10 research outputs found

    Uji Antipiretik Ekstrak Etanol Bawang Hitam (Black Garlic) Pada Tikus Putih Jantan

    Get PDF
    Demam adalah salah satu ciri penanda dalam tubuh melawan infeksi. Bawang lanang hitam memiliki potensi tinggi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bawang lanang hitam memiliki aktivitas antipiretik pada tikus putih jantan yang diinduksi ragi serta untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol bawang hitam (black garlic) pada dosis 50 mg/Kg BB; 100 mg/Kg BB; 200 mg/kg BB terhadap efek antipiretik pada tikus putih jantan yang diinduksi ragi. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif (CMC Na1%), kontrol positif (Parasetamol dosis 45mg/kgBB), dan kelompok perlakuan ekstrak etanol bawang hitam (black garlic) (dosis 50mg, 100mg, 200mg/kg BB). Tikus diinduksi secara intraperitonial. Suhu tubuh diukur menggunakan termometer digital melalui rektal, suhu diukur setiap 30 menit selama 150 menit setelah pemberian peroral, kemudian diperoleh data To, Tdemam dan pengukuran suhu tubuh tiap waktu. Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung AUC dan data perhitungan rata-rata AUC dianalisis dengan uji normalitas dan uji One way ANOVA. Ekstrak etanol bawang hitam (black garlic) pada ketiga variasi dosis memberikan memberikan efek antipiretik pada tikus putih jantan yang diinduksi ragi

    Uji Aktivitas Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Etanol Bunga Turi Merah (Sesbania grandiflora L.) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) secara In Vitro

    Get PDF
    Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit comorbid yang dapat memperparah kondisi pasien Covid-19. Terdapat berbagai pengobatan dari bahan alam yang dapat membantu dalam penurunan dan pengontrol kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah aktivitas antidiabetes kombinasi ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.) dan bunga turi merah (Sesbania grandiflora L.) serta mengetahui nilai aktivitas antidiabetes kombinasi ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.) dan bunga turi merah (Sesbania grandiflora L.) dibanding ekstrak tunggal. Penelitian dimulai dengan ekstraksi, uji kualitatif, dan uji aktivitas antidiabetes menggunakan metode Nelson-Somogyi dengan spektrofotometer UV-Vis. Penelitian menggunakan empat kombinasi konsentrasi ekstrak etanol bunga telang dan bunga turi merah dengan perbandingan 1:0; 1:2; 2:1; 0:1. Hasil menunjukkan kombinasi konsentrasi ekstrak etanol  bunga telang dan bunga turi merah perbandingan 2:1 dengan EC50 sebesar 13,5436 ppm memiliki aktivitas antidiabetes paling optimal dan lebih efektif daripada ekstrak tunggal bunga turi merah dengan nilai EC50 sebesar 13,7350 ppm dan ekstrak tunggal bunga telang dengan nilai EC50 sebesar 13,6929 pp

    UJI EFEK ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees.) DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    Get PDF
    Diabetes mellitus(DM) is a disease characterized by an increase in blood sugar levels above normal. A lot of research about the medicine focusing on the use of plants that can be used in traditional medicines. This report is to know the combination of extract ethanol sambiloto herb and leaves the soursop to lower blood glucose levels on male rats wistar are induced alloxan. The research is an experimental research to pre and post test randomized controlled group. Treatment test consists of 8 groups: normal control, negative (alloxan), positive (glibenclamide 1,26 mg/kgBB), dose I SA 100 (sambiloto herb 20,5 mg/kgBB), dose II SR 100(leaves the soursop100 mg/kgBB), dose III SA:SR 25:75, dose IV SA:SR 50:50, dose V SA:SR 75:25. All groups (except normal) induced by alloxan 160 mg / KgBB. Then proceed with treatment test each drug group from day 0 to 14 in oral. Intake of blood glucose levels is done on days 0, 7 and 14. The results of the measurement of blood glucose levels followed by ANOVA. Combination sambiloto herb and leaves the soursop more effective to reduce blood glucose levels than single. Doses combination SA:SR 50:50 give the efffect of 28,38073

