34 research outputs found

    Orang Jawa Di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu : studi tentang sejarah sosial ekonomi di Kelurahan Tangsi Baru

    Get PDF
    Buku ini dapat memberikan sekelumit gambaran tentang sejarah sosial ekonomi masyarakat Jawa yang ada di Kabawetan khususnya di Kelurahan Tangsi Baru Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Masyarakat Jawa dalam sejarahnya telah ada di Kabawetan semenjak zaman Belanda, mereka di sumberngkan melalui sistem kerja kuli kontrak. Orang Jawa yang ada di Kabawetan telah berkembang dan telah menempati beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Keberadaan orang Jawa di Kabawetan telah ikut mewarnai dinamika perkembangan sejarah sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabawetan dan khususunya Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Perkebunan teh Kabawetan pada awal berdirinya mempekerjakan kuli kontrak dari Pulau Jawa. Selain mensumberngkan kuli kontrak langsung dari Jawa, perkebunan juga menyediakan tanah bagi bekas kuli kontrak yang bersedia menetap dan bekerja sebagai kuli bebas. Pada zaman kolonisasi perkebunan yang ada di Bengkulu kadang mengalami kesulitan untuk mensumberngkan kuli kontrak dari Pulau Jawa sehingga perkebunan perlu menggunakan kuli lokal. Hal ini dialami oleh perkebunan Kabawetan di tahun 1920-an saat perkebunan mengalami kekurangan kuli. Saat itu perkebunan tidak dapat melakukan perluasan lahan, sedangkan lahan yang telah ditanami dalam keadaan terlantar. Akibatnya, produksi kopi menurun, yaitu pada tahun 1920 perkebunan masih menghasilkan 4.957 pikul, tetapi pada tahun 1921 menurun menjadi 2.281 pikul.2 Untuk mengatasi hal tersebut Perkebunan Kabawetan menggunakan kuli lokal, yaitu dari Pasemah Ulu Manna dan Sungai Pagu (salah satu Kecamatan di Solok Selatan, Sumatera Barat sekarang). Mereka bekerja di perkebunan berdasarkan kontrak antara setengah sampai dua tahun. Pada tahun 1921 dari jumlah kuli sebanyak 249 orang lakilaki dan 187 orang wanita, hanya ada 46 orang kuli lakilaki dan 29 kuli wanita yang bersedia menansumberngani kontrak selama dua tahun

    URGENSI PENGUATAN IDENTITAS KEWARGANEGARAAN SUBNASIONAL DI KOTA PADANG PASCA GEMPA 2009 STUDI TENTANG REPOSISI ETNIS CINA TERHADAP KEBIJAKAN PUBLIK DAN POLITIK LOKAL

    Get PDF
    After earthquake disaster occurred on 30 September 2009, the government of Padang city and its people is not only faced with the question on Padang economic recovery and rebuilding efforts on city infrastructure but also on isssue on how to reconstruct the social structure of local population which was torn due to the handling and management of victims of post days of earthquake. One main issue is the emergence of apriori attitude felt by Chinese residents toward the neglected and discriminative attitude of government. However, it raises social solidarity amongst them post earthquake. As a minority group, Chinese is not only susceptible to economic issues, they are also vulnerable to social and cultural issues, including in the case of post-earthquake in Padang. Strengthening on subnational awareness within Chinese society reemerges when Padang municipal government in the early 2012 is about to demolish unload Gate of Friends Amical Association (Gapura Himpunan Tjinta Teman), one of Chinese cultural symbols built by Chinese ethnic in Padang as a form of solidarity. Thus, the campaigns and slogans glorifying the recognition of the diversity of life constantly voiced by Padang goverment becoming counterproductive and paradox in viewing social phenomena and empirical facts concerning government relations and their minority citizens. It is because the efforts to rebuild the pieces of social solidarity that has been torn, is in fact, it is not a simple task. To establishing uniformity in diversity takes commitment and consistent recognition as to create city residents that is more cultured and dignified in the future. This paper sees the struggle of Chinese people in Padang in their effort to reclaim the cultural symbols in public spaces after the earthquake occurred in 2009 and the emergence of dispute regarding the existence of Gate of Friends Amical Association (Gapura Himpunan Tjinta Teman) in Pecinan Padang area in early 2012 through field research and theoretical studies in analyzing the relationship between public policy and minority groups

