30 research outputs found

    EKSPLOITASI PEKERJA ANAK DALAM HOME INDUSTRI SARUNG TENUN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi keluarga anak, pola pengambilan keputusan anak bekerja. Selain itu bentuk-bentuk eksploitasi pekerja anak menjadi bagian penting dalam tujuan penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengkajinya menggunakan teori eksploitasi Karl Marx. Sedangkan lokasi penelitian berada di Desa Gedang Kulut Kecamatan Cerme Gresik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa anak di bawah umur yang bekerja di home industri sarung tenun. Rata-rata pekerja anak berasal dari keluarga menengah ke bawah dan pendidikan yang rendah. Hal ini yang menyebabkan anak masuk ke dunia kerja dan rentan terjadinya eksploitasi. Selain itu faktor budaya dan juga pola pengasuhan orang tua terhadap anak juga mempengaruhi anak untuk bekerja. Salah satu pola pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam penelitian ini yaitu lebih pada sikap otoriter. Adapun bentuk-bentuk eksploitasi yang dialami pekerja anak diantaranya pemanipulasian waktu, pemotongan gaji, serta keuntungan dari hasil kerja buruh yang tidak dibayarkan. Kata Kunci : Eksploitasi, Pekerja Anak Perempuan, Nilai Surplus Karl Mar

    Mekanisme Survival Terhadap Tindakan Kekerasan Yang Dialami Pemulung Anak Di Surabaya

    Full text link
    Growing informal sector in urban areaswas not only in volve adultage group, but also involves theage groupof children. The participation of children in the informal sector because of the high level of competition, the difficulty of life, and economic conditions in the city. The economic conditions areall difficult, all family members, including children, are required toseek additional income. Prolonged economic crisis makes the kidsdo the work they should not be doing. Empirically, the involve ment of children in informal economic activities as collector stend to beprone to premature exploitation and can interfere with their physical, psychological and social development. This study aims to examine the forms of violence and survival mechanism saga in stacts of violence against the childs cavengers in Surabaya. This study used qualitative method stotake a placein the Location Landfill Waste (LLW) in Surabaya. Informants selected accidentaland continued with thes now ball method. Data were collected by using observation andin-depth interviews, and thenanalyzed using descriptive analysis. This study shows that the child scavengersin LPA Sampah Surabaya have experienced violence, both physical abuse (beatings), psychological (insult, aspersion); economic violence (exploitation) and sexual violence (sexual abuse). Experiences cavenger children against violenceled to strategies to survive (survival mechanism), both just resigned to do ing resistance

    Gaya Hidup Konsumsi Fashion Mahasiswa Rantau Bangkinang di Kota Surabaya

    Get PDF
    Penampilan fashion membantu dan mendefinisikan nilai, sikap, dan posisi sosial. Karena itulah gaya hidup fashion  merupakan bagian dari aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Penelitian ini dilatar belakangi oleh konsumsi produk fashion dalam kehidupan sehari-hari.  Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan mengetahui motif mahasiswa yang bergaya hidup konsumstif fashion di pusat perbelanjaan kota Surabaya. Peneliti menggunakan teori konsumsi Jean Baudrillard yang menjelaskan tentang pola perilaku konsumtif berdasarkan nilai dan tanda, perilaku yang dilakukan tanpa mempertimbangkan fungsi dan kegunaan ketika membeli suatu barang, melainkan mempertimbangkan suatu prestige yang ada dalam barang tersebut. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif sebagai penyelidikan untuk memahamai fenomena sosial dan masalah manusia berdasarkan gambaran berupa laporan kata-kata yang disusun secara ilmiah. Jenis-jenis konsumsi fashion yang dilakukan oleh para perantauanantara lain, baju, sepatu, kaos, jaket, celana, dan kacamata. Terdapat juga faktor mahasiswa rantau mengkonsumsi produk fashion antara lain yaitu; faktor ekonomi, faktor “keren”, dan faktor tempat

