4 research outputs found

    Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Guided Inquiry Guided Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa

    Get PDF
    Salah satu modal penting dalam menghadapi tuntutan era globalisasi adalah perlunya perhatian pada kompetensi berpikir, khususnya kompetensi berpikir kreatif. Salah satu isu penting dalam pembelajaran matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Pembelajaran melalui guided inquiry mengarahkan siswa untuk membangun konsep-konsep sendiri Hal ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahannya ialah bagaimana mengembangkan bahan ajar berbasis guided inquiry yang valid dan praktis untuk?é?á meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?. Adapun teknik mengambilan data awal kemampuan komunikasi dilakukan secara angket dan observasi. Teknik pengambilan data pendapat ahli tentang bahan ajar dan respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan menggunakan melalui angket. Adapun hasil penelitian yang dihasilkan proses pengembangan perangkat dimulai dati tahap pendefinisian untuk mengidentifikasi kemampuan awal komunikasi siswa serta mengamati kegiatan pembelajaran yang dapat dijadikan kegiatan yang berpeluang untuk mengembangkan komunikasi siswa. Selanjutnya baru dilakukan tahap perencanaan rangkaian kegiatan yang berpotensi mengembangkan komunikasi siswa dalam RPP serta modul pembelajaran. Terakhir ialah menyusun alat evaluasi yang dapat memberikan peluang aplikasi kreativitas, tanggung jawab dan kejujuran peserta didik. Tahapan selanjutnya ialah validasi ahli yang menghasilkan simpulan bahwa bahan ajar layak digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan respon siswa positif karena rata-rata persentase siswa lebih dari atau sama dengan 80% menyatakan sikap positi

    Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization dan Think Pair Share Ditinjau dari Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Negeri Sekabupaten Grobogan.

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) Penggunaan pembelajaran tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS; (2) Siswa yang mempunyai keaktifan tinggi menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai keaktifan sedang menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (3) Pada masing-masing tingkat keaktifan (tinggi, sedang, rendah), metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS.; (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah.; (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 23. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Grobogan. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 240 orang dengan rincian 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Teams Assisted Individualization, 120 orang untuk kelas dengan model pembelajaran Think Pair Share. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket angket keaktifan belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket keaktifan belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus Cronbach Alpha, uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji t. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan ?é?ádiperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi bangun ruang (Fa = 9.064?é?á dengan Ftabel = 3.882 ). (2) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar rendah. (Fb = 53.296 dengan Ftabel = 3.034). (3) Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan metode pembelajaran tipe TPS pada siswa dengan keaktifan belajar tinggi, sedang dan rendah (Fab = 0.739 dengan?é?á Ftabel = 3.034). (4) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TAI, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). (5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang dan rendah serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan rendah (Fab = 0.739 dengan Ftabel = 3.034). ?é?

    Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Kuliah Kalkulus Lanjut 1 Dengan Scaffolding Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah

    Full text link
    The aims of this research was to develop learning device of Advanced Calculus 1 subject with scaffolding-based problem-solving abilities that include syllabi, lesson plan, learning media, student worksheets and assessment, and determine the effectiveness of the implementation of scaffolding-based learning problem-solving abilities in the subject Advanced Calculus 1.This research was a Research and Development (R & D). Methods of data analysis done by using triangulation mix-design method by simultaneously analyze data from quantitative and qualitative data as well as data combined. The results showed that the development of the learning course Advanced Calculus 1 with scaffolding based problem solving ability using learning device development of Borg and Gall models which has been modified. Results of learning device development course Advanced Calculus 1 consists of a syllabi, lesson plan, student worksheet, observation sheets and feasible achievement test used. Furthermore limited trial obtained tvalue ?»Ôé¼?¢7,440 ?»Ôé¼?¥ttable ?»Ôé¼?¢1,645so H0 is rejected. This shows that the average learning outcomes with scaffolding better than conventional learning. ?é?
    corecore