48 research outputs found
Klasifikasi Citra Mutu Cengkeh (Syzygium Aromaticum) Di PT. Perkebunan Nusantara 12 Kabupaten Malang Menggunakan Deep Convolutional Neural Network (DCNN).
Pada tanaman cengkeh, salah satu bagian tanaman yang dimanfaatkan yaitu
bunga cengkeh. Proses pemanenan bunga cengkeh dengan cara memetik bunga
cengkih yang masih kuncup. Bunga cengkeh akan dikeringkan sampai berwarna
kecloklatan sesuai dengan standart mutunya. Standart mutu cengkeh kering yaitu
SNI 01-3392-1994 dan ISO 2254-2004. Kualitas dari bunga cengkeh kering
mempengaruhi harga jual untuk ekspor dan untuk dalam negeri. Kondisi saat ini
pada petani dan di PTPN 12, proses klasifikasi mutu cengkeh dilakukan secara
manual dengan tenaga manusia. Hal ini membuat permasalahan yaitu kualitas
mutu bunga cengkeh kering yang tercampur dengan mutu lain. Karena hanya
mengandalkan keterampilan dan ketelitian dari tenaga manusia. Kajian ilmu yang
membahas tentang klasifikasi mutu cengkeh sudah banyak dilakukan, namun
masih memiliki kekurangan berupa jumlah sampel yang digunakan masih sedikit
dan proses klasifikasi yang membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, pada
penelitian ini akan mengklasifikasi cengkeh dengan menggunakan metode Deep
Convolutional Neural Network (DCNN) yang dapat mengolah data berjumlah besar
serta proses klasifikasi yang lebih cepat tanpa melakukan ekstraksi data gambar.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model CNN untuk klasifikasi mutu cengkeh
produk dari PTPN 12 Kabupaten Malang, menganalisis parameter dalam
pembuatan model CNN dan menguji performansi model CNN dalam
mengklasifikasi mutu cengkeh.
Pada penelitian ini menggunakan 4 klasifikasi mutu produk PTPN 12 yaitu
kuncup 1, kuncup 2, biji mati dan polong. Dengan jumlah keseluruhan data gambar
yang digunakan sebanyak 1600 gambar yang dibagi menjadi 900 data training,
300 data validasi dan 400 data testing. Data training dan data validasi digunakan
untuk membuat model CNN, sedangkan data testing digunakan untuk menguji
akurasi model CNN. Dalam pembuatan arsitektur CNN dilakukan analisis yaitu
hyperparameter CNN atau analisa sensitivitas. Parameter arsitektur CNN yang
dianalisis yaitu epoch, jumlah layer, ukuran gambar, ukuran kernel, strides,
padding, dropout dan learning rate. Nilai terbaik pada setiap parameter akan
digunakan dalam membuat arsitektur CNN. Kemudian dilakukan pengujian model
CNN menggunakan data testing.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai parameter arsitektur CNN. Pada
pengujian nilai epoch mencapai konvergen yaitu epoch 1300. Pengujian jumlah
layer didapatkan akurasi terbaik dimiliki oleh penggunaan 2 layer dengan 32 dan
64 feature maps. Pengujian ukuran input gambar didapatkan nilai akurasi terbaik
pada ukuran gambar 128×128 pixel. Pengujian ukuran kernel diperoleh akurasi
terbaik pada ukuran 5×5 pixel. Pengujian nilai stride atau langkah, didapatkan nilai
akurasi terbaik pada nilai 1×1 pixel. Pengujian pengaruh penggunaan padding,
didapatkan akurasi terbaik pada penggunaan padding. Pengujian nilai dropout,
didaptkan pada nilai dropout 0,4 yang memiliki akurasi terbaik. Pengujian learning
rate, akurasi terbaik pada learning rate sebesar 0,0001. Parameter tersebut
kemudian diujikan menggunakan data testing yang menghasilkan akurasi sebesar
87,75
Rancang Bangun Otomatisasi Kontrol Suhu, Kelembapan dan Intensitas Cahaya Pada Budidaya Pakcoy (Brassica Chinensis L.) Hidroponik Berbasis Logika Fuzzy.
