9 research outputs found

    Perkembangan Seni Patung Beton Di Desa Peliatan, Kec.Ubud,Kab.Gianyar

    Get PDF
    Abstrak: Pada mulanya seni patung Bali berfungsi sebagai sarana ritual pemujaan dalam bentuk simbol perwujudan roh leluhur, dewa, Tuhan, dengan segala manifestasinya yang bersifat sakral. Jenis-jenis patung perwujudan tersebut di Bali sering disebut pratima, arca, petapakan dan pralingga. Pembaharuan yang sangat gemilang dalam seni patung Bali terjadi setelah adanya kontak langsung seniman lokal dengan seniman asing ( Barat), sehingga melahirkan bentuk-bentuk baru yang cendrung realis, naturalis dan surealis. Patung realis, naturalis dan surealis yang menggunakan material kayu kemudian berkembang pesat di Desa Mas, Kemenuh dan Desa Peliatan, dengan tokoh-tokoh pematungnya antara lain Ida Bagus Nyana, Ida Bagus Tilem, I Ketut Tulak, I Wayan Ayun, Pande Wayan Neka, I Nyoman Togog dan I Wayan Winten. Seni patung dengan material beton yang berkembang dewasa ini di Desa Peliatan keberadaannya tidak terlepas dari seni patung kayu yang sudah ada sebelumnya, karena para pematung yang menekuni seni patung beton tersebut rata-rata sudah berpengalaman dalam bidang seni patung kayu, seperti halnya I Wayan Winten. Sebagai pematung yang hidup dalam lingkungan masyarakat dengan nilai-nilai budaya serta potensi seni yang menonjol, dan didukung oleh latar belakang pendidikan seni secara akademis yakni SMSR Denpasar dan PPGK Yogyakarta, menjadikannya sebagai seniman yang kreatif dan memiliki wawasan yang luas tentang kesenian khususnya seni patung. Hal ini sangat menarik dikaji dengan menerapkan berbagai metode pendekatan antara lain : metode observasi, yaitu melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan baik dilihat dari segi kuantitas pematung, bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai proses penciptaan seni patung beton mulai dari membuat maket (miniatur) sampai terwujudnya karya seni patung itu sendiri. Metode wawancara dilakukan mulai dari I Wayan Winten sebagai informan kunci, dan pelopor pematung beton yang ada di Desa Peliatan, kemudian baru para pematung beton lainnya yang dianggap bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode kepustakaan, dilakukan dengan menelaah sejumlah pustaka yang ada kaitannya dengan keberadaan seni patung Bali, yang terkait dengan perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan. Sementara itu, metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui bukti-bukti tertulis yakni berupa buku monografi Desa Peliatan, katalog pameran dan foto-foto karya seni patung. Berdasarkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka dapatlah dijelaskan bahwa proses penciptaan seni patung beton yang ada di Desa Peliatan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) pembuatan gambar sketsa, (2) pembuatan maket (miniatur), (3) pembentukan konstruksi rangka patung, (4) pengecoran rangka patung, (5) tahap pembentukan, (6) penyelesaian bentuk dan detail hiasan. Perkembangan seni patung beton yang ada di Desa Peliatan tidak terlepas dari pengaruh sosok I Wayan Winten yang sudah menkuni seni patung dengan material beton dimulai sejak tahun 1992 yakni membuat patung penari, yang menghiasi pertigaan Br Teges Desa Peliatan. Tahun 1994 membuat patung Satria Gatot Kaca yang ada di Kuta. Tahun 1995 membuat patung Dewa Wisnu, Garuda, Kalarau dan Dewi Ratih yang menghiasi Taman Ciung Wanara Kota Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewa Indra di pertigaan Tegal Tugu Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewi Natha yang menghiasi pertigaan Semabaung Gianyar. Tahun 1996 membuat patung Kapten Mudita di Kota Bangli. Tahun 1996 membuat patung Dewa Ruci di Simpang Siur Kuta. Tahun 2002 membuat patung Betara Tiga di pertigaan Manguntur Batubulan. Tahun 2003 membuat patung Sutasoma di pertigaan Ubud, dan sejumlah karya patung beton lainnya tidak hanya di Bali, akan tetapi juga di luar Bali. Ketenaran sosok pematung I Wayan Winten membuat generasi muda banyak yang tertarik untuk belajar seni patung dengannya, baik lewat pendidikan non formal maupun formal, karena Wayan Winten disamping sebagai seniman, juga sebagai seorang guru di SMSR, yang kini adalah SMK N I Sukawati. Mantan murid-muridnya yang sampai kini menekuni seni patung beton antara lain: Komang Labda, asal Karangasem yang saat ini menempati studionya di Jalan Dewi Candra Batubulan. I Ketut Suardana asal Banjar Tengah Peliatan, membuka studio patung di rumahnya sendiri, di Jalan Raya Peliatan, I Wayan Sedan Suputra, asal Banjar Kalah Peliatan, kini membuka studio di Jalan Raya Kengetan Singakerta Ubud. I Wayan Winarta, asal Desa Batuan, membuat studio patung di Jalan Raya Penida Batuan. I Nyoman Purna, asal Banjar Tengah Peliatan saat ini membuat studio patung di Jalan Raya Pengosekan Ubud. Sedangkan Kadek Artika, asal Banjar Tengah Peliatan kini membuka studio patung di Jalan Kengetan Singakerta Ubud. Perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas pematungnya, akan tetapi juga perkembangan bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil aktivitas baik individu maupun kelompok, dan entitas yang dihasilkan bersifat kongkret, terwujud lewat karya-karya patung beton yang bergaya realis, naturalis dan abstrak. Sementara itu, tema yang dingkat tidak hanya tema-tema pewayangan seperti Ramayana, Mahabharata, mitologi Hindu dan tantri, akan tetapi juga kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial), sehingga hadir karya patung beton yang sangat variatif. Dilihat dari segi fungsi, kehadiran seni patung beton di Desa Peliatan tidak hanya untuk kepentingan ritual pemujaan yang terwujud dalam bentuk simbol-simbol keagamaan, melainkan juga berkembang ke fungsi estetis dekoratif yakni sebagai elemen penghias taman kota, tempat rekreasi, kantor pemerintahan, hotel, museum, rumah hunian dan sebagainya. Sedangkan kalau dilihat dari segi makna telah mengalamai perkembangan tidak hanya makna keindahan akan tetapi juga makna pembaharuan dan kesejahteraan. Oleh karena karya yang terwujud memiliki nilai keindahan, nilai inovasi (pembaharuan), yakni memiliki perbedaan dengan karya-karya patung yang sudah ada sebelumnya, dan kehadiran karya tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan senimannya dan juga masyarakat pendukungnya

