9 research outputs found

    Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keperawatan Terhadap Kualitas Dokumentasi Discharge Planning Pasien Di Ruang High Care Unit Covid RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

    No full text
    Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan, terutama manajemen unit Covid-19 untuk mencegah transmisi virus, pelaksanaan doku- mentasi rekam medik pasien mengalami perubahan yaitu implementasi dilaksanakan di zona infeksius sedangkan dokumentasi di zona non infeksius secara manual, demikian juga dengan dokumentasi discharge planning pasien, hal ini dapat menyebabkan mis- komunikasi, misinformasi dan malpraktek, dengan sistem informasi keperawatan digital di- harapkan masalah teratasi. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain eksper- imental semu (Quasi experiment) dengan pendekatan Post Only Control Group Design. Jumlah sampel penelitian berjumlah 66 perawat, sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, kelompok kontrol sebanyak 33 responden mendoku- mentasikan dokumen discharge planning secara manual (paper) dan kelompok perlakuan sebanyak 33 responden menggunakan dokumen discharge planning aplikasi Sistem infor- masi keperawatan berbasis digital (elektronik), selanjutnya masing- masing responden ke- lompok kontrol dan perlakuan mengevaluasi menggunakan kuesioner Hospital Information System monitor (HIS) yang telah dimodifikasi yang sebelum telah dilakukan uji va- liditas, uji reliabilitas dan uji pakar untuk menilai Kualitas dokumentasi discharge planning. selanjutnya pengisian kuesioner diserahkan kepada responden. Setelah data terkumpul dilakukan analisis uji statistik independen t test dan analisis multivariat menggunakan uji Hotteling’s Trace. Penelitian dilakukan tanggal 22 Juni 2022 hingga tanggal 5 Juli 2022 di Ruang HCU Covid RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Analisis karakteristik subyek penelitian didapatkan mayoritas kelompok usia <35 ta- hun sebanyak 34 perawat (51.6%), lama bekerja mayoritas <2 tahun sebanyak 35 perawat (53%), jenis kelamin perempuan mayoritas sebanyak 47 perawat (71,2%), karakteristik pendidikan terakhir kategori vokasi (DIII dan DIV) sebanyak 49 perawat (74.2%). Karakter- istik usia, karena adanya regulasi RS perawat yang bertugas di ruang HCU Covid usia dewasa muda, bukan lansia dan komorbid, karena pada usia dewasa muda dapat memberikan pelayanan optimal, lebih produktif, lebih gesit, lebih kuat fisiknya, semangat, tidak mudah tertular virus covid-19, dan usia dewasa muda sudah cukup matur secara psikologis, mekanisme koping menghadapi stressor baik, emosi sudah matang untuk ber- tugas di zona infeksius Covid, mampu mengaplikasikan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital. Pada usia dewasa muda dengan lama bekerja <2 tahun dianggap cukup berpengalaman dan terampil dalam mendokumen- tasikan pelaksanaan discharge planning pasien Covid-19. Fenomena yang terjadi profesi keperawatan lebih banyak diminati perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan naluri ibu (mother instink), perempuan mampu melakukan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital. Pendidikan Vokasi termasuk kategori pendidikan tinggi, perawat berpendidikan tinggi lebih mudah dalam proses menerima hal-hal baru, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan aktivitas kerjanya, memiliki kemampuan in- telektual, interpersonal, dan teknikal yang memadai, sehingga mampu mengaplikasikan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital, se- hingga dokumentasi lebih valid dan akurat, selanjutnya misinformasi, miskomunikasi serta diharapkan dampak malpraktek tidak terjadi. Berdasarkan hasil analisis statistik bivariate uji t independen diperoleh perbedaan rata-rata signifikan terhadap Kualitas dokumentasi discharge planning keperawatan yang meliputi kemudahan, kecepatan, keterbacaan, dan kelengkapan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari α (p value< 0,05) untuk setiap variabel. Penggunakan aplikasi Sistem informasi Keperawatan digital pada dokumentasi discharge planning pasien Covid sangat viii menguntungkan perawat, karena mudah mendokumentasikan dan mudah mengakses dokumentasi discharge planning keperawatan, waktu yang digunakan untuk pencatatan dokumentasi lebih sedikit dan dokumentasi discharge planning risikonya kecil tidak terdokumentasikan. Waktu yang diperlukan untuk pendokumentasian discharge planning lebih cepat, data discharge planning mudah diakses ketika diperlukan, sehingga perawat lebih banyak waktu dan cepat menyelesaikan masalah pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan meningkat dan memuaskan pelanggan. Sistem informasi keperawatan elektronik dapat mengatasi hal yang terjadi pada dokumentasi discharge planning berbasis kertas dimana aksesibilitas informasi kesehatan pasien belum real time, kelengkapan, keakuratan dan keamanan informasi kesehatan pasien masih rendah, dengan Sistem informasi keperawatan elektronik yang lengkap dan akurat juga dapat membantu pema- haman pasien dan keluarga yang mengalami self care deficit setelah diperbolehkan pulang dari perawatan di unit Covid, sehingga pasien dan keluarga yang memerlukan supportive educative dalam perawatan dirinya (self care), dapat lebih mandiri dan merasa puas telah diberikan edukasi untuk melanjutkan isolasi mandiri dirumah, perawat menjadi lebih efisien dalam melaksanakan discharge planning pasien Covid-19. Dengan sistem informasi keperawatan elektronik maka dokumentasi discharge planning mudah terbaca dampaknya dapat memberikan informasi dan keakuratan data dokumen discharge planning pasien covid-19, sehingga memberikan ketepatan informasi, karena software data discharge planning pasien covid-19 merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh data secara akurat dan tepat waktu. Analisis multivariat menggunakan uji Hotteling’s Trace untuk mengetahui faktor determinant penerapan Sistem Informasi Keperawatan terhadap variabel dependen, tahap pertama disimpulkan matriks varian heterogen, tahap selanjutnya hasil analisis nilai F Hot- teling’s Trace 28.212 dengan signifikansi p<0.05 (0.000) disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan Sistem Informasi Keperawatan terhadap kualitas doku- mentasi discharge planning, tahap selanjutnya diperoleh nilai r square paling besar pada variabel kecepatan yaitu 0.554 dengan signifikansi p<0.05 (0.000), sehingga disimpulkan bahwa pengaruh penerapan Sistem Informasi Keperawatan yang paling signifikan dari em- pat variabel dependen adalah kecepatan sebanyak 55.4%. Sejalan dg penelitian Rahayu dan Raharyani, penggunaan sistem informasi keperawatan elektronik berpengaruh pada efektifitas penggunaan waktu, dimana pendokumentasian discharge planning lebih cepat dan dokumen discharge planning pasien cepat diakses. Informasi discharge planning yang cepat diakses & akurat menjadi kebutuhan utama bagi pengambil keputusan keputusan (decision maker) untuk menggunakan data tersebut, sehingga tindakan medis dan perawatan yang membutuhkan data discharge planning pasien dapat dengan cepat dilaksanakan. Implikasi terhadap Keperawatan penggunaan Sistem informasi keperawatan digital memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan dokumentasi discharge planning pasien Covid-19 di ruang HCU Covid, diharapkan dapat diaplikasikan pada ruang infeksius lainnya, dan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pihak manajemen rumah sakit supaya dapat diterapkan di unit perawatan rawat inap dan perawat dapat memberikan kontribusi terhadap implimentasi sistem informasi keperawan digital ditataran pelayanan kesehatan. Keterbatasan Penelitian, karena penelitian dilakukan dimasa pandemi maka komu- nikasi dengan subyek penelitian dilaksanakan sesuai protokol kesehatan sehingga untuk komunikasi menggunakan zoom, handphone atau media digital lain

    Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keperawatan Terhadap Kualitas Dokumentasi Discharge Planning Pasien Di Ruang High Care Unit Covid RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

    No full text
    Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan, terutama manajemen unit Covid-19 untuk mencegah transmisi virus, pelaksanaan doku- mentasi rekam medik pasien mengalami perubahan yaitu implementasi dilaksanakan di zona infeksius sedangkan dokumentasi di zona non infeksius secara manual, demikian juga dengan dokumentasi discharge planning pasien, hal ini dapat menyebabkan mis- komunikasi, misinformasi dan malpraktek, dengan sistem informasi keperawatan digital di- harapkan masalah teratasi. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain eksper- imental semu (Quasi experiment) dengan pendekatan Post Only Control Group Design. Jumlah sampel penelitian berjumlah 66 perawat, sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, kelompok kontrol sebanyak 33 responden mendoku- mentasikan dokumen discharge planning secara manual (paper) dan kelompok perlakuan sebanyak 33 responden menggunakan dokumen discharge planning aplikasi Sistem infor- masi keperawatan berbasis digital (elektronik), selanjutnya masing- masing responden ke- lompok kontrol dan perlakuan mengevaluasi menggunakan kuesioner Hospital Information System monitor (HIS) yang telah dimodifikasi yang sebelum telah dilakukan uji va- liditas, uji reliabilitas dan uji pakar untuk menilai Kualitas dokumentasi discharge planning. selanjutnya pengisian kuesioner diserahkan kepada responden. Setelah data terkumpul dilakukan analisis uji statistik independen t test dan analisis multivariat menggunakan uji Hotteling’s Trace. Penelitian dilakukan tanggal 22 Juni 2022 hingga tanggal 5 Juli 2022 di Ruang HCU Covid RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Analisis karakteristik subyek penelitian didapatkan mayoritas kelompok usia <35 ta- hun sebanyak 34 perawat (51.6%), lama bekerja mayoritas <2 tahun sebanyak 35 perawat (53%), jenis kelamin perempuan mayoritas sebanyak 47 perawat (71,2%), karakteristik pendidikan terakhir kategori vokasi (DIII dan DIV) sebanyak 49 perawat (74.2%). Karakter- istik usia, karena adanya regulasi RS perawat yang bertugas di ruang HCU Covid usia dewasa muda, bukan lansia dan komorbid, karena pada usia dewasa muda dapat memberikan pelayanan optimal, lebih produktif, lebih gesit, lebih kuat fisiknya, semangat, tidak mudah tertular virus covid-19, dan usia dewasa muda sudah cukup matur secara psikologis, mekanisme koping menghadapi stressor baik, emosi sudah matang untuk ber- tugas di zona infeksius Covid, mampu mengaplikasikan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital. Pada usia dewasa muda dengan lama bekerja <2 tahun dianggap cukup berpengalaman dan terampil dalam mendokumen- tasikan pelaksanaan discharge planning pasien Covid-19. Fenomena yang terjadi profesi keperawatan lebih banyak diminati perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan naluri ibu (mother instink), perempuan mampu melakukan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital. Pendidikan Vokasi termasuk kategori pendidikan tinggi, perawat berpendidikan tinggi lebih mudah dalam proses menerima hal-hal baru, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan aktivitas kerjanya, memiliki kemampuan in- telektual, interpersonal, dan teknikal yang memadai, sehingga mampu mengaplikasikan dokumentasi discharge planning menggunakan Sistem Informasi keperawatan digital, se- hingga dokumentasi lebih valid dan akurat, selanjutnya misinformasi, miskomunikasi serta diharapkan dampak malpraktek tidak terjadi. Berdasarkan hasil analisis statistik bivariate uji t independen diperoleh perbedaan rata-rata signifikan terhadap Kualitas dokumentasi discharge planning keperawatan yang meliputi kemudahan, kecepatan, keterbacaan, dan