Hidroponik merupakan salah satu metode bercocok tanam yang sedang
digemari masyarakat Indonesia. Sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Mas’ud, 2009). Dibalik potensinya kedepan yang sangat besar dan penerapan teknologi hidroponik
yang terus berkembang pesat, terdapat beberapa masalah yang perlu diatasi. Masalah pertama, tanaman hidrponik masih sangat tergantung pada cahaya,
suhu dan kelembapan, disaat cahaya matahari kurang optimal bisa dipastikan kualitas tanaman akan turun dan pasti harga jual tanaman akan turun. Masalah kedua, mengingat hidroponik banyak diterapkan dengan metode tanam
vertikal,kualitas tanaman yang di bagian atas dan bawah sangat berbeda. Masalah ketiga adalah perlunya bertanam hidroponik yang mudah dan simpel, singkat kata di masyarakat dibutuhkan ber-hidroponik yang otomatis dan terkontrol mulai dari semai tanaman, masa tanam dan panen yang tentunya
dengan kualitas tanaman yang sangat baik. Dari permasalahan diatas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “ Rancang Bangun Otomatisasi Kontrol Suhu, Kelembapan Dan Intensitas Cahaya Pada Budidaya PAK CHOY (Brassica Chinensis L.) Hidroponik Berbasis Logika Fuzzy ”.
Sistem kontrol tingkat pencahayaan/intensitas cahaya berbasis logika fuzzy
didapatkan dengan nilai PWM (Pulse Width Modulation) 872.1662 untuk set point intensitas cahaya sebesar 8000 LUX. Dengan nilai rata-rata nilai error; positive error 15.37 LUX (0.192%) dan negative error 30.66 LUX (0.386%). Sistem kontrol suhu dan kelembapan cahaya logika fuzzy didapatkan dengan nilai PWM (Pulse Width Modulation) 686.4738 pada set point suhu 280C. Dengan nilai rata-
rata error; positive error 0.06280C (0.225%) dan negative error 0. Hasil panen
panen tanaman PAK CHOY (Brassica Chinensis L.) berbasis logika fuzzy adalah
vii sebagai berikut : tinggi tanaman 20.25 cm; lebar daun tanaman 6.95 cm; jumlah
daun tanaman 12.25 buah; bobot segar tajuk 93.625 gr; bobot segar akar 11.4
gr; bobot total 105.025 gr; bobot kering total 18.575 gr; luas daun 25.4125; indeks luas daun 0.03975; klorofil daun 59.94167; penyekapan cahaya 43.2; ketebalan daun 0.4775; dan indeks sampah 0.89
Analisis Karakteristik Biopelet Dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Dan Limbah Tepung Porang Menggunakan Mesin Bio-Fuel Pellet Serbaguna
Pelet Biomassa atau yang biasa dikenal dengan biopelet
adalah salah satu biomassa yang dibuat dari hasil pemampatan
menjadi pelet dimana dapat menjadi bahan bakar alternatif, salah
satu biomassa yang dapat dimanfaatkan yaitu Tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) dan Limbah Tepung Porang. Biopelet dibuat
menggunakan Mesin Bio-fuel Pellet yang terdiri dari 3 proses
yaitu penghalusan, pencampuran, dan pencetakan. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yaitu
komposisi campuran bahan dan ukuran diameter cetakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biopelet
berdasarkan SNI 8675:2018 dan menemukan formulasi terbaik
dari berbagai perlakuan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi
campuran bahan baku dan ukuran diameter cetakan
berpengaruh nyata terhadap karakteristik biopelet. Secara
keseluruhan biopelet sudah memenuhi SNI 8675: 2018 kecuali
kadar zat terbang. Biopelet terbaik didapatkan pada perlakuan
komposisi 60% TKKS dan 40% Limbah Tepung Porang dengan
ukuran diameter cetakan 6 milimeter dengan nilai densitas 0,98
g/cm3, kadar air 4,50%, kadar abu 4,58%, kadar zat terbang
80,88%, kadar karbon terikat 14,55%, dan nilai kalor 23,90 MJ/k
Pengaruh Ketebalan Irisan Terhadap Kinetika Pengeringan Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Dengan Penjemuran Langsung (Open Sun Drying) dan Penggunaan Oven