    Pelaksana Pendidikan No Gelar Kenteng Logam Di Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta

    Get PDF
    Abstrak: Selain mata kuliah Kriya Kayu sebagai mata kuliah pokok keahlian, Program Studi Kriya seni juga memberikan mata kuliah Kriya Logam sebagai mata kuliah minor, oleh karena kriya yang berkembang di masyarakat tidak hanya memanfaatkan material kayu semata, akan tetapi berbagai material lainnya seperti logam bisa diterapkan menjadi produk kriya seni. Mata kuliah Kriya logam yang diajarkan pada Program Studi Kriya Seni memiliki bobot 2 sks yang muncul tiap semester V (ganjil), dengan materi perkuliahan : kenteng, tatah logam dan teknik etsa. Untuk mewujudkan hal tersebut harus didukung oleh kualifikasi dan kompetensi dosen yang cukup memadai. Dengan demikian langkah yang ditempuh oleh program studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar, yakni dengan menugaskan staf dosen untuk mengikuti program non degree atau magang sesuai dengan kompetensi dan mata kuliah yang diampu. Salah satu dari program non degree tresebut adalah “Magang Kenteng Logam di Studio House of Art Kotagede Yogyakarta”, yang dibiayai oleh program hibah I-MHERE sub-component B.1. Batch III ISI Denpasar, dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 6 Juli s/d 6 September 2010. Dipilihnya Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta sebagai tempat magang oleh karena studio tersebut memiliki fasilitas belajar yang baik, instruktur yang berpengalaman dan berpendidikan kriya logam ISI Yogyakarta. Selain hal tersebut, Studio 76 House of art memiliki komitmen untuk mendidik para generasi muda Kotagede Yogyakarta untuk menekuni profesi sebagai perajin kenteng dan tatah logam, yang dewasa ini kurang diminati, oleh karena peluang kerja disektor-sektor yang lain bermunculan dan lebih menjanjikan. Studio 76 House of Art ingin membangkitkan kembali citra Kotagede yang dahulu menjadi pusat kerajinan logam cukup terkenal di Yogyakarta dan di mancanegara