    RESISTENSI ANGGOTA TERHADAP PENGURUS KOPERASI MAHASISWA

    Get PDF
    Penelitian ini mengenai resistensi yang dilakukan oleh anggota terhadap pengurus di kopma Unesa. Kopma Unesa yang berdiri sejak 1978 tidak menjamin kebijakan yang diterapkan dapat berjalan dengan baik. Beberapa pengurus melakukan pelanggaran terhadap kebijakan atau aturan di kopma. Anggota yang terganggu dengan pelanggaran tersebut melakukan penolakan atau perlawanan. Penelitian ini menggunakan perspektif teori resistensi James Scott dengan pendekatan etnometodologi. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota yang aktif di kopma Unesa dan melakukan penolakan. Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu pengamatan dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Tahap analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh bahwa anggota melakukan 2 bentuk resistensi. Resistensi dilakukan dalam resistensi tertutup dan resistensi semi terbuka. Resistensi tertutup yang dilakukan adalah mengeluh kepada teman dan mengkritik secara diam-diam. Resistensi semi terbuka dilakukan dengan melakukan protes, sindiran, tidak menghiraukan teguran, dan ikut melakukan pelanggaran. Kata Kunci: Anggota Koperasi Mahasiswa, Resistensi, Kualitati

    PEMANFAATAN MODAL SOSIAL PADA KOPERASI UNTUK MEMPEROLEH KREDIT (STUDI SISTEM TANGGUNG RENTENG KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA)

    Get PDF
    Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum, koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip kekeluargaan.. Di Indonesia banyak ditemui Koperasi yang Koperasi SBW Surabaya menggunakan sistem tanggung renteng. Kemudahan sistem tanggun renteng bagi anggota adalah kemudahan mendapat pinjaman tanpa anggunan hanya bermodal izin dari kelompok tanggung renteng. Hal yang paling utama dalam Koperasi SBW adalah modal sosial yang ada dalam sistem tanggung renteng. Penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan teori James Coleman untuk mendeskripsikan pemanfaatan modal sosial yang ada dalam sistem tanggung renteng. Modal sosial berperan penting dalam sistem tanggung renteng ini, tanpa modal sosial maka tidak terbentuk kepercayaan antara anggota dalam kelompok. Modal sosial juga memberikan peran dalam kemudahan anggota untuk mendapatkan pinjaman dari Koperasi. Namun dalam kenyataan di lapangan pemanfaatan modal sosial untuk mendapatkan kredit bukan hanya dalam segi positive melainkan juga dalam segi negative. Pemanfatan modal sosial dalam segi negative berdampak pada adanya resiko tanggung renteng yang harus ditanggung oleh anggota. Resiko ini tentunya merugikan anggota itu sendiri yang seharusnya mendapat kemudahan dan keringanan pinjaman tanpa anggunan malah harus menanggung resiko tanggung renteng. Kata kunci: Trust, norma, jaringan, Koperas

    FUNGSI SOSIAL LANSIA PADA KELUARGA MISKIN (Studi Etnometodologi Tentang Pengemis Lansia di Makam Sunan Giri Kabupaten Gresik)

    Get PDF
    Lansia terkategori kelompok usia yang rentan dan tidak berdaya. Akses ekonomi yang terbatas berimbas pada tingginya jumlah pengangguran bagi seorang lansia. Upaya mengatasi kemiskinan dan kondisi demikian adalah dengan meminta-minta di Makam Sunan Giri. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi objektif pengemis lansia, tindakan-tindakan, nilai-nilai budaya kemiskinan dan fungsi sosial pengemis lansia yang ada di Makam Sunan Giri Gresik. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif teori etnometodologi dan teori kebudayaan kemiskinan. Subjek dipilih dengan teknik purposive dan pengambilan data melalui data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik analisis model interaktif Milles dan Huberman. Hasil penelitian ini bahwa kondisi objektif pengemis lansia yang mengemis di Makam Sunan Giri memiliki beragam kondisi satu dengan yang lainnya. Usia lansia yang dicirikan dengan fisik lemah, minim keterampilan, dan tidak laku dalam pekerjaan, ditambah sudah menjadi kebiasaan sejak lama sehingga budaya meminta-minta berkembang di pengemis lansia. Ditandai dengan nilai-nilai budaya kemiskinan yang nampak pada pengemis lansia seperti; Pertama, sikap pasrah diri dan miskin mental. Kedua, rendahnya partisipasi pada lembaga masyarakat. Dalam praktik meminta-minta di Makam Sunan Giri terdapat norma yang harus dipatuhi, diantaranya; harus berpakaian rapi dan berucap sopan, tidak diperbolehkan mengemis disembarang tempat, dan makam harus steril pengemis ketika ada pejabat berkunjung. Adanya pengemis lansia di makam juga memiliki fungsi sosial di masyarakat, diantaranya yaitu; (1) tempat bersedekah atau beramal, (2) tempat munculnya sikap altruistik terhadap pengemis lansia, (3) tempat penyedia do’a bagi peziarah. (4) tempat penukaran uang receh atau koin. Kata Kunci: Pengemis Lansia, Fungsi Sosial, Kebudayaan Kemiskina

