38 research outputs found

    Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dan Serbuk Kayu Gergajian Campuran

    Full text link
    Tulisan ini menyajikan hasil penelitian pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa sawit dan serbuk kayu gergajian campuran dengan cara aktivasi uap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari alternative pemanfaatan limbah dari pabrik minyak kelapa sawit dan serbuk kayu gergajian menjadi arang aktif yang dapat memberikan nilai tambah. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retort dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 650, 750 dan 850OC. Sebagai bahan pengaktif digunakan larutan H3PO4 dengan konsentrasi masing- masing 7,5, 10,0 dan 12,5%. Kondisi optimum untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan dari arang aktif yang dibuat dari bahan baku serbuk kayu gergajian campuran pada suhu 850OC dengan konsentrasi H3PO4 12,5% menghasilkan rendemen arang aktif sebesar 63,3%, kadar air 7,90%, kadar abu 8,04%, kadar zat mudah menguap 11,50%, kadar karbon terikat 79,86%, daya serap benzena 28,43% dan daya serap terhadap yodium sebesar 1.107,43 mg/g. Sedangkan arang aktif yang dibuat dari bahan baku tempurung kelapa sawit pada suhu 6500C dengan konsentrasi H3PO4 7,5% menghasilkan rendemen arang aktif sebesar 80%, kadar air 5,30%, kadar abu 5,44%, kadar zat mudah menguap 11,30%, kadar karbon terikat 83,74%, daya serap terhadap benzena 26,23% dan daya serap terhadap yodium sebesar1.045,27 mg/g. Angka daya serap benzena dan yodium ini memenuhi Standar Indonesia dan Jepang

    Pengaruh Penggunaan Dua Distribusi Uap Air Panas dalam Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu Campuran

    Full text link
    Dalam tulisan ini dikemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif dari arang serbuk gergaji kayu campuran. Pembuatan arang dilakukan dengan menggunakan tungku semi kontinyu. Arang yang dihasilkan direndam dalam larutan H3PO4 teknis pada konsentrasi 5% selama 24 jam, ditiriskan sampai kering udara, kemudian dimasukan ke dalam retort kapasitas 0,6 m3, selanjutnya dipanaskan pada suhu 700-800°C. Untuk mempercepat kenaikan suhu di dalam retort, kedalamnya sewaktu-waktu dialirkan udara dari kompresor. Apabila suhu telah tercapai, dialirkan uap air panas selama 180 menit, dengan laju alir 1,5 - 2,5 m/s pada tekanan 4 - 6 bar, yang sebelumnya melewati ruang pemanas (heater chamber) pada suhu 400°C. Rendemen arang aktif yang dihasilkan sebesar 56 - 78%, dengan sifat dan kualitas : kadar air 1,27 -4,68%, kadar abu 9,78 - 11,06%, kadar zat terbang 8,64 - 10,84%, kadar karbon terikat 79,41 - 81,10%, daya serap terhadap uap benzena 12,56 - 16,91%, daya serap terhadap uap kloroform 12,38 - 22,83%, daya serap terhadap uap formaldehida 9,66 - 19,28%, dan daya serap terhadap larutan yodium sebesar 784,59 - 821,66 mg/g

    Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Aktif sebagai Reduktor Emisi Formaldehida Kayu Lapis

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian pembuatan arang aktif dari serbuk gergajian kayu Acacia mangium Willd. Arang aktif yang dihasilkan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayu mangium untuk dibuat arang aktif dan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida dalam perekat kayu lapis. Sebelum dibuat arang aktif, serbuk gergajian diarangkan dalam pada suhu 500OC. Arang yang dihasilkan diaktivasi secara kimia, fisika dan kombinasinya di dalam tungku baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif yang terbaik diperoleh dari serbuk gergajian kayu mangium yang diaktivasi dengan cara kombinasi oksidasi gas dan kimia dengan rendemen sebesar 53%, kadar air 4,33%, kadar abu 8,17%, kadar zat terbang 5,88%, kadar karbon terikat 83,77%, daya serap terhadap yodium sebesar 960,2 mg/g, metilien biru 135,0 mg/g, benzene 14,59%, kloroform 28,96% dan daya serap terhadap formaldehida sebesar 26,21%.Pencampuran arang aktif pada perekat kayu lapis mampu menurunkan emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Terbukti dari hasil uji emisi kayu lapis tanpa penambahan arang aktif menunjukkan emisi formaldehida sebesar 16,48 ppm, sedang emisi yang dihasilkan dengan penambahan arang aktif sebanyak 5% menurun menjadi 15,36 ppm, tanpa mempengaruhi ketegutan rekat kayu lapis

    Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergajian Kayu Jati

    Full text link
    Penelitian pembuatan arang akiif dari serbuk gergajian kayu jati disajikan pada laporan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan limbah serbuk gergajian menjadi produk yang lebih komersial, juga mempelajari sifat arang aktif dari serbuk gergajian.Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rendemen arang aktif beragam antara 10,00 % -35,66 % ; kadar air 11 ,93 % - 20,60 % ; kadar abu 7,72 % - 48,84 % ; zat mudah menguap 7,83 % - 7,91 % ; karbon terikat 39,16 % - 73,35 % ; daya serap terhadap iodium 385,10 -994, 10 mg/g dan daya serap terhadap benzena 15,09 % - 40,71 %.Ada beberapa sifat arang aktif yang memenuhi Standar Indonesia dan Standar AWWA terutama untuk kadar air, zat mudah menguap, daya serap terhadap iodium dan benzena. Kualitas air sumur setelah diberi perlakuan arang aktif memperlihatkan kisaran untuk Fe 0,10 - 0,27 mg/l ; Ca 9,59 - 10,58 mg/I; Na 9,61 - 17,09 mg/I; Cl 22,18 - 23,71 mg/l; NH4 < 0,02 - 0,39 mg/I; Ni < 0,01 - < 0,02 mg/I dan Mn < 0,01 - 0,02 mg/I. Bila dibandingkan dengan standar, maka air sumur ini untuk semua kadar logam Lelah memenuhi syarat kualitas air minum

    Peningkatan Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Mangium

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu aktivasi, waktu aktivasi dan konsentrasi asam fosfat (H,PO,) terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 750 dan 850°(dengan lama waktu aktivasi 90, 120 dan 150 menit Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan asam fosfat (H,PO,) dengan konsentrasi 0,0 dan 5,0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan dari arang yang diaktivasi pada suhu 750°C selama 90 menit dengan konsentrasi H,PO, sebesar 5 %. Pada perlakuan ini rendemen yang dihasilkan sebesar 43,56%, kadar air 5,44%, kadar abu 8,01 %, kadar zat terbang 11,40%, kadar karbon terikat 80,60%, daya serap terhadap benzena 18,60% dan dengan daya serap terhadap yoclium sebesar 912,6 mg/g. Nilai daya serap yang diperoleh ini memenuhi syarat Standar asional Indonesia dan dapat digunakan untuk menjernihkan ai

    Pembuatan Biodiesel Biji Kepuh Dengan Proses Transesterifikasi

    Full text link
    Adanya tendensi peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia setiap tahunnya, sedang di pihak lain terjadi suplai yang semakin menurun. Hal ini menyebabkan kesenjangan yang semakin besar antara suplai dan permintaan BBM. Oleh karena itu, strategi nasional memfokuskan kepada produksi bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar pengganti BBM. Kepuh (Sterculia foetida) adalah salah satu tanaman BBN yang berasal dari daerah hutan yang tersebar luas di Indonesia dan memiliki potensi untuk dibuat biodiesel sebagai pengganti BBM. Pada penelitian ini, optimalisasi reaksi transesterifikasi dilakukan pada minyak kepuh dengan variabel konsentrasi metanol dan KOH dengan evaluasi fokus kepada analisis bilangan asam, parameter kualitas lain seperti kadar air, viskositas kinematik dan densitas. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap Perubahan keasaman minyak atau biodiesel selama penyimpanan, kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan standar SNI. Biodiesel kepuh terbaik dihasilkan menggunakan metanol 20% dan KOH 1% dengan memberikan nilai bilangan asam 0,36 mg KOH/g, viskositas kinematik sebesar 4,28 cSt dan densitas 880,7 kg/m3. Bilangan asam pada saat proses penyimpanan baik untuk minyak mentah, minyak hasil degumming maupun biodiesel, mengalami kenaikan yang signifikan

    Pembuatan Biodiesel Dari Biji Kesambi (Schleichera Oleosa L.)