Umbi porang atau yang sering disebut iles-iles adalah salah satu jenis umbi-umbian yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Porang memiliki kandungan glukomanan yang cukup tinggi sehingga umbi porang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada suatu bahan dengan cara diuapkan. Proses pengeringan yang sering digunakan saat ini adalah pengeringan langsung dibawah matahari dan pengeringan menggunakan alat pengeringan, seperti oven. Pengeringan berpengaruh pada kualitas bahan yang akan diolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketebalan irisan dan suhu terhadap penununan massa menggunakan pengeringan matahari dan pengeringan oven. Variasi ketebalan irisan yang digunakan adalah 2 mm, 4 mm, 6 mm, 8 mm dan 10 mm dengan berat 250 gram tiap perlakuan. Laju pengeringan tercepat terdapat pada vpengeringan suhu 70 C dengan ketebalan 2 mm. Untuk kadar air terendah terdapat pada pengeringan suhu 60 C dengan ketebalan 2 mm sebesar 8,59%. Kelembaban relative selama pengeringan menggunakan oven baik pada suhu 60 C dan 70 C berkisar pada nilai 17%, sedangkan pada pada pengeringan matahari berkisar 44,06% sampai 45,85%. Perubahan warna yang terjadi tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan pada tiap perlakuan dengan nilai L* berkisar 63,0 – 71,7; nilai a* berkisar 3,4 – 4,5 dan nilai b* berkisar 14,8 – 16,8. Irisan ketebalan dan suhu pengeringan mempengaruhi laju penurunan massa, dimana hal tersebut mempengaruhi kecepatan waktu pengeringan. Irisan ketebalan yang lebih kecil menambah luas permukaan bahan yang menyebabkan proses penguapan kandungan air lebih banyak. Semakin tinggi suhu udara pengeringan yang digunakan, sehingga kandungan air yang diuapkan dari permukaan bahan berlangsung lebih cepat. Pemodelan yang sesuai berdasarkan penelitian ini adalah model Logarithmic dan Twoterm
Rancang Bangun Mesin Biopelet Berpengaduk Tipe Horizontal untuk Bagasse Tebu (Saccharum officinarum Linn)
Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Energi
dimanfaatkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu energi
yang banyak digunakan oleh manusia adalah energi yang berasal dari bahan
bakar fosil. Bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi utama yang
digunakan manusia karena cara mendapatkannya yang lebih mudah, tampa
memerlukan proses yang panjang, dan nilai kalor yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan bahan bakar biomassa. Namun seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan energi terus meningkat.
Beberapa negara terus berupaya untuk menciptakan energi terbarukan salah
satunya adalah bahan bakar biomassa. Untuk mendapatkan nilai kalor yang lebih
tinggi dari bahan bakar biomassa adalah mencampurnya dengan bahan lain
yang memiliki nilai kalor yang lebih tinggi atau dengan memberikan tekanan pada
bahan tersebut. Salah satu aplikasi pemberian tekanan pada biomassa untuk
bahan bakar terbarukan adalah pembuatan biopelet atau biobriket.
Pembuatan biopelet pada penelitian ini menggunakan mesin biopelet
berpengaduk tipe horizontal yang dirancang dengan Software Solidwork 2015
dari Dassault Systemes. Mesin ini didesain agar proses pencacahan,
pencampuran atau pengadukan, pengepresan menjadi satu dan mampu
dijalankan oleh satu operator. Dengan adanya mesin ini diharapkan mampu
menambah jumlah dan kapasitas produksi dari biopelet sehingga mampu
menggantikan peran dari bahan bakar fosil. Pada akhir penelitian ini akan
diketahui kinerja dari mesin biopelet dengan pengaduk tipe horizontal meliputi
daya motor, diameter pulley, spesifikasi v-belt, daya chopper, daya pengaduk,
daya screw extruder, kapasitas pengaduk, dan % kerusakan hasil
Kajian Sifat Fisik dan Mekanik Varietas Buah Apel Varietas Manalagi Pada Berbagai Tingkat Kematangan