    Konstruksi Pedagang Pasar Wonokromo Tentang Layanan Aplikasi Grabmart Dalam Meningkatkan Perekonomian

    Get PDF
    AbstractTraditional markets or people's markets are markets that play an important role in promoting economicgrowth in Indonesia and have a natural competitive advantage. However, on the one hand, technologicaldevelopments are increasingly sophisticated from year to year and have led to the emergence of online shoppingsites. This condition makes it possible for traditional markets to keep up with these developments so that theyare not left behind by the times. There are many ways that are used mainly by traders in selling their products,including online. One of them is the emergence of the Grabmart service in the Grab application which canhelp merchants sell their wares online. This study aims to determine the social construction of Wonokromomarket traders regarding Grabmart services. This study uses a descriptive qualitative research method. Datacollection was carried out through interviews with 5 informants as traders selling at the Wonokromo market.The results of this study indicate that the construction of Wonokromo market traders varies regardingGrabmart services. This is due to differences in objective and subjective conditions experienced by someindividuals.AbstrakPasar tradisional atau pasar rakyat merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukanpertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Namun di satu sisiperkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin canggih dan membuat munculnya situ perbelanjaansecara online. Kondisi ini membuat bagaiman caranya supaya pasar tradisional dapat mengikuti perkembangantersebut supaya tidak tertinggal oleh jaman. Banyak Sekali cara yang dilakukan terutama oleh pedagang di dalammenjual produknya termasuk secara online. Salah satunya munculnya layanan Grabmart di dalam aplikasi Grabyang dapat membantu para pedagang dalm menjual dagangannya secara online. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui konstruksi social pedagang pasar wonokromo tentang layanan Grabmart. Penelitian inimenggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan5 narasumber sebagai pedagang yang berjualan di pasar wonokromo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakonstruksi para pedagang pasar wonokromo bermacam-macam tentang layanan Grabmart. Hal tersebutdikarenakan adanya perbedaan kondisi objektif dan subjektif yang dialami oleh beberapa individuKeywords: Social Construction, Traders, Grabmar

    Konstruksi Pegawai Bank Konvensional tentang Riba dan Pekerjaannya (Studi pada Pegawai Muslim Bank Jatim Cabang Mojokerto)