    Full text link
    Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel, berasal dari turunan minyak atau lemak nabati/hewani. Minyak kesambi merupakan salah satu sumber bahan baku yang diduga dapat dijadikan biodiesel, karena kandungan asam-asam lemaknya tidak jauh berbeda dengan kandungan dari minyak nabati lainnya yang sudah terbukti bisa dijadikan biodiesel. Proses produksi biodiesel umumnya melalui reaksi esterifikasi, transesterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan proses terhadap kualitas biodiesel yang dihasilkan. Dalam penelitian ini dicoba memvariasikan faktor tahapan proses, jumlah metanol yang digunakan dan waktu esterifikasi. Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan acak lengkap faktorial dengan tiga faktor yaitu tahapan reaksi, jumlah metanol dan waktu esterifikasi. Faktor tahapan reaksi terdiri dari empat taraf yang terdiri dari kombinasi esterifikasi (E), transesterifikasi (T) dan netralisasi (N). Empat taraf untuk tahapan proses yaitu esterifikasi- transesterifikasi (ET), esterifikasi-esterifikasi-trans-esterifikasi (EET), esterifikasi-netralisasi- transesterifikasi (ENT) dan esterifikasi-transesterifikasi-netralisasi (ETN). Faktor jumlah metanol terdiri atas dua taraf yaitu penggunaan nisbah molar metanol-minyak dengan perbandingan 15:1 dan 20:1. Untuk waktu esterifikasi juga terdiri atas dua taraf, 30 menit dan 60 menit. Biodiesel yang diperoleh kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi analisis bilangan asam, kadar air, rendemen, viskositas dan densitas. Hasil analisis sifat fisikokimia biodiesel menunjukkan kadar air 0,10 - 0,82%. Bilangan asam biodiesel yang diperoleh antara 0,625 - 1,330 mg KOH/g minyak, viskositas kinematik 12,70 - 16,40 cSt, densitas 0,906 - 0,920 g/cm3dan rendemen biodiesel setelah deguming 63,01- 96,93%. Proses ENT merupakan proses terbaik dibandingkan dengan proses lainnya

    Kemungkinan Penggunaan Nano Karbon Dari Lignoselulosa Sebagai Biosensor

    Full text link
    Nano teknologi di bidang hasil hutan yang dapat dikembangkan di antaranya adalah nano karbon dari lignoselulosa. Bahan baku utamanya adalah atom karbon yang berasal dari arang hasil karbonisasi lignoselulosa. Bahan baku yang digunakan adalah jati yang dikarbonisasi pada suhu 400-500 °C, arang yang dihasilkan kemudian dilanjutkan dengan diaktivasi pada suhu 800 °C selama 60 menit dengan uap air dan kalium hidroksida (KOH) 15% sebagai aktivator. Proses selanjutnya dilakukan interkalasi dengan logam nikel dan di karbonisasi lagi pada suhu 900 °C selama 60 menit. Kualitas dan struktur karbon dievalusi menggunakan Pirolisis-gas kromatografi mass spectrofotometri (Py-GCMS), skening electron mikroskop-energi diperse spektrofotometer (SEM-EDS), X-ray difraktometer (X-RD). Arang aktif yang dihasilkan juga di uji sifat fisika dan kimianya. Biosensor dibuat dengan sistem moleculary imprinted polimer (MIP) berbasis elektroda pasta karbon dan optimasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nano karbon dari lignoselulosa dapat dibuat biosensor dengan sistem moleculary imprinted polimer (MIP). Formula optimum yang dihasilkan terdiri dari campuran 15% MIP, 45% karbon dan 40% parafin yang menghasilkan faktor nernst sebesar 49,7 mV/dekade dan limit deteksi sebesar 1,02 x 10-6 M pada pH optimum 4

    Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk Bahan Baku Briket Sebagai Bahan Bakar Alternatif

    Full text link
    Eceng gondok merupakan komoditi perairan yang memiliki nilai selulosa yang tinggi, penanganan pasca panen eceng gondok yang mudah dan hasilnya bermanfaat juga bernilai ekonomis tinggi diperlukan agar eceng gondok tidak merusak ekosistem perairan. Pembuatan briket dari bahan baku eceng gondok merupakan salah satu solusi untuk memanfaatkan eceng gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kadar perekat optimum briket eceng gondok dan mengetahui jenis briket eceng gondok yang terbaik untuk dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif
    corecore