Apel sebagai komoditas utama di Malang Raya apel memiliki peran penting untuk pertumbuhan ekonomi di Malang Raya. Dalam proses pengolahan pasca panen apel terdapat beberapa masalah yang dapat merusak atau mengurangi mutu apel pada proses penanganan pasca panen, baik secara fisik maupun mekanis karena kurang tepatnya perlakuan pada buah apel karena tidak sesuai sifat fisik dan mekanik buah apel. Kerusakan pada buah apel dapat mempengaruhi penampakan fisik apel dan memicu peningkatan laju penuaan pada buah apel. Selain mempengaruhi penampakan fisik apel, kerusakan pada buah apel juga dapat menurunkan daya jual apel. Mutu pada buah apel dapat ditingkatkan dengan adanya identifikasi pada sifat fisik, mekanik dan morfologi buah apel. Informasi data spesifikasi pada buah apel dapat digunakan untuk meningkatkan pengolahan pasca panen, pemrosesan, penyimpanan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang alat dan mesin pengolah apel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh tingkat kematangan terhadap sifat fisik dan mekanik apel Manalagi dan untuk menganalisa pengaruh tingkat kematangan terhadap sifat fisik dan mekanik apel Manalagi. Penelitian ini menggunakan metode one way anova dengan SPSS. Tingkat kematangan dengan 3 tingkat kematangan yaitu 3,5 bulan, 4,5 bulan, dan 5,5 bulan menjadi faktor dalam penelitian ini, Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa terjadi pertambahan nilai pada geometric mean diameter apel Manalagi dari 41,2757 mm -5 5,4777 mm, pada sphericity terjadi penurunan dari 95,57% - 0,9483%, pada luas permukaan terjadi pertambahan dari 0,0316 mm2- 0,0496 mm2, pada volume terjadi pertambahan dari 0,0003 mm3- 0,0007 mm3, pada true density terjadi pertambahan dari 0,9703 g/cm3- 0,9963 cm3/gr, pada bulk density terjadi pertambahan dari 0,4465 g/cm3- 0,4843 g/cm3, pada porositas terjadi pertambahan dari 55,1% - 55,28%, pada tekanan terjadi pertambahan dari 55,1% - 55,28%, pada tekanan terjadi penurunan dari 0,836 MPa - 0,716 MPa, pada regangan terjadi penurunan dari 0,565 mm/mm - 0,0373 mm/mm, pada modulus elastisitas terjadi pertambahan dari 1,4818 MPa - 2,0995 MPa, pada kekerasan terjadi penurunan dari 38,7623 N - 33.5337 N
Pengaruh Kadar Air pada Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Gabah Varietas Sintanur
Gabah merupakan bulir hasil tanaman padi (Oryza Sativa L.) yang telah lepas dari tangkainya dengan cara dirontokan. Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) merupakan sumber makanan pokok bagi masyarakat. Sebagian besar dari populasi penduduk dunia menjadikan beras sebagai makanan utama. Indonesia memiliki banyak varietas padi yang tersebar di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Varietas Sintanur merupakan jenis padi yang unik karena aroma khasnya disebabkan oleh senyawa volatile 2 acetyl-1-pyyroline (2AP), yang juga ditemukan pada bagian kalus dan organ vegetative tanaman padi. Selain itu, gabah aromatik sintanur merupakan paduan antara Varietas Begawan Solo dan Varietas Lusi. Bahan hasil pertanian mudah rusak, sehingga memerlukan penanganan yang baik agar tidak mengalami penururnan mutu yang sangat drastis. Perancangan alat dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan sifat fisik bahan, agar mengurangi tingkat kehilangan hasil pada saat pengolahan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kadar air terhadap beberapa sifat fisik dan sifat mekanik dari gabah varietas Sintanur.
Penelitian gabah varietas Sintanur dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental untuk mengetahui pengaruh kadar air terhadap beberapa sifat fisik. Pada penelitian ini sifat fisik yang diuji ada beberapa, yaitu: dimensi aksial, diameter rata-rata aritmatik, diameter rata-rata geometri, luas permukaan, kebulatan, massa 1000 biji, densitas curah, densitas nyata, porositas, sudut luncur, dan koefisien friksi. Tingkat kadar air yang digunakan sebagai perlakuan yaitu: 12.534 %, 14.888 % dan 18.640 % dengan tiga kali pengulangan setiap perlakuan. Data pengukuran dihitung menggunakan analisis variasi (ANOVA) dengan uji beda nyata terkecil dipisahkan.