kelengkapan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari α (p value< 0,05) untuk setiap variabel. Penggunakan aplikasi Sistem informasi Keperawatan digital pada dokumentasi discharge planning pasien Covid sangat menguntungkan perawat, karena mudah mendokumentasikan dan mudah mengakses dokumentasi discharge planning keperawatan, waktu yang digunakan untuk pencatatan dokumentasi lebih sedikit dan dokumentasi discharge planning risikonya kecil tidak terdokumentasikan. Waktu yang diperlukan untuk pendokumentasian discharge planning lebih cepat, data discharge planning mudah diakses ketika diperlukan, sehingga perawat lebih banyak waktu dan cepat menyelesaikan masalah pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan meningkat dan memuaskan pelanggan. Sistem informasi keperawatan elektronik dapat mengatasi hal yang terjadi pada dokumentasi discharge planning berbasis kertas dimana aksesibilitas informasi kesehatan pasien belum real time, kelengkapan, keakuratan dan keamanan informasi kesehatan pasien masih rendah, dengan Sistem informasi keperawatan elektronik yang lengkap dan akurat juga dapat membantu pema- haman pasien dan keluarga yang mengalami self care deficit setelah diperbolehkan pulang dari perawatan di unit Covid, sehingga pasien dan keluarga yang memerlukan supportive educative dalam perawatan dirinya (self care), dapat lebih mandiri dan merasa puas telah diberikan edukasi untuk melanjutkan isolasi mandiri dirumah, perawat menjadi lebih efisien dalam melaksanakan discharge planning pasien Covid-19. Dengan sistem informasi keperawatan elektronik maka dokumentasi discharge planning mudah terbaca dampaknya dapat memberikan informasi dan keakuratan data dokumen discharge planning pasien covid-19, sehingga memberikan ketepatan informasi, karena software data discharge planning pasien covid-19 merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh data secara akurat dan tepat waktu. Analisis multivariat menggunakan uji Hotteling’s Trace untuk mengetahui faktor determinant penerapan Sistem Informasi Keperawatan terhadap variabel dependen, tahap pertama disimpulkan matriks varian heterogen, tahap selanjutnya hasil analisis nilai F Hot- teling’s Trace 28.212 dengan signifikansi p<0.05 (0.000) disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan Sistem Informasi Keperawatan terhadap kualitas doku- mentasi discharge planning, tahap selanjutnya diperoleh nilai r square paling besar pada variabel kecepatan yaitu 0.554 dengan signifikansi p<0.05 (0.000), sehingga disimpulkan bahwa pengaruh penerapan Sistem Informasi Keperawatan yang paling signifikan dari em- pat variabel dependen adalah kecepatan sebanyak 55.4%. Sejalan dg penelitian Rahayu dan Raharyani, penggunaan sistem informasi keperawatan elektronik berpengaruh pada efektifitas penggunaan waktu, dimana pendokumentasian discharge planning lebih cepat dan dokumen discharge planning pasien cepat diakses. Informasi discharge planning yang cepat diakses & akurat menjadi kebutuhan utama bagi pengambil keputusan keputusan (decision maker) untuk menggunakan data tersebut, sehingga tindakan medis dan perawatan yang membutuhkan data discharge planning pasien dapat dengan cepat dilaksanakan. Implikasi terhadap Keperawatan penggunaan Sistem informasi keperawatan digital memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan dokumentasi discharge planning pasien Covid-19 di ruang HCU Covid, diharapkan dapat diaplikasikan pada ruang infeksius lainnya, dan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pihak manajemen rumah sakit supaya dapat diterapkan di unit perawatan rawat inap dan perawat dapat memberikan kontribusi terhadap implimentasi sistem informasi keperawan digital ditataran pelayanan kesehatan. Keterbatasan Penelitian, karena penelitian dilakukan dimasa pandemi maka komu- nikasi dengan subyek penelitian dilaksanakan sesuai protokol kesehatan sehingga untuk komunikasi menggunakan zoom, handphone atau media digital lain