    Get PDF
    Abstract Riba in the context of bank interest is still being debated among Muslim communities. Bank interest is often identified as usury by some Muslim communities. Work in a bank is often debated whether it is prohibited or permissible in Islamic law. This research tries to examine the construction of Muslim employees who work in conventional banks in view of usury and the work they do in conventional banks, especially employees of the Mojokerto branch of the East Java bank. The method used in this study is qualitative with a grounded theory approach. By using social construction theory by Peter L. Berger and Thomas Luckman, social construction is divided into three stages namely externalization, internalization, and objectivation. In the externalization stage, bank employees gain an understanding of usury from their social interactions and discussions with family, friends, and religious experts. Then, at the internalization stage, they dialogue about external values and personal interests so that they internalize that usury is one of the additional items required for sales. However, interest does not include usury because there is an agreement between the two parties, no one feels aggrieved, and the amount is regulated by the competent authority. According to research subjects, work in a bank is a permissible job. At the objectification stage, bank employees believe that this is permissible in Islam and the reality emerges that bank interest does not include usury and work in a bank is permissible because it is intended to worship and provide for the family. Keywords: Social Construction, Riba, Usury, Bank Interest, Work in Conventional Bank.   Abstrak Riba pada konteks bunga bank masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat muslim. Bunga bank seringkali diidentikkan sebagai riba oleh sebagian masyarakat muslim. Pekerjaan di bank menjadi hal yang sering diperdebatkan apakah dilarang atau diperbolehkan dalam syariat islam. Penelitian ini mencoba mengkaji tentang konstruksi pegawai muslim yang bekerja di bank dalam konvensional memandang riba dan pekerjaan yang dilakukannya di bank konvensional, khususnya pada pegawai bank Jatim Cabang Mojokerto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Dengan menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, konstruksi sosial dibagi menjadi tiga tahap yakni eksternalisasi, internalisasi, dan objektivasi. Dalam tahap eksternalisasi, pegawai bank memperoleh pemahaman tentang riba dari proses interaksi sosial dan diskusi mereka dengan keluarga, teman, dan ahli agama. Kemudian, pada tahap internalisasi, mereka mendialogkan nilai eksternal dan kepentingan pribadi sehingga mereka menginternalisasikan bahwa riba adalah salah satu tambahan yang diminta untuk penjualan. Namun, bunga bukan termasuk riba karena ada kesepakatan antara kedua belah pihak, tidak ada yang merasa dirugikan, dan besarannya diatur oleh lembaga berwenang. Menurut subjek penelitian, pekerjaan di bank adalah pekerjaan yang diperbolehkan. Pada tahap objektivasi, pegawai bank yakin bahwa hal itu diperbolehkan dalam islam dan muncul realitas bahwa bunga bank bukan termasuk riba dan pekerjaan di bank diperbolehkan karena diniatkan ibadah dan menafkahi keluarga. Kata Kunci: Konstruksi Sosial, Riba, Bunga Bank, Bekerja di Bank Konvensiona

    MODAL SOSIAL DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini mengkaji pemanfaatan modal sosial dalam membentuk kemandirian Kelompok Swadaya Masyarakat. kelompok tersebut merupakan dampingan dari lembaga swadaya masyarakat YAPSEM yang hanya bertempat di Lamongan. YAPSEM merupakan lembaga yang berjalan dibidang sosial dan ekonomi denga memberdayakan masyarakat miskin di Kota Lamongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk modal sosial, menganalisis peran modal sosial, dan mendeskripsikan strategi yang digunakan untuk membangun kemandirian Kelompok Swadaya Masyarakat. Penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara empat informan dan data dianalisis secara kualitatif. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwasannya Kelompok Swadaya Masyarakat berkembang dengan anggota yang sudah berpengalaman, luasnya jaringan sosial sebagai peran untuk menjembatani antara satu kelompok dengan kelompok lain, serta menjalankan norma atau aturan yang menjadi pedoman suatu kelompok. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beragam bentuk jaringan sosial di masyarakat. Yaitu bonding,bridging dan lingking. Relasi ini digunakan sebagai penjembatan antar kelompok untuk menjalin kekompakan dan menjalin hubungan baik dengan lembaga. Kata kunci: modal sosial, pemberdayaan, KSM. Abstract This study examines the use of social capital in shaping the independence of self-help groups. the group was assisted by a non-governmental organization YAPSEM which was only located in Lamongan. YAPSEM is an institution that runs in the social and economic fields by empowering the poor in Lamongan City. This study aims to identify forms of social capital, analyze the role of social capital, and describe the strategies used to build the independence of Non-Governmental Organizations. This research was obtained by interviewing four informants and the data were analyzed qualitatively. The results of the study indicate that the Self-Help Group develops with experienced members, the extent of social networks as a role to bridge between one group and another group, as well as running the norms or rules that guide a group. In addition, the results of the study also showed that there were various forms of social networking in the community. Namely bonding, bridging and ringing. This relationship is used as a bridge between groups to establish cohesiveness and establish good relations with institutions. Keywords: social capital, empowerment,community self-help group
    corecore