Sifat fisik gabah varietas sintanur ditentukan sebagai fungsi kadar air pada 12.534 %, 14.888 % dan 18.640 %. Panjang, lebar dan tebal rata-rata pada kondisi kadar air 12.534 % adalah 8.26 mm, 3.22 mm, dan 2.08 mm secara berturut-turut. Pada rentang kadar air 12.534 – 18.640 % hasil penelitian menunjukkan peningkatan secara linear pada massa seribu biji, sudut luncur, koefisien friksi, sudut curah dan kuat tekan. Massa seribu biji gabah varietas sintanur dari 27.220 gram hingga 30.546 gram, sudut curah dari 0.57 hingga 0.62, kuat tekan dari 9.51 kgF hingga 5.76 kgF penurunan diakibatkan makin banyak kadar air yang terserap makin menurun tingkat kekerasannya, Sudut luncur digunakan untuk mencari bahan hopper yang tepat guna, dan dari penelitian didapatkan nilai koefisien terkecil pada kaca, namun bahan yang baik menggunakan besi agar tidak mudah pecah
Pembuatan dan Uji Karakteristik Food Container Biokomposit Ramah Lingkungan dari Pelepah Pisang Kepok (Musa paradisiaca) dengan Perekat Asam Sitrat-Sukrosa
Styrofoam merupakan salah satu jenis kemasan makanan yang umum dipakai sehari-
hari menjadi pilihan karena sifatnya yang ringan dan kaku yang membuat styrofoam
nyaman digunakan. Namun, mengingat polistirena sebagai bahan dasar styrofoam
membuat kemasan makanan tersebut sulit terurai dalam waktu singkat serta mengganggu
kesehatan manusia dalam jangka waktu lama. Dalam rangka mengurangi limbah styrofoam
yang menumpuk, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan proses pembuatan food
container berbahan dasar pelepah pisang kepok (Musa paradisiaca), asam sitrat, dan
sukrosa dengan perlakuan waktu rendam dan waktu kempa serta pengaruh kedua
perlakuan tersebut terhadap sifat fisis dan mekanis dari food container yang dihasilkan.
Perlakuan waktu rendam dilakukan selama 10, 15, 20, 25, 30, dan 60 menit, dengan waktu
kempa selama 10, 13, dan 16 menit pada suhu 180 ̊C menghasilkan sebuah food container
berkapasitas 350 ml. Perlakuan waktu rendam, waktu kempa, dan interaksi keduanya
berpengaruh pada nilai daya serap air, perubahan pH, pengembangan tebal, dan laju urai,
sedangkan nilai densitas hanya dipengaruhi waktu rendam dan nilai elongasi dipengaruhi
waktu rendam dan interaksi kedua perlakuan. Nilai kuat tarik dan modulus elastisitas tidak
dipengaruhi perlakuan apa pun. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan R1K1 (waktu
rendam dan kempa 10 menit) dengan nilai densitas 0,681 g/cm3, nilai daya serap air
12,262%, pengembangan tebal 6,710%, nilai perubahan pH 2,277, laju biodegradasi
187,178%, kuat tarik 38,562 MPa, nilai perpanjangan putus 3,034%, dan nilai modulus
elastisitas 2,012 GPa. Dibandingkan dengan styrofoam, hasil pengujian menghasilkan nilai
yang mirip sehingga mengingat bahan yang digunakan untuk membuat food container
biokomposit merupakan pemanfaatan limbah yang berasal dari alam, kemasan makanan
dari pelepah pisang dapat dipertimbangkan sebagai pengganti styrofoa
Analisis Pre-Treatment Edible Coating Berbahan Pati Ganyong dengan Variasi Waktu Pencelupan Buah pada Air Berozonasi dan Konsentrasi Pati Pada Buah Stroberi
Sifat buah stroberi yg gampang rusak (perishable) dapat mengurangi nilai dan jumlah buah yang dapat dijual. Sifat buah stroberi tersebut merupakan suatu faktor penghambat pada pendistribusian stroberi, terutama buat pemasaran jarak jauh. Metode konvensional untuk memperpanjang masa simpan buah stroberi kurang maksimal sehingga dibutuhkan metode modern yang dapat memperpanjang masa simpan buah, yaitu edible coating dan ozone washing. Edible coating yang digunakan berbahan pati ganyong.