    Hubungan Riwayat Penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi dengan Kecemasan Sebelum Menerima Vaksinasi COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Pakisaji dan Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang

    No full text
    Salah satu cara untuk menurunkan jumlah angka positif COVID-19 dengan melakukan vaksinasi COVID-19. Vaksinasi bagi kelompok yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi memiliki syarat khusus yang harus diperhatikan. Kurangnya sosialisasi mengenai syarat vaksin COVID-19 mengakibatkan kecemasan akan beredarnya isu negatif tentang vaksin COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit Diabetes melitus dan hipertensi dengan kecemasan sebelum menerima vaksin COVID-19. Penelitian menggunakan desain deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 121 dewasa dan lansia yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang diambil dengan metode Consecutive sampling sesuai dengan kriteria di wilayah kerja Puskesmas Pakisaji dan Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang. Analisis data korelasional dilakukan dengan uji statistic non parametric Spearman rank. Hasil analisis data diperoleh nilai yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,562. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan antara riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi dengan kecemasan sebelum menerima vaksin COVID-19. Kecemasan yang berlebihan akan memicu hormon kortisol yang akan menekan sistem imun secara alami sehingga menurunkan sistem imun tubuh dan akan membahayakan bagi penderita DM dan hipertensi

    Pengaruh Edukasi Media Online Terhadap Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Pada Remaja

    No full text
    Pengetahuan adalah hasil dari segala tindakan manusia untuk mengetahui sesuatu atau memahami suatu objek tertentu. Pendidikan kesehatan mengenai penyakit menular seksual (PMS) perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan yang signifikan mengenai PMS pada remaja supaya dapat meminimalisir adanya perilaku seksual beresiko yang berujung terkena PMS. Hal ini terlihat pada saat pre test yang dilakukan dan terlihat masih banyak remaja yang memiliki pengetahuan dalam rentang cukup mengenai PMS. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa adanya pengaruh edukasi media online terhadap pengetahuan mengenai PMS pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi-eksperimental desain pre-posttest control group design. Dalam Penelitian ini memakai teknik probability sampling secara cluster sampling. Didapatkan total 100 responden ialah 50 responden pada kelompok kontrol serta 50 responden pada kelompok intervensi. Kelompok intervensi ini mendapatkan edukasi secara online berupa audiovisual, poster dan infografis yang diberikan selama 1 minggu sedangkan pada kelompok kontrol diberikan edukasi secara online melalui booklet. Hasil penelitian didapatkan bahwa edukasi media online berpengaruh akan pengetahuan tentang penyakit menular seksual pada remaja. Hal ini berdasarkan rata-rata pengetahuan pada posttest (α = 0,05). Penyebaran edukasi kesehatan melalui media online perlu dikembangkan secara optimal di era modern saat ini terutama pada remaja agar dapat lebih mudah mempelajari dan memahami edukasi yang diberikan. Selain itu, pemantauan lebih lanjut pada remaja juga perlu dilakukan setelah diberikannya edukasi agar dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman yang didapatkan. Kesimpulannya bahwa edukasi media online memiliki pengaruh signifikan akan pengetahuan tentang PMS pada remaja

    Hubungan Stres Akademik dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa tingkat kedua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya

    No full text
    Salah satu kendala yang dirasakan oleh mahasiswa dalam kegiatan selama perkuliahan adalah stres, khususnya stress akademik. Stres akademik dapat menjadi penyebab dalam hambatan untuk meningkatkan kualitas aktivitas akademis dan non akademis pada mahasiswa.Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat dan durasi stres serta aktivitas kualitas tidur yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa.Penelitian ini berfokus pada analisis hubungan antara stress akademik dengan kualitas tidur pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya.Penelitian ini menggunakan desain deskriptik analitik korelasi dengan metode yang akan digunakan adalah cross-sectional dengan populasi 150 orang mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Brawijaya angkatan 2021 dan sebanyak 110 mahasiswa dilibatkan menjadi responden. Metode instrument penelitian menggunakan Purposive sampling yang disertakan dalam rumus slovin dan kuisioner yang digunakan dalam penelitian adalah SASS (Student Academic Stress Scale) untuk stress akademik dan PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) untuk kualitas tidur. Analisis data korelasional dilakukan dengan uji statistic spearman rank. Hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,872 dengan taraf siginifikan (p-value) 0,000 dalam rentang hubungan positif. Kualitas waktu terbaik biasanya antara 7 dan 8 jam per hari saat tidak ada gangguan dalam rentang sirkadian. Kualitas tidur yang baik dapat menjadi alasan yang kuat untuk pengurangan jumlah stress yang dirasakan pada tubuh. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara stres akademik dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya

    Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) terhadap Ukuran Luka Insisi yang Diinfeksi MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus).

    No full text
    Surgical Site Infection atau Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah satu diantara infeksi pada tempat sayatan bedah yang disebabkan oleh mikroorganisme, satu diantaranya adalah Staphylococcus aureus yang bisa beradaptasi cepat dengan antibiotik dan dinamakan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Aktivitas antiseptik dan antibiotik untuk penyembuhan luka bisa didapatkan dari bahan alami, satu diantaranya adalah ekstrak daun jambu biji (EDJB) yang efektif menyembuhkan beberapa penyakit, namun untuk infeksi luka operasi MRSA sangat terbatas dan harganya masih relatif mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu pengaruh EDJB terhadap ukuran sayatan pada luka terinfeksi MRSA. Penelitian ini berfokus untuk melihat efektifitas dari EDJB dengan konsentrasi berbeda dalam memperkecil ukuran sayatan terinfeksi MRSA. Uji efektifitas EDJB dilakukan pada tikus wistar jantan sebanyak 25 ekor yang dilukai punggungnya sepanjang 2 cm dan diberikan 0,1 mL suspensi bakteri MRSA. Tikus terbagi menjadi 5 kelompok intervensi dan setiap kelompok terdapat 5 sampel, meliputi kelompok kontrol positif, obat definitif (mupirocin 2%) dan 3 kelompok tikus mendapatkan terapi EDJB dengan masing-masing konsentrasi 5%, 15%, dan 25%. Luka diberikan intervensi dan diamati perkembangannya 2 kali sehari selama 10 hari. Pengujian data menggunakan uji One Way Anova dan uji Post Hoc Tukey. Hasil pengamatan yang dilakukan selama 10 hari untuk pengamatan ukuran luka dan uji statistik dengan akurasi sebesar 95% (p < 0,05) menunjukkan intervensi yang paling efektif dan signifikan dalam memperkecil ukuran sayatan terinfeksi MRSA adalah EDJB 5%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah EDJB memiliki pengaruh dan mampu memperkecil ukuran sayatan yang terinfeksi MRSA

    Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi makrosirkulasi, mikrosirkulasi, gejala klinis integumen dan muskuloskeletal pada kaki diabetik.