    Eksistensi Seni Lukis Populer Gaya Keliki Dewasa Ini

    Get PDF
    Abstrak: Seni lukis gaya Keliki sebagai kelanjutan dari seni lukis Pitamaha yang lebih dikenal dengan seni lukis gaya Ubud, kehadiranya juga sebagai akibat dari tuntutan pariwisata yang kian berkembang di Bali. Seni lukis gaya Keliki mengadopsi, berbagai gaya seni lukis tradisional Bali seperti gaya Ubud dan Batuan. Hal ini bisa dipahami oleh karena beberapa diantara pelukis yang kini ada di Desa Keliki pernah belajar melukis di kedua desa tersebut. Hal ini bisa dilihat dari segi tema, mengungkapkan tema-tema kehidupan sehari-hari antara lain suasana upacara, pasar, kehidupan petani, nelayan, kesenian dan sebagainya. Teknik yang diterapkan adalah teknik basah dengan cat air di atas media kanvas maupun kertas mengikuti proses penciptaan seni lukis tradisional Bali. Sementara itu, dilihat dari segi ukuran seni lukis gaya Keliki memiliki ukuran relatif kecil, atau sering disebut lukisan mini atau postcard yang menjadi ciri khas dari seni lukis tersebut. Seni lukis gaya Keliki diciptakan sebagai produk budaya populer, karena diproduksi secara masal untuk memenuhi pesanan, sehingga muatan estetika yang ada di dalamya mengikuti selera pasar pariwisata. Dengan demikian eksistensi dari seni lukis populer gaya Keliki sangat tergantung dari pariwisata yang dewasa ini kondisinya pasang surut

    Bangunan Padmasana-Kajian Struktur dan Penerapan Motif Hias Tradisional Bali

    Get PDF
    Abstrak: Kesadaran berkesenian sudah sangat mengental dan mentradisi dalam kehidupan masyarakat Bali. Sikap berkesenian secara tulus sebagai pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjadi suatu tumpuan terciptanya keseimbangan hidup manusia, antara alam, lingkungan sosial, dan dengan Tuhannya, sebagai pencipta semua yang ada. Berbagai jenis kesenian berhubungan erat dengan agama merupakan satu kesatuan yang terjalin erat sebagai wujud bhakti kepada Tuhan. Dengan demikian pada setiap bangunan suci seperti pura, dan pemerajan selalu dihiasi dengan ukiran yang menerapkan motif hias tradisional Bali. Di Bali pada suatu tempat suci (pura) biasanya dilengkapi dengan bangunan padmasana. Bangunan padmasana memiliki fungsi yang cukup penting sebagai tempat pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Bangunan padmasana pada suatu pura terletak di arah airsanya, yaitu arah timur laut, yang dipandang sebagai tempat Sanghyang Siwa Raditya, dan sangat disucikan oleh umat Hindu. Konsep bangunan padmasana yang diwarisi sampai saat ini di Bali berawal dari kedatangan seorang pendeta dari Kerajaan Majapahit yaitu Danghyang Nirartha akhir abad ke 16 SM, yakni pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Sebelum beliau datang ke Bali, tempat suci (pura) belum dilengkapi padmasana. Adapun struktur bentuk bangunan Padmasana disusun vertikal yang mencerminkan tiga unsur alam, yakni bhur loka, alam bawah, bwah loka alam tengah, dan swah loka alam atas. Perwujudannya berdasarkan konsep Triangga yaitu ; nistama angga (bagian kaki), madya angga (bagian badan), utama angga, (bagian kepala). Sedangkan motif hias yang diterapkan pada bangunan padmasana, merupakan stilisasi dari bentuk-bentuk yang ada di alam seperti batu-batuan, awan, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan mahluk-mahluk mitologi lainnya. Adapun jenis motif hias tradisional Bali tersebut antara lain: Motif Keketusan (geometris), terdiri dari motif kakul-kakulan, batun timun, ganggong, emas-emasan, ceracap, mute-mutean, dan tali ilut. Motif tumbuh-tumbuhan atau pepatran, antara lain seperti patra punggel, patra samblung, patra sari, patra olanda, patra cina, dan patra wangga. Motif Kekarangan, terdiri dari motif karang gajah, karang guak, karang tapel, karang boma, karang sae, karang bentulu dan karang simbar. Sedangkan motif-hias yang terinspirasi dari mahluk-mahluk mitologi yang bersifat simbolis antara lain seperti : bhadawang nala, naga anantabhoga, naga taksaka, garuda, dan angsa. Motif hias tradisional Bali tersebut berfungsi sebagai hiasan atau elemen penghias bangunan, disamping juga mengandung nilai-nilai filosofis dan simbolis