    UJI CEMARAN PADA EKSTRAK ETANOL TEMPE KORO BENGUK (Mucuna pruriens L.) SEBAGAI OBAT ANTIDIABETES TERSTANDAR

    Get PDF
    Koro benguk (Mucuna pruriens L.) merupakan tanaman lokal jenis polong-polongan yang mengandung senyawa bioaktif seperti triptamin, alkilamin, steroid, flavonoid, dan alkaloid. Tempe koro benguk (Mucuna pruriens L.) dibuat dengan cara fermentasi untuk meningkatkan kemampuannya sebagai antioksidan sehingga dapat digunakan mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tempe koro benguk (Mucuna pruriens L.) menjadi bahan baku obat herbal antidiabetes yang memenuhi standar mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol tempe koro benguk (Mucuna pruriens L.) berbentuk ekstrak kental, berwarna putih susu, bau khas menyengat, dengan rasa tawar. Uji kadar air dengan metode moisture balance sebesar 8,502%. Uji cemaran mikroba angka lempeng total (ALT) rata-rata adalah 7,10 x 102 cfu/ml, angka kapang khamir (AKK) diperoleh nilai rata-rata 1 x 101 cfu/ml, dan negatif mengandung bakteri coliform dan Escherichia coli. Hasil uji aflatoxin total sebesar 2,19 (≤20) μg/kg. Hasil analisis menggunakan spektrofotometri serapan atom menunjukkan bahwa cemaran Pb, Cd, As, dan Hg dibawah ambang batas. Standarisasi ekstrak etanol tempe koro benguk (Mucuna pruriens L.) memenuhi parameter standar umum non spesifik ekstrak tumbuhan obat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 55/Menkes/SK/I/2000 serta Peraturan Kepala BPOM RI No. 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Kata Kunci : antidiabetes, tempe koro benguk (Mucuna pruriens L.), obat herbal terstandar (OHT), uji cemara

    RANCANG BANGUN SISTEM PEMANTAUAN PARAMETER LINGKUNGAN BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT) DI GUDANG PENYIMPANAN UNTUK PABRIK GULA

    Get PDF
    Gula merupakan salah satu komoditas kebutuhan pokok. Proses produksi untuk menghasilkan gula di pabrik terdiri dari beberapa tahapan yaitu penggiingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi,  pemisahan dan penyelesaian. Setelah itu, gula yang telah dikemas, disimpan dalam gudang sebelum di kirim ke pasar. Kondisi lingkungan gudang penyimpan gula harus sesuai dengan standar. Faktor lingkungan yang tidak sesuai, mampu merusak gula. Beberapa faktor lingkungan penting dalam gudang penyimpanan yaitu suhu, kelembaban, CO2, dan api. Ketersediaan alat ukur portable berbasis internet of things merupakan salah satu bentuk pengawasan keamanan pabrik gula di dalam gudang, sehingga gula yang disimpan tidak menggumpal, meleleh dan menjadi rusak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat alat monitoring gudang pabrik gula menggunakan sistem internet of things (IoT). Alat monitoring ruang yang dibuat terdiri dari komponen utama Wemos D1 R2, sensor MQ-135 untuk deteksi CO2, sensor DHT22 untuk deteksi suhu dan kelembaban dan sensor api. Semua komponen disusun di dalam kotak elektronik berwarna hitam dengan ukuran 15 cm x 9,5 cm x 5 cm. Terdapat 5 alat yang digunakan dalam penelitian ini. Uji kinerja sistem meliputi, tingkat stabilitas, Reliabilitas, respon sistem, akurasi pengiriman data. perhitungan penggunaan daya listrik dan biaya operasional alat diukur dalam penelitian ini. Uji kinerja dilakukan selama 7 hari dengan jarak antar ruang 50-100 meter. Dari hasil uji kinerja, seluruh sistem telah bekerja stabil. Hasil pengujian dengan menggunakan Cronbach Alpha taraf 5% menunjukan alat 1 sampai 5 menghasilkan nilai reliabilitas tinggi. Rerata respon sistem ke 5 alat yaitu 8,28 detik. Rerata akurasi transmisi data dari 5 alat meliputi data suhu adalah 0,00124, kelembaban 0,00434, dan Nilai CO2 adalah 0,00678. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa alat telah bekerja dengan baik sesuai harapan.Gula merupakan salah satu komoditas kebutuhan pokok. Proses produksi untuk menghasilkan gula di pabrik terdiri dari beberapa tahapan yaitu penggiingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi,  pemisahan dan penyelesaian. Setelah itu, gula yang telah dikemas, disimpan dalam gudang sebelum di kirim ke pasar. Kondisi lingkungan gudang penyimpan gula harus sesuai dengan standar. Faktor lingkungan yang tidak sesuai, mampu merusak gula. Beberapa faktor lingkungan penting dalam gudang penyimpanan yaitu suhu, kelembaban, CO2, dan api. Ketersediaan alat ukur portable berbasis internet of things merupakan salah satu bentuk pengawasan keamanan pabrik gula di dalam gudang, sehingga gula yang disimpan tidak menggumpal, meleleh dan menjadi rusak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat alat monitoring gudang pabrik gula menggunakan sistem internet of things (IoT). Alat monitoring ruang yang dibuat terdiri dari komponen utama Wemos D1 R2, sensor MQ-135 untuk deteksi CO2, sensor DHT22 untuk deteksi suhu dan kelembaban dan sensor api. Semua komponen disusun di dalam kotak elektronik berwarna hitam dengan ukuran 15 cm x 9,5 cm x 5 cm. Terdapat 5 alat yang digunakan dalam penelitian ini. Uji kinerja sistem meliputi, tingkat stabilitas, Reliabilitas, respon sistem, akurasi pengiriman data. perhitungan penggunaan daya listrik dan biaya operasional alat diukur dalam penelitian ini. Uji kinerja dilakukan selama 7 hari dengan jarak antar ruang 50-100 meter. Dari hasil uji kinerja, seluruh sistem telah bekerja stabil. Hasil pengujian dengan menggunakan Cronbach Alpha taraf 5% menunjukan alat 1 sampai 5 menghasilkan nilai reliabilitas tinggi. Rerata respon sistem ke 5 alat yaitu 8,28 detik. Rerata akurasi transmisi data dari 5 alat meliputi data suhu adalah 0,00124, kelembaban 0,00434, dan Nilai CO2 adalah 0,00678. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa alat telah bekerja dengan baik sesuai harapan