    No full text
    Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan komplikasi kaki diabetik akibat dari disfungsi makrosirkulasi, mikrosirkulasi, integumen dan muskuloskeletal. Tingginya jumlah kasus Diabetes Melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dapat dirubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain BMI, gula darah, kontrol glikemik, kolesterol, tekanan darah merokok dan aktivitas fisik. Pencegahan komplikasi kaki diabetik dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat diubah dan melakukan pemeriksaan kaki yang mencakup penilaian sirkulasi, dan penilaian gejala klinis integumen dan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko BMI, gula darah, kontrol glikemik, kolesterol, tekanan darah dan merokok dengan kondisi makrosirkulasi, mikrosirkulasi, gejala klinis integument dan muskuloskeletal. Desain penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dan diperoleh selama bulan Desember 2022 sampai dengan Januari 2023. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling dimana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti. Peneliti mengumpulkan data menggunakan instrumen lembar observasi yang merupakan gold standard yang direkomendasikam oleh American Heart Association (AHA) untuk mendeteksi kaki diabetik berupa penilaian BMI (menggunakan alat timbangan berat badan dewasa dan microtoise untuk mengukur tinggi badan pasien), tekanan darah (menggunakan alat tensimeter ABN Spectrum Sphygmomanometer dan General care Stethoscope Premier), penilaian kaki diabetik menggunakan skor penilaian ABI (menggunakan alat vascular doppler bistos Hi-Dop BT 200v, ABN Spectrum Sphygmomanometer, jelly dan tisu), monofilament, garputala dan Tuning Fork Hammer, termograf (termograf Flir E4), gejala klinis integument dan muskuloskeletal, lembar observasi pemeriksaan gula darah puasa, kontrol glikemik, kolesterol dan lembar kuesioner berupa identitas pasien, kebiasaan merokok, dan riwayat pemeriksaan kaki sebelumnya. Analisis data menggunakan SPSS versi 21 untuk analisis univariat (deskriptif) dan analisis bivariat menggunakan uji Pearson untuk variabel BMI, gula darah, kontrol glikemik, dan kolesterol, Uji Spearman’s rank pada variabel tekanan darah dan merokok. Analisis multivariat menggunakan SMARTPLS menggunakan outer model dan inner model. Hasil uji univariat didapatkan jumlah responden sebagian besar perempuan (69%) dan laki-laki sebanyak 31% dengan rentang usia 55-64 tahun sebanyak 49%. Responden sebagian besar memiliki tingkat Pendidikan SMA (45%), dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (56%), durasi diabetes 5-10 tahun, memiliki tekanan darah dalam kategorik Hipertensi I (32%), tidak memiliki kebiasaan merokok (82%), dan pasien belum pernah mendapatkan informasi tentang kaki diabetik (94%) maupun pemeriksaan kaki (97%). Hasil uji Pearson dan uji Spearman’s Rank menunjukan adanya hubungan gula darah, kontrol glikemik dan kolesterol (LDL dan TG) dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI, mikrosirkulasi pada penilaian monofilamen, garputala, kondisi gejala klinis integument dan muskuloskeletal dengan kekuatan hubungan kuat dan searah, namun tidak terdapat ix hubungan gula darah, kontrol glikemik dan kolesterol (LDL dan TG) dengan kondisi mikrosirkulasi pada penilaian termograf. Terdapat hubungan kolesterol (HDL) dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI, mikrosirkulasi pada penilaian monofilamen, garputala, kondisi gejala klinis integumen dan muskuloskeletal dengan kekuatan hubungan cukup kuat dan tidak searah, namun tidak terdapat hubungan kolesterol (HDL) dengan kondisi mikrosirkulasi pada penilaian termograf. Terdapat hubungan tekanan darah dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI (p value 0,006 kaki kanan, kaki kiri 0,004 0,05) dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI, mikrosirkulasi pada penilaian monofilamen, garputala, kondisi gejala klinis integument dan muskuloskeletal. Hasil analisis multivariat pada SMARTPLS faktor risiko BMI, gula darah, kontrol glikemik, kolesterol, tekanan darah dan merokok memiliki kemampuan variabel sedang (49,8%) pada kondisi makrosirkulasi dengan penilaian ABI, pada kondisi mikrosirkulasi dengan penilaian monofilamen kemampuan variabel sedang (49,2%), kemampuan variabel kuat (63,5%) pada garputala, kemampuan variabel sedang (47,2%) pada termograf dan kemampuan variabel kuat (65,3%) pada kondisi gejala klinis dan integumen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko gula darah, kontrol glikemik dan kolesterol berhubungan dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI, kondisi mikrosirkulasi dengan penilaian monofilamen dan garputala, kondisi gejala klinis integument dan muskuloskeletal, namun tidak berhubungan dengan kondisi mikrosirkulasi pada penilaian termograf. Faktor risiko tekanan darah berhubungan dengan kondisi makrosirkulasi pada penilaian ABI dan kondisi mikrosirkulasi pada penilaian garputala, namun tidak berhubungan dengan kondisi mikrosirkulasi pada penilaian monofilamen, termograf, gejala klinis integument dan muskuloskeletal. BMI dan merokok tidak berhubungan dengan kondisi makrosirkulasi, mikrosirkulasi dan gejala klinis integumen dan muskuloskeletal. Faktor risiko BMI, gula darah, kontrol glikemik, kolesterol, tekanan darah dan merokok menunjukkan pengaruh yang besar pada penilaian gejala klinis integumen dan muskuloskeletal. Rekomendasi dari penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada pasien diabetes dapat menggunakan pendekatan teori model konservasi Levine untuk pemeriksaan kaki dengan mengobservasi gejala klinis integumen dan muskuloskeletal dengan mengidentifikasi masalah integritas struktural dan integritas pribadi pada faktor risiko BMI, gula darah, kontrol glikemik, kolesterol dan merokok untuk memulihkan fungsi fisiologis pada struktur tubuh pasien yang berfokus pada intervensi keperawatan pada proses penyembuhan dan pencegahan komplikasi

    Efektivitas Stroke Education Program (SEP) Berbasis Telerehabilitation Dengan Pendekatan Teori Self Care Orem Terhadap Activities of Daily Living (ADL) Dan Mobilisasi Pasien Pasca Stroke

