34 research outputs found

    Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Guided Inquiry Guided Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa

    Get PDF
    Salah satu modal penting dalam menghadapi tuntutan era globalisasi adalah perlunya perhatian pada kompetensi berpikir, khususnya kompetensi berpikir kreatif. Salah satu isu penting dalam pembelajaran matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Pembelajaran melalui guided inquiry mengarahkan siswa untuk membangun konsep-konsep sendiri Hal ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahannya ialah bagaimana mengembangkan bahan ajar berbasis guided inquiry yang valid dan praktis untuk?é?á meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?. Adapun teknik mengambilan data awal kemampuan komunikasi dilakukan secara angket dan observasi. Teknik pengambilan data pendapat ahli tentang bahan ajar dan respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan menggunakan melalui angket. Adapun hasil penelitian yang dihasilkan proses pengembangan perangkat dimulai dati tahap pendefinisian untuk mengidentifikasi kemampuan awal komunikasi siswa serta mengamati kegiatan pembelajaran yang dapat dijadikan kegiatan yang berpeluang untuk mengembangkan komunikasi siswa. Selanjutnya baru dilakukan tahap perencanaan rangkaian kegiatan yang berpotensi mengembangkan komunikasi siswa dalam RPP serta modul pembelajaran. Terakhir ialah menyusun alat evaluasi yang dapat memberikan peluang aplikasi kreativitas, tanggung jawab dan kejujuran peserta didik. Tahapan selanjutnya ialah validasi ahli yang menghasilkan simpulan bahwa bahan ajar layak digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan respon siswa positif karena rata-rata persentase siswa lebih dari atau sama dengan 80% menyatakan sikap positi

    Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization dan Think Pair Share Ditinjau dari Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Negeri Sekabupaten Grobogan.

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) Penggunaan pembelajaran tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS; (2) Siswa yang mempunyai keaktifan tinggi menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai keaktifan sedang menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (3) Pada masing-masing tingkat keaktifan (tinggi, sedang, rendah), metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS.; (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 23. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Grobogan. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 240 orang dengan rincian 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Teams Assisted Individualization, 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Think Pair Share. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket angket keaktifan belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket keaktifan belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus Cronbach Alpha, uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji t. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan ?é?ádiperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi bangun ruang (Fa = 9.064?é?á dengan Ftabel = 3.882 ). (2) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar rendah. (Fb = 53.296 dengan Ftabel = 3.034). (3) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran tipe TPS pada siswa dengan keaktifan belajar tinggi, sedang dan rendah (Fab = 0.739 dengan?é?á Ftabel = 3.034). (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). ?é?

    EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKABUPATEN GROBOGAN.

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) Penggunaan pembelajaran tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS; (2) Siswa yang mempunyai keaktifan tinggi menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai keaktifan sedang menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (3) Pada masing-masing tingkat keaktifan (tinggi, sedang, rendah), metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS.; (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 23. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Grobogan. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 240 orang dengan rincian 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Teams Assisted Individualization, 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Think Pair Share. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket angket keaktifan belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket keaktifan belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus Cronbach Alpha, uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji t. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan ?é?ádiperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi bangun ruang (Fa = 9.064?é?á dengan Ftabel = 3.882 ). (2) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar rendah. (Fb = 53.296 dengan Ftabel = 3.034). (3) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran tipe TPS pada siswa dengan keaktifan belajar tinggi, sedang dan rendah (Fab = 0.739 dengan?é?á Ftabel = 3.034). (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). ?é?á Kata kunci: Teams Assisted Individualization, Think Pair Share, Keaktifan Sisw

    Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Powerpoint Berbantu Aplikasi Google Meet terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Fungsi Komposisi Kelas X SMA Negeri 1 Juwana

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran powerpoint berbantu aplikasi google meet terhadap prestasi belajar siswa pada materi fungsi komposisi kelas X SMA Negeri 1 Juwana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 1 Juwana. Melalui teknik simple random sampling terpilih sampel yaitu kelas X IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPS 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Terdapat pengaruh antara keaktifan siswa dengan prestasi belajar siswa menggunakan media pembelajaran powerpoint berbantu aplikasi google meet; (2) Rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran powerpoint berbantu aplikasi google meet belum tuntas KKM; (3) Rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran powerpoint berbantu aplikasi google meet lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran

    Profil Berfikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOTs Ditinjau dari Adversity Quotient Berdasarkan Gender

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal HOTS ditinjau dari Adversity Quotient berdasarkan gender. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan tes angket Adversity Quotient yaitu 2 siswa laki-laki dengan jenis AQ climbers satu dan AQ campers satu, dan  2 siswa perempuan dengan jenis AQ climbers  satu dan  AQ campers satu. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII D SMP N 2 Juwangi kabupaten Boyolali yang dipilih berdasarkan hasil tes angket. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes angket Adversity Quotient untuk menentukan subjek penelitian, Soal HOTS tertulis untuk memunculkan berfikir kreatif siswa, dan pedoman wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik yaitu melakukan pengecekan data yang telah diperoleh dari sumber yang sama menggunakan teknik yang berbeda. Hasil tes dan wawancara 1) siswa laki-laki dengan jenis AQ climbers memenuhi indikator berfikir kreatif yaitu lancar, luwes, orisinil, dan terperinci, sehingga memperoleh nilai 83. 2) siswa laki-laki dengan jenis AQ campers memenuhi indikator berfikir kreatif yaitu lancar, luwes, dan terperinci, sehingga memperoleh nilai 75. 3) siswa perempuan dengan jenis AQ climbers memenuhi indikator berfikir kreatif lancar, luwes, orisinil, dan terperinci, sehingga memperoleh nilai 100. 4) siswa perempuan dengan jenis AQ campers memenuhi indikator berfikir kreatif lancar, luwes, dan orisinil, sehingga memperoleh nilai 78

    Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal pada materi lingkaran ditinjau dari gaya belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan pada siswa kelas VIII A SMP PGRI 01 Semarang tahun ajaran 2020/2021. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket gaya belajar, tes, wawancara dan dilengkapi dengan dokumentasi sehingga semua kegiatan dapat terekam dengan baik. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Siswa dengan gaya belajar visual mampu memenuhi tiga dari enam indikator berpikir kritis yaitu Reason, Situation, dan Overview, (2) Siswa dengan gaya belajar auditorial mampu memenuhi empat dari enam indikator berpikir kritis yaitu Focus, Reason, Situation, dan Overview, dan (3) Siswa dengan gaya belajar kinestetik mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, and Overview)

    Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ditinjau dari Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural

    Get PDF
    Berpikir Kritis dapat diajarkan kepada siswa melalui pembelajaran matematika. Sedang pembelajaran matematika akan berhasil jika saat pengajarannya mengarahkan kepada konseptual dan prosedural. Subjek pada penelitian ini adalah satu kelas XI Animasi yaitu 26 siswa, melalui tes tertulis pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural didapatkan 3 siswa yang masing-masing satu siswa mewakili kelompok indikator pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural yang dapat dicapai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 2 kali tes tertulis dan tes wawancara. Dari hasil penelitian kemampuan berpikir kritis siswa menghasilkan siswa cenderung kurang mampu untuk melakukan strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Subjek yang mampu mencapai semua indikator pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis dan sebaliknya

    Analisis Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis kelas VII ditinjau dari motivasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari 20 siswa MTs selanjutnya dipilih berdasarkan tes motivasi belajar yaitu satu siswa dengan motivasi belajar tinggi, satu siswa dengan motivasi sedang, satu siswa dengan motivasi belajar rendah. Instrumen  yang digunakan dalam penelitian yaitu kuesioner motivasi belajar, tes tertulis berpikir kreatif matematis, dan wawancara untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) siswa dengan motivasi belajar tinggi mampu memnuhi indikator berpikir kreatif matematis yaitu, berpikir lancar (Fluency), berpikir luwes (Flexibility), berpikir orisinal (Originality), dan berpikir merinci (Elaboration). 2) siswa dengan motivasi belajar sedang hanya memenuhi beberapa indikator berpikir kreatif matematis yaitu, berpikir lancar (Fluency), berpikir luwes (Flexibility), dan berpikir merinci (Elaboration). 3) siswa dengan motivasi belajar rendah hanya memenuhi satu indikator berpikir kreatif matematis yaitu, berpikir lancar (Fluency)

    EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIRTUAL REALITY (VR) PADA MATERI TRIGONOMETRI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa antara pembelajaran menggunakan media pembelajaran Virtual Reality dengan pembelajaran tanpa media pembelajaran (konvensional). (2) Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran menggunakan media pembelajaran virtual reality dengan pembelajaran tanpa media pembelajaran (konvensional). (3) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran Virtual Reality pada materi trigonometri terhadap motivasi hasil belajar matematika siswa SMA. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif. Desain penelitian menggunakan Posttest-Only Control Design. Teknik pengumpulan data melalui angket dan tes hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan analisis Indepentdent Sample t-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara eksperimen yang menggunakan media pembelajaran virtual reality dengan motivasi belajar kelas kontrol yang tanpa menggunakan media pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. (2) terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara eksperimen yang menggunakan media pembelajaran virtual reality dengan hasil belajar kelas kontrol yang tanpa menggunakan media pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. (3) penggunaan media pembelajaran virtual reality lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi trigonometri SMA

    PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH KALKULUS LANJUT 1 DENGAN SCAFFOLDING BERBASIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

    Get PDF
    The aims of this research was to develop learning device of Advanced Calculus 1 subject with scaffolding-based problem-solving abilities that include syllabi, lesson plan, learning media, student worksheets and assessment, and determine the effectiveness of the implementation of scaffolding-based learning problem-solving abilities in the subject Advanced Calculus 1.This research was a Research and Development (R & D). Methods of data analysis done by using triangulation mix-design method by simultaneously analyze data from quantitative and qualitative data as well as data combined. The results showed that the development of the learning course Advanced Calculus 1 with scaffolding based problem solving ability using learning device development of Borg and Gall models which has been modified. Results of learning device development course Advanced Calculus 1 consists of a syllabi, lesson plan, student worksheet, observation sheets and feasible achievement test used. Furthermore limited trial obtained tvalue ?»Ôé¼?¢7,440 ?»Ôé¼?¥ttable ?»Ôé¼?¢1,645so H0 is rejected. This shows that the average learning outcomes with scaffolding better than conventional learning. ?é?á Key words : Scaffolding, Learning devices, Advanced Calculus
    corecore