old or older (the elderly) and result in the onset of disability or invalidity. Stroke is one of non-communicable diseases, which is the leading cause of death worldwide. Methodology: Data was taken from the integrated health service post (for the elderly) to obtain an overview of the risk of stroke in the elderly based on the available secondary health data of the elderly. Results: Two hundred and sixty-eight (268) elderly people with the available health data can be described by the following criteria: 56% of the elderly have low risk, 32% of the elderly have moderate risk, and 12% of the elderly have high risk. Conclusion: The elderly in the integrated health service post for the elderly have various risks of stroke from moderate to high. Keywords: Risk of stroke; Physiotherapy; Health status; Elderl
HAKI Latihan Mandiri Bagi Lansia untuk Mencegah dan Mengatasi Keluhan pada Kondisi Osteoporosis
Analisa Risiko Proses Fisioterapi Dan Mitigasi Menggunakan Metode Workload Indicator Of Staffing Need (Tinjauan: Proses Internal dan Manusia di Rumah Sakit X)
Penelitian dilakukan dengan latar belakang, adanya Keputusan Menteri Kesehatan No.65 Tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi yang digunakan sebagai dasar manajemen risiko dalam mempersiapkan strategi untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan muncul pada penatalaksanaan proses fisioterapi.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:81/MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN)sebagai strategi pengambilan kebijakan.
Penelitian ini bertujuan untukmeningkatkanmutu pelayanan fisioterapi melalui perhitungan risiko proses fisioterapi dan tindakan mitigasi risiko menggunakan metode Workload Indicator Staffing Need.
Penelitian menggunakan Metodetahapan manajemen risiko sebagai metode analisisnya dan WISN sebagai metode untuk mitigasi risiko. Analisis risiko diawali dengan identifikasi risiko kemudian mengukur risiko dengan menghitung peluang dan dampak dari resiko tersebut dan merancang manajemen risiko sebagai mitigasinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kejadian dengan risiko tertinggi 25 pada tahap pemeriksaan dan pengukuran dengan peluang tidak memiliki waktu yang memadai untuk pemeriksaan dan pengukuran fisioterapi dengan nilai 5 dan dampak penulisan laporan hasil pemeriksaan tidak lengkap dengan nilai 5 pada tahap dokumentasi, sedangkan pada tahap intervensi fisioterapi terjadi peluang pengurangan jenis dan waktu intervensidengan nilai 5 dan dampak berupa penyembuhan yang lama atau tidak sembuh (cacat) mendapat nilai5 sehingga didapat nilairisiko 25.
Adapun pemicu terjadinya potensi risiko adalah jumlah pasien (rata-rata 5060/hari) yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga fisioterapis (4 orang) serta kurangnya sarana alat intervensi fisioterapi (penatalaksanaan alat menggunakan dosis waktu min : 15 menit).
Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi sesuai dengan PMK 65 tahun 2015, maka langkah strategis yang harus dilakukan adalah pengambilan kebijakan mitigasi kejadian yang tidak diharapkan muncul dengan menurunkan peluang, seperti: menambah jumlah tenaga fisioterapissesuai dengan kebijakan pemerintah dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 81 /MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN), mengatur jadwal pemisahan hari pemeriksaan pengukuran fisioterapi dengan hari pelaksanaan intervensi dan menambah jumlah alat intervensi fisioterapi.
Kata kunci : Analisis risiko, proses fisioterapi, mitigasi risiko, workload indicatorstaffing nee
Proprioceptive neuromuscular facilitation approach for knee osteoarthritis conditions: A narrative review
Background: Knee pain is one of the most prevalent causes of musculoskeletal disorders worldwide. One of the most
common causes of knee pain is osteoarthritis, especially in the elderly population. In physiotherapy management,
several interventions are recommended as initial treatment for knee osteoarthritis conditions. One that has not so
widely recommended and has good results in musculoskeletal cases is Proprioceptive Neuromuscular Facilitation.
Purpose: This study aims to explore the application of PNF to the condition of knee osteoarthritis, which has been
widely available in scientific articles in recent years. Methods: The method used in this study was narrative review
which has the aim to summarize and analyze the PNF approach in osteoarthritis intervention. Result: After an extensive
article search, 548 articles were found in the electronic database used. Then screening related to the title and abstract
in accordance with the inclusion criteria and obtained 33 articles. After that, screening was conducted on the
duplicated articles in the database, so that only 13 articles were not duplicates. Then, the accessibility of the article and
the type of research were excluded, resulting in only 11 articles that will be included in the analysis of this study.
Conclusion: Based on the data from 11 studies that have been discussed, it can be concluded that the treatment of
knee osteoarthritis using the PNF concept dalam gave significant results in reducing pain, increasing the range of joint
motion, increasing muscle strength and functional activities.
Keywords: Knee, Osteoarthritis, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Physiotherapy