    EDUKASI TENTANG KOSMETIK DAN PELATIHAN PEMBUATAN SEDIAAN SABUN CAIR BERBAHAN BUAH PEPAYA PADA DESA JAPAN, KAB MAGELANG

    No full text
    AbstrakDesa Japan merupakan bagian wilayah Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang yang sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian. Maraknya pemberitaan di media massa terkait produk kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya yang beredar di masyarakat. Kosmetik ilegal yang beredar terdiri atas kosmetik tanpa izin edar (TIE) dan kosmetik palsu. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang penggunaan kosmetik yang aman bagi masyarakat, memberikan solusi penggunaan kosmetik yang aman berbahan alam yaitu dengan memberikan pelatihan pembuatan sediaan sabun cair sebagai salah satu bentuk sediaan kosmetik yang berbahan utama dari alam yaitu buah pepaya yang mampu memberikan manfaat sebagai pembersih, pelembab dan anti oksidan pada kulit. Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini  masyarakat Desa Japan Kecamatan Tegalrejo Magelang memperoleh pengetahuan mengenai kandungan dan manfaat dari  buah pepaya dan pengetahuan mengenaipembuatan sabun cair berbahan dasar ekstrak buah pepaya.   Kata kunci: Sabun Cair, Buah Pepaya, Desa Japan Kec. Tegalrejo Kab. Magelan

    UJI POTENSI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH APEL HIJAU (Pyrus malus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO

    No full text
    Kesibukan masyarakat yang semakin meningkat membuat asupan kolesterol di dalam tubuh menjadi semakin tinggi karena banyaknya mengkonsumsi makanan cepat saji. Akumulasi kolesterol total akan membentuk aterosklerosis sehingga mengakibatkan beberapa penyakit komplikasi seperti hipertensi, penyumbatan pembuluh darah di otak, dan jantung. Pada dasarnya limbah kulit apel hijau mengandung kuersetin yaitu zat yang dibutuhkan guna mencegah  berbagai  macam penyakit. Kuersetin merupakan golongan flavonoid yang paling banyak terdapat di alam dari pada jenis flavonoid yang lain. Di dalam tubuh, flavonoid mampu melunturkan kolesterol yang terdapat pada dinding pembuluh darah. Dengan berkurangnya kadar kolesterol, maka penyakit komplikasi lain yang diakibatkan oleh kolesterol tidak akan muncul. Kajian mengenai uji potensi penurunan kadar kolesterol ini dilakukan dengan skala laboratorium. Penelitian bertujuan untuk menguji potensi fraksi etil asetat kulit buah apel hijau (Pyrus malus L.) terhadap penurunan kadar kolesterol dengan memberikan perbedaan konsentrasi dan mencari nilai effective concentration 50 (EC50). Pelarut etil asetat digunakan dalam proses ekstraksi untuk mengambil senyawa aktif dalam kulit buah apel hijau. Analisis potensi penurunan kolesterol fraksi etil asetat kulit buah apel hijau (Pyrus malus L.) dilakukan dengan metode Lieberman-Burchard dengan menggunakan spektrofotometri visibel dan menghasilkan nilai EC50 sebesar 129,993 mg/L. Kata kunci:effective concentration 50 (EC50), flavonoid, kolesterol, kulit buah apel hijau (Pyrus malus L.

