87 research outputs found

    Evaluation of Water Quality of Way Kuripan’s River Using Water Quality Index Tool

    Get PDF
    The aim of this study is to analyze the water quality of the Way Kuripan River based on the Water Quality Index (WQI) calculation method that is developed by the Malaysian Department of Environment (DOE). Water samples were taken from five sample points (SK01, SK02, SK03, SK04 and SK05) in January 2017. WQI was calculated on the basis of six parameters: dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), pH, total suspended solid (TSS) and ammoniac-nitrogen (NH3-N). The calculation procedure consists of three stages. Firstly, identifying the equation of the sub-index (SI) based on the parameter value. Secondly, calculate the sub-index (SI) of each parameter. Last is the calculation of the water quality index. The results show that SK01 and SK04 have WQI values of 70.3 and 70.11. Those values show that water quality of the Way Kuripan river is class III so the water is slightly polluted. Sample points, SK02 (WQI = 55.8) and SK03 (WQI=53.8) are highly polluted. The lowest WQI of the Way Kuripan river is SK05 = 38.3, so it is classified as,Class V (highly polluted). In conclusion, this data confirms that the water quality in the Sungai Kuripan River has been polluted.Keywords: Way Kuripan’ s River, Water Quality Index (WQI), water quality paramete

    Examining the Issue of Native-Speakerism in English Language Teaching in Indonesian Context

    Get PDF
    Abstract: Native-speakerism is defined as an ideology which brings the idea that so-called ‘native speakers’ are trusted as the best models and teachers of English. In the context of English as a Foreign Language (EFL) particularly in Indonesian setting, the practitioners of English Language Teaching (ELT) often show favouritism towards Native English Speaker Teachers (NESTs) and do marginalize the Non-Native English Speaker Teachers (NNESTs). This phenomenon affects their equality of opportunity and impacts on different right they will have. Realising this bigger impact, experts and scholars in ELT raise their voice to eliminate the native speaker fallacy. Therefore, this paper attempts to contribute to the discussion by examining critically the unfairness between NESTs and NNESTs in teaching English in EFL contexts particularly in Indonesia, and eventually proposing the pedagogy of English as an International Language (EIL) to encounter this native-speakerism issue. Keywords: native-speakerism, native and non-native English speaker teachers, English as an international language (EIL) Abstrak: “Native-speakerisme” didefinisikan sebagai ideologi yang membawa ide bahwa 'penutur asli' dipercaya sebagai model dan guru bahasa Inggris terbaik. Dalam konteks bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (EFL) khususnya di konteks Indonesia, para praktisi Pengajaran Bahasa Inggris (ELT) sering menunjukkan favoritisme terhadap Guru Penutur Asli Bahasa Inggris (NEST) dan memarginalkan Guru Penutur Non-Asli Bahasa Inggris (NNEST). Fenomena ini mempengaruhi kesetaraan kesempatan dan dampaknya pad hak yang berbeda yang akan mereka dapatkan. Menyadari dampak yang lebih besar ini, para ahli bidang ELT angkat suara untuk mengatasi kekeliruan penutur asli. Oleh karena itu, makalah ini berupaya merangkum pandangan-pandangan yang kritis terkait diskusi isu ketidak adila antara Guru Penutur Asli Bahasa Inggris (NEST) dan Guru Penutur Non-Asli Bahasa Inggris (NNEST) dalam mengajar bahasa Inggris di konteks Indonesia, dan akhirnya mengusulkan sebuah pedagogi yakni Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional (EIL) untuk menghadapi masalah “native-speakerisme” ini Kata-kata kunci: native-speakerism, native and non-native english speaker teachers, English as an international language (EIL

    Pengaruh Penguasaan Kompetensi Teknis Terhadap Kinerja Pegawai Yang Dimoderasi Oleh Kompetensi SMART ASN Pada Jabatan Pelaksana Penyusun Bahan Publikasi Dan Kehumasan