    No full text
    Stroke merupakan penyakit gangguan saraf yang datang tiba-tiba dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun status ekonomi, terjadi akibat terganggunya peredaran darah ke otak yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Pasien pasca stroke akan mengalami kelemahan dan kesulitan dalam melakukan ADL dan mobilisasi sehingga memerlukan bantuan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga untuk mengantisipasi kejadian defisit self care pada pasien pasca stroke harus dilakukan rehabilitasi sedini mungkin. Pasien pasca stroke perlu mendapatkan telerehabilitation untuk meningkatkan mobilisasi dan kemampuan ADL, telerehabilitation dengan pendekatan teori self care Orem adalah metode untuk meningkatkan mobilitas dan aktivitas kehidupan sehari-hari pasien dan juga untuk merubah gaya hidup pasien lewat olahraga sehingga stroke berulang akan sangat diminimalisir. Metode penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan pendekatan pre-post test design dan teknik purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah pasien pasca stroke di poli Saraf dan di ruang Anggrek RSUD dr. R Koesma Tuban berjumlah 50 pasien yang dibagi 25 orang masuk dalam kelompok kontrol diberikan edukasi berbentuk leaflet di aplikasi Edures-SCO dan 25 orang masuk kelompok intervensi diberikan video animasi edukasi dan rehabilitasi. Dilakukan uji chi square dan uji normalitas dan analisa data menggunkan uji Mann Whitney karena data tidak normal. Data demografi responden usia mayoritas responden adalah >50 Tahun 33 (66%), jenis kelamin mayoritas responden adalah Laki-laki berjumlah 39 (78%), lama di rumah sakit mayoritas adalah < 7 Hari sebanyak 40 (80%), dan lama stroke mayoritas responden adalah < 6 Bulan sejumlah 44 (88%), dan rata-rata responden yang menderita stroke adalah terjadi stroke ke 1 sebanyak 40 (80%), Adapun homogenitas responden pada usia p value = 0,370, jenis kelamin p value = 0,088, lama di RS p value = 0,034, lama stroke p value = 0,667, dan terjadi stroke ke berapa p value = 1,000. Nilai median Activity Daily Living (ADL) pada saat pre test kelompok kontrol adalah 65 (45-90), sedangkan kelompok intervensi dengan nilai median 65 (45-90). Adapun analisis uji beda memberikan nilai p value 0,953. Artinya tidak ada perbedaan nilai pre test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga pada pre test data ADL kelompok kontrol dan intervensi menjadi homogen. Nilai median Activity Daily Living (ADL) pada saat post test kelompok kontrol adalah 70 (55-90), sedangkan pada kelompok intervensi dengan nilai median 85 (55-100). Hasil analisis uji beda memberikan nilai p value = 0,000. Artinya ada perbedaan nilai saat post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai yang di dapat pada kelompok intervensi lebih besar secara signifikan dari kelompok kontrol. Nilai median mobilisasi pada saat pre test kelompok kontrol adalah 67 (36-100), sedangkan kelompok intervensi dengan nilai median 77 (36-107). Analisis uji beda menghasilkan nilai p value = 0,381, yang artinya tidak ada perbedaan nilai pre test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga datanya menjadi homogen. Nilai median mobilisasi pada saat post test kelompok kontrol adalah 67 (36-107), sedangkan nilai median pada kelompok intervensi adalah 64 (36-107). Analisis uji beda menghasilkan nilai value = 0,002, yang artinya ada perbedaan nilai saat post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai yang di dapat antara kelompok intervensi lebih kecil sehingga lebih signifikan hasilnya dari kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan yang signifikan pada skor ADL dan mobilisasi setelah diberikan telerehabilitation aplikasi Edures-SCO pada kelompok intervensi. Hal ini berarti pemberian aplikasi video edukasi dan rehabilitasi pasien pasca stroke efektif meningkatkan ADL dan mobilisasi pasien. Aplikasi Edures-SCO didesain dengan menggunakan teori self care Orem dengan 3 konsep yaitu wholly kompensatory system, partly kompensatory system, dan supportif educatif system, dengan disesuaikan untuk pasien pasca stroke sehingga mampu meningkatkan ADL dan mobilisasi secara baik. Langkah yang dilakukan agar intervensi efektif meningkatkan hasil post test adalah dengan melibatkan keluarga yang merawat pasien tersebut. Implikasi dalam bidang keperawatan adalah perawat dapat memonitor rehabilitasi pasien melalui jarak jauh dengan aplikasi Edures-SCO. Monitoring dapat dilakukan secara harian dengan aplikasi sehingga perawat tidak sesering mungkin bertatap muka dengan pasien. Implikasi klinis dalam penelitian ini adalah aplikasi Edures-SCO dapat diintegrasikan dalam program rehabilitasi di rumah sakit. Tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi terlebih dahulu kepada pasien mengenai cara penggunaan aplikasi pada saat discharge planning

    Efektivitas Stroke Education Program (SEP) berbasis Telerehabilitation dengan pendekatan Teori Self Care Orem terhadap Activities of Daily Living (ADL) dan Mobilisasi pasien Pasca Stroke.