    Kerajinan Perak Di Desa Celuk-Kajian Aspek Disain Dan Inovasinya

    Get PDF
    Abstrak: Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin Desa Celuk dewasa ini sangat beragam antara lain : anting-anting, liontin, bross, gelang, kalung, tempat lilin, tempat tisu, dan berbagai bentuk cendramata (souvenir) untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, baik domistik maupun asing. Produk kerajinan perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali yang sudah ada sebelumnya, dengan menyerap unsur-unsur disain modern, sehingga menghasilkan berbagai produk yang kreatif dan inovatif, yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional, maupun global. Kemampuan dalam mengorganisasikan elemen-elemen seni rupa seperti garis, bidang, warna, tektur, ruang, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti: komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, sangat dibutuhkan dalam membuat rancangan disain (Fadjar Sidik, 1981 : 25). Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat, sehingga memiliki karakteristik atau identitas budaya. Perajin perak Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar terus melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan disain-disain baru yang kreatif dan inovatif, dalam memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yang sangat kompetitif

    Studi Uang Kepeng Sebagai Produk Seni Kerajinan Dan Hubungannya Dengan Konsep Ajeg Bali Di Bali

    Get PDF
    Abstrak: SUMMARY This research use approach rasional-empiris (inductive qualitative), started with problematik researcher. Problems researcher is information about money of kepeng scientifically not yet to society as object of upakara, product development and also related to concept ajeg Bali. Technique data collecting done by observation, interview, and photograph. As according to specified variable. the source of its data is money of kepeng weared product, artistic crafting product using money materials of kepeng, craftman making artistic product crafting, culture figure, religion figure and academician figure. Intake of data done by technique of sampel especially made crafting product of money materials of kepeng. Because a lot crafmans of kepeng money as focused in 3 region that is Sub ¬Province of Gianyar, Klungkung and Town of Denpasar. made Type Product much the same to so approach of sampel. Money of Kepeng as crafting product in Bali in this time (2007) can be grouped in 3 type that is idol type, tamiang/lamak, and functioning objects. Idol type like rambut sedana idol, dewa-dewi idol, saraswati idol, elephant idol, legong ido, Kresna idol and others. Money of Kepeng as tamiang, its form can be seen like domed tamiang, square, salang, capah, ceniga, and others. Money of kepeng as functioning objects wear can be seen like bokor, place of daksina, ornament place, pabuan, and others. Functioning objects wear the least compared to other form. All made object type money of kepeng this in the beginihg only made for Hindu -ritual in Bali. Because its unique and beautiful, hence enthused by tourist. Craftmans make this objects to fulfill request of tourist. Printing money of kepeng in Bali done by UD. Kamasan in Sub-Province of Klungkung printing money of kepeng write down Bali letter and UD. Mulya Mengwi in Sub-Province of Badung printing money of kepeng write down Chinese letter. Printing money of kepeng as effort to fulfill Bali society from rare of kepeng money. Related printing money of kepeng with Bali ajeg, do not clearly by guest speaker, but from its opinion we have indication that effort printing money of kepeng mentioned as effort preserve usage money of kepeng in cultured life and believe Hindu in Bali. If careful preserve in this case meaning look after of Bali culture by usage money of kepeng in cultured life and believe in Bali. Because a lot worry if printing money of kepeng do not he done the rare of money of kepeng still going on and in a moment will vanish s;owly. According to them the effort printing money of kepeng this make proper to be supported for the minimum usage money of kepeng artless by society with materials no content of Panca Datu. if this matter be done continuously will slowly degrade money meaning and values of kepeng in upakara yadnya in Bali. In turn will have an effect on to keajegan of Bali in general

    Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kab. Bangli

    Get PDF
    Abstrak: Bangli is one of the regencies in Bali which has various unique and interesting industries of handicrafts. Some of them used to produce household equipment and religious items but now they have been developing. These industries of handicrafts are highly supported by the natural sources available especially bamboo and wood. The only type of industry of handicraft which is available in Bali and has been developing in Bangli is the industry of metal which produces various Bali traditional clothes and accessories and attributes worn by priests. This industry is very unique and special and can only be done by some craftsmen in Bangli. The development of tourism industry in Bali has allowed the craftsmen in Bangli to move and create various handicrafts for the tourists visiting Bali. The industries which have been developing are not only limited to those who have been there for a long time but also those which are newly established and have been influenced by the centers of handicrafts developing in the other regions. By utilizing the natural resources available such as wood and bamboo, many centers of handicraft industries are developing in Bangli. Such a development cannot be separated from the influence given by Gianyar as one of the centers of handicrafts in Bali. Handicraft industry contributes a lot to the government of Bangli and its community. It has widely opened job opportunities for the community members to develop it to minimize unemployment. Those who used to be farmers are now spending their spare time developing one of the handicraft industries available. A few of them has developed some of the industries as their main professions and farming has been considered a side job. The job opportunities available are not only limited to those for men but also for housewives who used to be made busy with the work in the kitchen. Now they are having side jobs by developing some of the industries. The school children are too. They are involved in the industries made available by the environment where they live. Key words: Bangli Society and Handicraft Industr

    Topeng Sidakarya

    No full text
    Deskripsi Karya : Karya kriya logam dengan judul Topeng SIdakarya terwujud sebagai karya dua dimensional (karya kriya murni) dengan memanfaatkan material logam tembaga ketebalan 0,8 mm, dengan ukuran 40 cm X 60 cm. proses perwujudan karya dengan menerapkan teknik kenteng dan teknik pahat, yaitu dengan mengkombinasikan pahatan rancapan dan wudulan yang dikerjakan secara bertahap yang dimulai dari proses negatif maupun positif, sehingga terwujud menjadi karya kriya seni. Karya difinishing dengan memanfaatkan larutan Zn, dan bros yang bertujuan memberikan lapisan permukaan logam tembaga dan membuat kilapan sehingga tercipta karya kriya logam yang memperlihatkan kesan antik. Karya kriya ini bermakna aktivitas kesenian di Bali terutama topeng Sidakarya selalu berkorelasi dengan pelaksanaan upacara Agama HIndu, dengan demikian seni, budaya dan agama Hindu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karya kriya logam dengan judul Topeng Sidakarya, saat ini masih tersimpan di studio Kriya Seni FSRD ISI Denpasa

    Pengantin

    No full text
    Deskripsi Karya : Karya kriya logam dengan judul Pengantin terwujud sebagai karya dua dimensional (karya kriya murni) dengan memanfaatkan material logam tembaga ketebalan 0,6 mm, dengan ukuran 50 cm X 70 cm. proses perwujudan karya dengan menerapkan teknik kenteng dan teknik pahat, yaitu dengan mengkombinasikan pahatan rancapan dan wudulan yang dikerjakan secara bertahap yang dimulai dari proses negatif maupun positif, sehingga terwujud menjadi karya kriya seni. Karya difinishing dengan memanfaatkan larutan Zn, dan bros yang bertujuan memberikan lapisan permukaan logam tembaga dan membuat kilapan sehingga tercipta karya kriya logam yang memperlihatkan kesan antik. Karya kriya ini bermakna aktivitas kesenian di Bali terutama topeng Sidakarya selalu landasan cinta kasih sebagai wujud keharmonisan rumah tangga setiap insan. Karya kriya logam dengan judul Pengantin, saat ini masih tersimpan di studio pribad
    corecore