    Get PDF
    Gagasan SMART ASN merupakan langkah menghadapi era revolusi industri 4.0 mengharuskan ASN beradaptasi terhadap transformasi teknologi agar pelayanan publik lebih efektif, efisien, ditunjang dengan kinerja pegawai secara keseluruhan. Hal tersebut berkaitan dengan penguasaan kompetensi teknis yang didukung dengan penguasaan kompetensi penunjang SMART ASN. Jabatan penyusun bahan publikasi dan kehumasan merupakan jabatan yang diperlukan di setiap unit instansi untuk kelancaran informasi. Penelitian ini mengujikan pengaruh penguasaan kompetensi teknis dan kompetensi penunjang SMART ASN serta moderasi SMART ASN terhadap kinerja pegawai penyusun bahan publikasi kehumasan di Kementerian Perhubungan. Hasil analisis menunjukkan penguasaan kompetensi teknis memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai, sementara penguasaan kompetensi penunjang SMART ASN berperan sebagai pure moderator yang memperkuat pengaruh penguasaan kompetensi teknis oleh pegawai terhadap kinerjanya. Analisis instrumen menunjukkan bahwa pegawai masih mengalami kesulitan jika ranah kehumasan menjangkau hubungan luar lebih luas seperti media dan redaksi. Pegawai dengan penempatan kantor pusat dan area ibukota provinsi lebih fasih dalam menguasai teknologi sosial media dan kemajuan informasi. Motivasi pegawai untuk melakukan pekerjaan lebih kolaboratif, up to date, dan kreatif masih perlu ditingkatkan

    ANALISIS PEMISAHAN CEPAT LOSARTAN KALIUM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

    Get PDF
    RINA FEBRINA. 2018. Analisis Pemisahan Cepat Losartan Kalium Sediaan Tablet Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Dibawah bimbingan LELA MUKMILAH YUNINGSIH dan SALIH MUHARAM. Losartan Kalium adalah obat antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) yang merupakan pilihan untuk terapi hipertensi dengan resiko penyakit jantung, gangguan ginjal, ataupun diabetes. Waktu retensi pada analisa sebelumnya ± 8 menit dan merupakan waktu yang cukup lama apabila sampel yang dianalisa berjumlah banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan metode analisa Losartan kalium yang menghasilkan waktu retensi yang lebih cepat. Pada penelitian ini dilakukan optimasi pemisahan Losartan kalium menggunakan KCKT terhadap variasi fase gerak, jenis buffer phosphate, kolom, dan laju alir. Hasil optimasi selanjutnya dilakukan validasi metode analisa Losartan kalium. Hasil penelitian diperoleh kondisi optimal dengan menggunakan fase gerak KH2PO4 58 mmol/L pH 6.2 : Asetonitrile (65:35)% kolom C8, laju alir 0.5 mL/menit, dengan detektor UV 205 nm, dengan pelarut metanol dengan waktu retensi pemisahan pada menit 3,292 menit, faktor ikutan 1.051, dan nilai plate teoritis 3414. Metode analisa telah tervalidasi dengan hasil linieritas 0.9999, LOD 0.0015 mg/mL, LOQ 0.0046 mg/mL, presisi repetabilitas pada konsentrasi 0.08 mg/mL, 0.10 mg/mL, dan 0.12 mg/mL adalah 0.57%, 0.49%, 0.34%, presisi antara 0.72%, ruggedness % RSD area 0.97%,, robustness pada suhu 25 oC dan 30 oC adalah 0.55%, dan 0.16%. Validasi metode analisa Losartan kalium telah memenuhi persyaratan dan dapat digunakan untuk menentukan kadar Losartan kalium dalam obat tablet

    Modeling Rheotaxis based on Preference to Predict Fish Migration Behavior in A River