    No full text
    Stroke merupakan penyakit gangguan saraf yang datang tiba-tiba dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun status ekonomi, terjadi akibat terganggunya peredaran darah ke otak yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Pasien pasca stroke akan mengalami kelemahan dan kesulitan dalam melakukan ADL dan mobilisasi sehingga memerlukan bantuan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga untuk mengantisipasi kejadian defisit self care pada pasien pasca stroke harus dilakukan rehabilitasi sedini mungkin. Pasien pasca stroke perlu mendapatkan telerehabilitation untuk meningkatkan mobilisasi dan kemampuan ADL, telerehabilitation dengan pendekatan teori self care Orem adalah metode untuk meningkatkan mobilitas dan aktivitas kehidupan sehari-hari pasien dan juga untuk merubah gaya hidup pasien lewat olahraga sehingga stroke berulang akan sangat diminimalisir. Metode penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan pendekatan pre-post test design dan teknik purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah pasien pasca stroke di poli Saraf dan di ruang Anggrek RSUD dr. R Koesma Tuban berjumlah 50 pasien yang dibagi 25 orang masuk dalam kelompok kontrol diberikan edukasi berbentuk leaflet di aplikasi Edures-SCO dan 25 orang masuk kelompok intervensi diberikan video animasi edukasi dan rehabilitasi. Dilakukan uji chi square dan uji normalitas dan analisa data menggunkan uji Mann Whitney karena data tidak normal. Data demografi responden usia mayoritas responden adalah >50 Tahun 33 (66%), jenis kelamin mayoritas responden adalah Laki-laki berjumlah 39 (78%), lama di rumah sakit mayoritas adalah < 7 Hari sebanyak 40 (80%), dan lama stroke mayoritas responden adalah < 6 Bulan sejumlah 44 (88%), dan rata-rata responden yang menderita stroke adalah terjadi stroke ke 1 sebanyak 40 (80%), Adapun homogenitas responden pada usia p value = 0,370, jenis kelamin p value = 0,088, lama di RS p value = 0,034, lama stroke p value = 0,667, dan terjadi stroke ke berapa p value = 1,000. Nilai median Activity Daily Living (ADL) pada saat pre test kelompok kontrol adalah 65 (45-90), sedangkan kelompok intervensi dengan nilai median 65 (45-90). Adapun analisis uji beda memberikan nilai p value 0,953. Artinya tidak ada perbedaan nilai pre test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga pada pre test data ADL kelompok kontrol dan intervensi menjadi homogen. Nilai median Activity Daily Living (ADL) pada saat post test kelompok kontrol adalah 70 (55-90), sedangkan pada kelompok intervensi dengan nilai median 85 (55- 100). Hasil analisis uji beda memberikan nilai p value = 0,000. Artinya ada perbedaan nilai saat post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai yang di dapat pada kelompok intervensi lebih besar secara signifikan dari kelompok kontrol. Nilai median mobilisasi pada saat pre test kelompok kontrol adalah 67 (36-100), sedangkan kelompok intervensi dengan nilai median 77 (36-107). Analisis uji beda menghasilkan nilai p value = 0,381, yang artinya tidak ada perbedaan nilai pre test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga datanya menjadi homogen. Nilai median mobilisasi pada saat post test kelompok kontrol adalah 67 (36-107), sedangkan nilai median pada kelompok intervensi adalah 64 (36-107). Analisis uji beda viii menghasilkan nilai value = 0,002, yang artinya ada perbedaan nilai saat post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai yang di dapat antara kelompok intervensi lebih kecil sehingga lebih signifikan hasilnya dari kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan yang signifikan pada skor ADL dan mobilisasi setelah diberikan telerehabilitation aplikasi Edures-SCO pada kelompok intervensi. Hal ini berarti pemberian aplikasi video edukasi dan rehabilitasi pasien pasca stroke efektif meningkatkan ADL dan mobilisasi pasien. Aplikasi Edures-SCO didesain dengan menggunakan teori self care Orem dengan 3 konsep yaitu wholly kompensatory system, partly kompensatory system, dan supportif educatif system, dengan disesuaikan untuk pasien pasca stroke sehingga mampu meningkatkan ADL dan mobilisasi secara baik. Langkah yang dilakukan agar intervensi efektif meningkatkan hasil post test adalah dengan melibatkan keluarga yang merawat pasien tersebut. Implikasi dalam bidang keperawatan adalah perawat dapat memonitor rehabilitasi pasien melalui jarak jauh dengan aplikasi Edures-SCO. Monitoring dapat dilakukan secara harian dengan aplikasi sehingga perawat tidak sesering mungkin bertatap muka dengan pasien. Implikasi klinis dalam penelitian ini adalah aplikasi Edures-SCO dapat diintegrasikan dalam program rehabilitasi di rumah sakit. Tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi terlebih dahulu kepada pasien mengenai cara penggunaan aplikasi pada saat discharge plannin
    corecore