    Melacak kearifan tradisional dan alih pengetahuan teknologi pembuatan kapal tradisional di daerah Air Haji lewat tuturan 'si tukang tuo bagan'

    Get PDF
    Tradisi penggunaan kapal sebagai alat transportasi laut merupakan suatu tradisi yang sudah tua dalam konteks peradaban masyarakat maritim. Pada masa lampau perdagangan dan perniagaan tidak terlepas dari keberadaan kapal sebagai alat transportasi laut. Dalam konteks perkembangan teknologi navigasi maupun pembuatan kapal dari yang sederhana dan modern menjadi entitas utama dari sejarah peradaban masyarakat mairitim di nusantara, tak terkecuali bagi mereka yang tinggal di pantai barat Sumatera. Dalam lingkup yang lebih mikro-kelokalan- daerah Air Haji juga memiliki tradisi maritim dalam konstelasi perkembangan peradaban masyarakat pesisir. Orang Air Haji menyebut perahu atau kapal dengan sebutan biduk atau bagan. Pengerjaan biduk dan biayanya diperlukan untuk pembuatan kapal tergantung dari seberapa rumit dan kompleknya struktur dan model kapal yang dipesan. Yang menarik dan unik dalam pembutan kapal tradisional di daerah Air Haji yakni posisi ā€™seorang Tukang Tuo Baganā€™ sebagai pemimpin pengerjaan kapal dan sekaligus bertindak sebagai orang yang memiliki klaim kultural untuk mewariskan tradisi pembuatan kapal kepada anak atau kemenakannya dalam konteks tradisi dan modernitas dalam spektrum perkembangan teknologi perkapalan tradisonal. Paper sederhana ini ingin melacak sejarah pembuatan kapal tradisional dan merunut jejak pewarisan pengetahuan lokal dalam konteks dunia kebaharian pantai barat Sumatera, khususnya di daerah Air Haji dalam perspektif Sosio-historis

    Ientitas kultural orang Besemah di Kota Pagaralam

    Get PDF
    Penelitian tentang ā€œIdentitas Kultural Orang Besemah di Kota Pagaralamā€ merupakan ikhtiar penulis untuk melacak dan menelusuri kembali akar identitas kultural Orang Besemah di Kota Pagaralam. Identitas kultural adalah jati diri yang melekat pada satu individu atau kelompok orang atau etnis tertentu dengan seperangkat atribut dan nilai-nilai budaya yang membedakan dirinya dengan pihak lain (liyan). Dalam konteks masyarakat modern, identitas tidaklah bersifat tunggal, tetapi terus berkembang dan berubah sebagai akibat anya transformasi. Meskipun begitu, identitas kultural akan senantiasa mengalami proses perawatan kultural untuk terus dijaga dan dipleihara dari masyarakat penfdukungnya. Identitas kultural orang Besemah, seperti tinggalan megalitik, Pagaralam simbol kota perjuangan, rumah baghi dan juga bahasa, sastra dan budaya akan terus berubah dan pada titik tertentu identitas kultural orang Besemah akan didefenisikan dan dan diberi pemaknaan sesuai dengan jiwa zamannya (zeitgeist). Menarik apa yang dikemukan oleh salah seorang sejarawan muda berbakat di tanah air, Hilmar Farid, yang menyampirkan kalimat satire, ā€˜bahwa sejarah digunakan tidak sebagai pengetahuan untuk melihat masalah sekarang, tapi hanya sebagai warisan yang harus dihargai. Artinya selama ini kita gagal dan tidak mampu melihat secara bijak bahwa sejarah ibarat kompas memberikan panduan tentang apa yang harus kita sipakan untuk emnatap kedepan

    PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PKH) PADA PROGRAM PAKET B DI PKBM BHAKTI PERSADA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses pelaksanaan, proses evaluasi, faktor pendukung, dan faktor penghambat pendidikan kecakapan hidup pada program paket B di PKBM Bhakti Persada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subjek ketua PKBM, pendidik, dan peserta didik. Pembuktian keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) Pelaksanaan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan secara teori 30% dan praktik 70%. Pelaksanaan pembelajaran yaitu pendidik membuka pelajaran, menjelaskan tentang tujuan pembelajaran, kemudian menyampaikan materi pembelajaran baik secara teori maupun praktik. Dalam pelaksanaan ada komponen pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, tujuan, metode, media, kurikulum, materi, kegiatan pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi belajar, dan sumber pendanaan. (2) Proses evaluasi pembelajaran pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan dengan cara ulangan harian, ulangan tengah semester dan evaluasi hasil belajar ditambah dengan tingkat kehadiran peserta didik. Bentuk evaluasinya secara teori dan praktik (3) faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup yaitu: kompetensi narasumber teknis memadai, lokasi pelaksanaan pembelajaran mudah dijangkau, materi pembelajaran menarik sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, keberadaan mitra kerja lembaga cukup banyak, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup adalah: sarana dan prasarana kurang memadai, penempatan lulusan program masih sangat terbatas, dan instrumen pengembangan usaha belum tersedia. Kata Kunci: Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), Pelaksanaan, Evaluasi, Program Paket

    Yusriwal "si brewok" dan karyanya

    Get PDF
    Ranah Minang seperti mata air yang tak pernah berhenti untuk melahirkan putra terbaiknya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan intelektual baik dalam konteks lokal, regional maupun nasional. Salah satu sumber penghasil kaum intelektual yang tak pernah lelah melahirkan kelompok ilmuwan-inteletual adalah masyarakat kampus. Perguruan Tinggi sebagai lembaga akademik merupakan penopang bagi lahirnya peradaban baru. Kampus yang dibangun diatas nilai-nilai integritas akademik dam moral memiliki peran penting bagi kelharian maestro yang mahir di bidangnya masing-masing. Penulisan biografi tokoh memiliki makna penting, karena pada biografi sesungguhnya diadapati unsur sejarah yang paling akrab. Sebab dalam penulisan biogarfi tidak hanya diperoleh pemahaman tentang seseorang secara lebih personal dan mendalam, melainkan sosok pribadi yang dikajwi ditempatkan sebagai pelaku yang secara langsung mempersepsi, menjalani, merasakan kekecewaan atau bahagia terhadap kehidupan. Biografi dalam batas-batas tertentu bagaikan menggali artefak kehidupan sang tokoh dan keberadaaan sang tokoh dalam dimesi kehidupan masyarakatnya

    Filantropi masyarakat Pariaman: studi kasus perantau Pariaman di Kerinci

    Get PDF
    Berkaitan dengan tema penulisan, kajian ini berupaya untuk melihat bagaimana kedatangan Orang Pariaman ke Kerinci, bagaimana kehidupan mereka di Kerinci dan apa saja yang telah mereka lakukan dalam konteks filantropi. Pemilihan Kerinci sebagai pusat kajian kerena Kerinci merupakan salah satu daerah yang dekat dengan Sumatera Barat.Kondisi ini dengan sendirinya mempermudah mereka melakukan filantropi kepada daerah asal di Pariaman.Namun kenyataannya filantropi yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman di Kerinci terhadap kampung halaman masih terbatas.Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan kenapa fenomena ini terjadi.Fokus kajian ini adalah melihat bentuk-bentuk filantropi yang telah dilakukan oleh masyarakat Pariaman di Kerinci baik terhadap sesama mereka di Kerinci maupun terhadap kampung halaman. Kajian ā€œFilantropi Masyarakat Pariaman : Studi Kasus Perantau Pariaman di Kerinciā€ sesungguhnya belum selesai. Masih banyak aspek lain yang belum dibahas karena keterbatasan sumber dan waktu. Semoga kajian ini dilanjutkan oleh para peneliti yang berminat tentang kajian tentang filantropi yang dilakukan oleh sebuah komonitas terhadap daerah asal dan kawasan baru. Apalagi dalam konteks masyarakat Sumatera Barat, Filantropi merupakan sebuah keharusan untuk memajukan kampung halaman merek

