3 research outputs found

    PSIKOEDUKASIMENJADI ORANGTUA YANG CERDAS DAN KREATIF DI MASA PANDEMI

    Get PDF
    Orangtua seringkali bingung dalam memberikan pengasuhan yang tepat bagi anak mereka. Kegiatan psikoedukasi ini bertujuan untuk membekali orangtua agar dapat memahami perkembangan anak dan cara-cara praktis untuk mendidik anak secara kreatif di rumah.  Kegiatan dilakukan dalam bentuk seminar online atau webinar selama 2 jam yang diawali dengan pemberian pre-posttest dan survei kepuasan hidup untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana kehidupan orangtua saat ini. Materi kegiatan psikoedukasi meliputi kondisi pandemi saat ini yang dapat dilihat sebagai krisis atau kesempatan, keunikan anak, tahapan perkembangan anak, permasalahan mendasar anak, pengasuhan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan anak, bahasa kasih orangtua terhadap anak, serta keterampilan yang penting dimiliki dan kreativitas untuk beradaptasi dalam masa pandemi. Materi diberikan dalam bentuk presentasi dan video audio visual. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab dari partisipan. Kegiatan ini diikuti oleh ayah dan ibu secara seimbang komposisinya serta calon orangtua yang belum menikah maupun memiliki anak. Dari hasil pre-posttest, terjadi perubahan walaupun tidak signifikan dari 74,5% ke 76,14%. Selain itu ditemukan bahwa tingkat kepuasan partisipan tinggi dengan rata-rata tingkat kepuasan 93,75%. Melihat antusiasme para partisipan, saran agar kegiatan psikoedukasi seperti ini dapat dilakukan secara berkala dengan berbagai topik yang berbeda serta ditujukan selain untuk orangtua, juga untuk guru dan pendidik agar lebih memahami perkembangan anak dan cara-cara kreatif dalam mendidik anak

    Building up Teacher’s Awareness about Burnout to Support Mental Health

    Get PDF
    Teacher’s job requirements are not only in teaching but also in social interaction and administrative tasks and various knowledge and other supporting skills. High job demands and the dynamic experiences that teachers need to accomplish everyday could make them prone to burnout. Teachers under the organization of Majelis Pendidikan Indonesia (MPK) had unique characteristics and challenges that made them prone to burnout. This psychoeducation was needed to achieve the aim of building knowledge about  burnout and all other aspects related to burnout. It was hoped that this knowledge could help teachers prevent the occurrence of burnout. With methods of presentations and online interactive discussion, the presenter discussed some of the things that can be done at an organizational level and individually. The comparison of the pre-test and post-test score showed an increase of understanding (the average of pretest score is 72.24 and posttest score is 77.67 of 100) of the materials around burnout and its aspects. Participants also gave positive feedback on an evaluation survey with 94% of the participants felt that they gained new knowledge and felt satisfied with the whole psychoeducation activities. For following up, it was suggested to include a method of small group discussion and included a practical manual about techniques for overcoming burnout for teachers. Furthermore,  the systemic intervention urge to be done to develop burnout intervention service flow becomes more comprehensive. &nbsp

    PENDEKATAN BERBASIS HAK ANAK UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI PENDAMPING ANAK BERISIKO (CHILDREN-AT-RISK)

    Get PDF
    Anak berisiko (Children-at-risk) merupakan anak yang rentan dalam menjalani kehidupan karena anak tersebut berada dalam situasi khusus yang menyebabkannya tidak mendapatkan pemenuhan akan hak-haknya serta berada dalam situasi yang dapat mengancam perkembangan fisik maupun psikologisnya. Oleh sebab itu, anak berisiko membutuhkan pendampingan. Salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa adalah melalui pendampingan pada anak-anak bersituasi khusus melalui organisasi PENA (Pendampingan Anak). Para pendamping anak terutama anggota baru perlu dibekali dengan pemahaman akan hak-hak anak, karakteristik anak berisiko yang berada dalam situasi khusus, serta pembuatan program berdasarkan pendekatan berbasis hak, tidak hanya berbasis kebutuhan yang bersifat jangka pendek. Tujuannya agar mereka dapat memberikan pendampingan yang optimal. Kegiatan pembekalan ini telah berlangsung dengan hasil yang memuaskan dimana terjadi peningkatan skor pre-test (84.67%) menjadi post-test (88.2%). Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan, para partisipan merasa bahwa materi yang disampaikan sangat berguna dalam pendampingan (94.78%), materi dapat dipahami dengan baik (91.64%) serta pembicara dapat menyampaikan materi dengan jelas dan menarik (91.79%). Saran sebaiknya dilakukan kegiatan tindak lanjut berupa latihan-latihan dalam pembuatan program berdasarkan hak anak, bukan hanya kebutuhan anak
    corecore