    INISIASI PENGELOLAAN TANAMAN KUMIS KUCING SEBAGAI ALTERNATIF ANTIHIPERTENSI (INTUISI) DI DESA ANGGRASMANIS KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

    No full text
    Angka kejadian hipertensi menempati peringkat tertinggi selama tahun 2016 dan kurun waktu 10 tahun terakhir. Hipertensi merupakan faktor resiko utama kasus kardiovaskular. Tujuan dari kegiatan Inisiasi pengelolaan tanaman kumis kucing sebagai alternatif antihipertensi ini adalah untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada warga masyarakat tentang pengelolaan tanaman obat tradisional sebagai alternatif antihipertensi. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Anggrasmanis, Kecamatan jenawi, Karanganyar. Rangkaian kegiatan meliputi pengisian pre-test, penyuluhan mengenai penatalaksanaan hipertensi, workshop pembuatan Teh Misella, pelatihan mengenai proses produksi dan keberlangsungan pengelolaan tanaman kumis kucing serta pengisian post-test dan kuisioner. Evaluasi telah dilakukan sesudah kegiatan pengabdian. Kata kunci: Antihipertensi, Jenawi, Kumis Kucing, Missella

    PENETAPAN KADAR FLAVONOID EKSTRAK AIR BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava Linn)

    No full text
    Buah jambu biji merah (Psidium guajava Linn) memiliki kandungan metabolit sekunder yang melimpah, namun penentuan parameter ekstrak dengan pelarut air masih belum dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid total dari ekstrak air buah jambu biji merah sebagai bagian kecil dari proses standarisasi ekstrak air buah jambu biji merah. Metode yang digunakan adalah metode Wilstater “cyanidin” untuk pengujian flavonoid secara kualitatif dan metode kolorimetri alumunium klorida (AlCl3) untuk pengujian secara kuantitatif. Penentuan panjang gelombang maksimal, operating time, kurva baku kuersetin dan penetapan kadar flavonoid sampel dilaksanakan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Hasil pengujian kualitatif menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi oranye kekuningan, sementara hasil pengujian kuantitatif menunjukkan bahwa kadar flavonoid ekstrak air buah jambu biji merah dapat diukur menggunakan kurva baku quercetin dengan panjang gelombang 350-500 dan operating time selama 30 menit Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak air buah jambu biji merah terdeteksi mengandung flavonoid dengan kadar sebesar 3,293±0,155 mgQE/g

    Phytochemical contents and diuretic activity of ethanolic extract of the red leaf lettuce (Lactuca Sativa l.)

    No full text
    This study was conducted to evaluated of phytochemical content and diuretic activity of the red leaf lettuce. Red leaf lettuce were extracted by cold  maceration method using 70% ethanol for the 3 days and remaceration for 1 days. The phytocemical content  in ethanolic extract were evaluated by  qualitatif method. A total of 25 male rats were divided into 5 groups with CMC Na, a standard drug (furosemide 10 mg/kg), and three different doses (200, 300, and 400 mg/kg) of ethanol extract. Parameters used to determine diuresis activity include first urine latency, urine pH and cumulative urine volume. The ethanolic extract induced diuresis in a dose dependent manner as compared to the negative control. Extracts at doses of 200, 300, and 400 mg/kg produced significant diuresis effects (p<0.05) compared to negative controls with values of diuretic action 1.35; 1.43; and 1.53, respectively. In addition, there was a slightly change in the pH of urine samples of the extract-treated group compared with the negative control. Phytochemicals analysis revealed the presence of alkaloids, flavonoids, phenolics, and tannins
    corecore