    Bunga rampai budaya Sumatera Barat budaya masyarakat Minangkabau: seni, teknologi tradisional, dan hubungan antar budaya

    Get PDF
    Indonesia kaya dengan seni tradisi, adalah suatu hal yang tak terbantahkan. Kekayaan itu berupa tari, lagu, teater dan seni lainnya.Ben1uk negara yang merupakan negara kesatuan dan terdiri dari berbagai suku bangsa, menunjang semua itu karena masing-masing suku bangsa memiliki seni tradisinya sendiri Setiap seni tradisi yang dimiliki suku bangsa-suku bangsa itu adalah khas dan unik Seni tradisi yang dimiliki suku bangsa Jawa berbeda dengan seni tradisi Sunda atau Betawi. Begitupun dengan seni tradisi Batak atau Minangkabau yang berbeda dengan seni tradisi Bugis, Makasar atau Papua dan masih banyak lagi mengingat jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai kurang lebih limara1us suku bangsa. Seni tradisi yang beraneka ragam itu tidak hanya dikenal oleh masyarakat pendukungnya tetapi telah 'merambah' ke seluruh nusantara bahkan mancanegara. Sebut saja beberapa diantaranya seni tradisi berupa tari, seperti tari srimpi dan bedhaya dari Jawa, pendet dan kecak dari Bali,jaipong dari Sunda, tari zapin dari Melayu, tari piring dan tari payung dari Minangkabau, tari perang dari Papua dan masih banyak lagi

    Bunga rampai sejarah Sumatera Barat : Sumatera Barat dari zaman Jepang hingga era reformasi

    Get PDF
    Bunga rampai dengan terna Sumatera Barat dari Zaman Jepang hingga Era Reformasi memuat karya, pertama karya Ajisrnan dengan judul Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998. Ajisman menjelaskan bahwa ruang Pendidik INS Kayutanam didirikan oleh Muhammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926, dan pada awal berdirinya mendapat dukungan dari organisasi Pegawai Kereta Api.Prinsip Ruang Pendidik INS ooalah berdiri sendiri tanpa mau menerima bantuan yang mengikat dan semua alat-alat serta ruang sekolah dibuat sendiri oleh murid-murid cari sendiri dan keija sendiri

    Jaringan perdagangan perantara etnik cina di palembang dari permulaan abad ke 20 sampai akhir kolonial

    Get PDF
    Diskursus mengenai relasi antara kelompok etnik Cina dengan peranan ekonomi-perdagangan- mereka senantiasa menarik untuk diperbincangkan, baik dalam percaturan ekonomi lokal, nasional maupun regional. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa dengan kemampuan ekonominya, kelompok ini di satu sisi dianggap memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi di sisi lain mereka acap kali menjadi sasaran dan tumba kemarahan serta kekecewaan dari kelompok pribumi atas terciptanya kesenjangan sosial ekonomi. Dengan ketrampilan dan keuletannya, kelompok minoritas Cina menjadi lokomotif perekonomian di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dominansi kelompok etnik Cina dalam bidang ekonomi tidak diragukan lagi memiliki kontribusi yang cukup signifikant bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional, meskipun dengan tidak mengabaikan sama sekali penman kelompok-kelompok etnik pribumi lainnya seperti suku Minangkabau atau Bugis yang memang memiliki tradisi perdagangan dalam kultur mereka
    corecore