Tujuan penelitian ini yaitu analisis pengaruh pre-treatment edible coating berbahan pati ganyong yang bervariasi pencelupan buah pada air berozonisasi dan konsentrasi patinya terhadap susut bobot, tekstur, kadar air, dan 3 colorspace warna (RGB, HSV, Lab) pada penyimpanan suhu dingin serta analisis pengaruh pre-treatment edible coating berbahan pati ganyong yang bervariasi pencelupan buah pada air berozonisasi dan konsentrasi patinya terhadap umur simpan buah stroberi. Untuk menganalisis seluruh data yang telah didapatkan digunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 5x3, yang terdiri dari 2 faktor yakni lama waktu pencucian buah dengan air terozon, faktor kedua adalah konsentrasi pati ganyong sebagai bahan campuran edible coating dimana pengamatan dilakukan setiap 12 jam sekali selama 3 hari pada suhu dingin.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan pre-treatment pencelupan buah pada ozon dan edible coating dapat mempengaruhi hasil mutu yang lebih baik daripada kontrol. Pre-treatment yang dilakukan baik faktor individu maupun hubungan antar faktor tidak berpengaruh nyata terhadap parameter susut bobot, kadar air, tekstur, dan warna pada 3 colorspace. Pada faktor variasi konsentrasi pati ganyong sebesar 3% pada edible coating didapatkan pengaruh sangat nyata pada parameter tekstur dengan nilai tekstur pada pencelupan ozon selama 100 detik dengan pati 3% sebesar 0,160 kgf sedangkan kontrol sebesar 0,120 kgf. Parameter kecerahan (L) pada Lab juga didapatkan pengaruh nyata pada pencelupan ozon selama 100 detik dengan pati 2% sebesar 38.90 sedangkan kontrol sebesar 48.96. Parameter kekuningan (b) pada Lab juga didapatkan pengaruh sangat nyata pada pencelupan ozon selama 100 detik dengan pati 3% sebesar 19.41 sedangkan kontrol sebesar 30,78
Analisis Pengaruh Oxygen Absorber Dan Moisture Absorber Pada Penyimpanan Berbagai Kemasan Terhadap Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
Jamur tiram putih menjadi salah satu produk holtikultura yang prospektif untuk
dikembangkan karena memiliki bentuk yang menarik dan kandungan nutrisi yang baik untuk
kesehatan sehingga permintaan pasar akan jamur ini setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Umur simpan yang pendek dan kondisi fisik yang berubah menjadi masalah
pada penyediaan jamur tiram putih dengan kondisi yang masih segar. Penurunan mutu
jamur ini diakibatkan dari tingginya laju respirasi selama penyimpanan karena pengaruh
konsentrasi oksigen di udara sehingga diperlukan kemasan aktif. Kemasan aktif mampu
memperlambat penurunan kualitas dan memperpanjang umur simpan. Dalam penggunaan
kemasan aktif juga harus disesuaikan dengan plastik kemasan yang juga baik untuk bahan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis pengaruh penyimpanan
menggunakan kemasan aktif terhadap susut bobot, kadar air, perubahan tekstur,
perubahan warna dan perubahan organoleptik pada jamur tiram putih dan menghitung dan
menganalisis efektivitas penggunaan kemasan aktif untuk penyimpanan jamur tiram putih.
Penelitian ini menggunakan perlakuan tanpa pengemas (kontrol), wrapping plastik, dan
plastik polipropilene. Absorber yang digunakan untuk kemasan aktif ini adalah asam
askorbat dan silika gel dengan berat absorber dihitung berdasarkan laju respirasi jamur
tiram putih. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis sidik ragam ANOVA, diperoleh
bahwa F hitung lebih besar dari F tabel. Dimana umur simpan menunjukan beda nyata.
Kemasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap lama umur simpan jamur tiram putih.
Pada variasi kemasan umur simpan jamur tiram putih kemasan aktif polipropilene lebih
lama dibandingkan dengan kemasan wrapping dan kontrol. Kemasan aktif polipropilene
menunjukan hasil susut bobot terendah sebesar 3,78%, dengan kadar air 94,93%, nilai
kekerasan sebesar 1,31, nilai L sebesar 57,78, nilai a sebesar 2,58, dan nilai b sebesar
18,17. Uji organoleptic menghasilkan bahwa kemasan aktif polipropilene dapat
mempertahankan umur simpan jamur tiram putih hingga hari ke-5, kemasan aktif wrapping
hingga hari ke-4, dan tanpa pengemasan (kontrol) hingga hari ke-2. Kemasan polipropilene
sebagai kemasan aktif lebih efektif dalam mempertahankan mutu, memperpanjang umur
simpan jamur tiram dan lebih ekonomis dibandingkan dengan kemasan aktif wrapping
plasti