    Get PDF
    In this research, we attempt to determine preference of rheotaxis and estimated weight values in laboratory experiments using adult and juvenile ayu (Plecoglossus altivelis altivelis). We conducted paired comparisons of ayu distribution between the upper and lower sections of a test watercourse using several velocity conditions (10, 30, and 40 cm/s for juveniles; 20, 30, 50, 70, and 90 cm/s for adults). In upper watercourse sections, juvenile ayu preferred velocities of 30 cm/s and 40 cm/s, and adults preferred a velocity of 50 cm/s. Even when a highly preferred illumination condition of 4000 lux was present in the lower section, fish maintained a higher distribution in the upper section. We design a procedure to calculate rheotaxis preference and built it into our fish behavior simulation model on geographic information system (GIS) software. The model successfully predicted natural migration behavior of fish

    EVALUASI SISTEM DRAINASE KABUPATEN PRINGSEWU (Studi Kasus : Desa Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu)

    Get PDF
    ABSTRAkSistem drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan. Penelitian  ini dilakukan di jalan lintas barat desa wates kecamatan gadingrejo, pada pelaksanaannya dilakukan analisis hidrologi dan hidrolika. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan maksimum setelah itu dilakukan pengukuran dispersi melalui perhitungan parameter statistik. Dilanjutkan dengan pemilihan jenis distribusi untuk mendapatkan cara mengolah data pengukuran  curah  hujan  rencana  dan  perhitungan  intensitas  hujan.  Analissis  hidrolika  berupa debit drainase rencana, setelah itu di tentukan rencana dimensi yang sesuai.Hasil penelitian berdasarkan pengukuran dispersi diperoleh distribusi Log Pearson  III  dan  diperoleh  nilai  curah  hujan  rencana  untuk  kala  ulang  2 tahun  sebesar 345,143 mm, dan untuk  kala  ulang  5 tahun  sebesar 407,380 mm. Nilai debit hujan untuk kala ulang  2 tahun dengan metode rasional diperoleh nilai 2,815 m3/detik, dan kala ulang  5 tahun 3,322  m3/detik. Berdasarkan evaluasi pada kondisi eksisting pada segmen 1 sampai segmen 7 terdapat dimensi yang disarankan untuk dilakukan redesain yaitu pada segmen 3, dengan dimensi untuk kala ulang 2 tahun yaitu b = 1,50 m x h = 1,50 m, dan kala ulang 5 tahun dengan dimensi b = 1,80 m x h = 1,80 m sehingga saluran drainase mampu untuk menampung debit banjir.Kata kunci: analisis hidrologi, sistem drainase, distribusi Log Pearson III, debit rencana, dimensi saluran.ABSTRACTDrainage system is defined as a series of water structures that function to reduce and or remove excess water from an area or land. This research was conducted on the western causeway of Wates village, Gadingrejo sub-district. The hydrological and hydraulics analysis was performed. Hydrological analysis uses maximum rainfall data then the measurement of the dispersion is carried out through the calculation of statistical parameters. The stage was followed by selecting the type of distribution to get a way to process the planned rainfall measurement data and calculation of rain intensity. The hydraulic analysis in the form of planned drainage discharge, after which the appropriate dimensional plan is determined. The results of the study based on dispersion measurements obtained by Log Pearson III distribution and the value of the rainfall plan for the 2 year reiterative period was 354,143 mm, and for the 5 year reiterative period was 407,380 mm. The rain discharge value for the 2 year reiterative period using the rational method was 2,815 m3 / second, and the 5 year reiterative period was 3,322 m3 / second. According to the evaluation on the existing conditions in segment 1 to segment 7, there are dimensions that are suggested to be redesigned, namely in segment 3, with dimensions for a 2 year reiterative period, namely b = 1,50 m x h = 1,50 m, and a 5 year reiterative period with dimensions b = 1,80 m x h = 1,80 m so that the drainage channel is able to accommodate the flood discharge.Keywords: hydrolical analysis, drainage system, Pearson III log distribution, discharge, channel dimension

    SK Penguji Proposal a.n Besty Berliana

    Get PDF
    SK Penguji Proposal a.n Besty Berlian

    SK DEKAN TUTOR 6C

    Get PDF
    SK DEKAN TUTOR 6

    SK DEKAN KK 6C

    Get PDF
    SK DEKAN KK 6

    SK DEKAN TUTOR 6A

    Get PDF
    SK DEKAN TUTOR 6
    corecore