155 research outputs found

    Analisis Sistem Informasi yang Sedang Berjalan dan Rencana Proyek E-Procurement dengan Pendekatan Metode New Information Economics

    Full text link
    PT PLN (Persero) is a state owned which manages the biggest electricity businesses that cover the entire territory of Indonesia. His position is very potential for the Indonesian public life requires that PLN is able to manage the investment means the supply of electricity to customers. This is done with the information systems that support business processes in the body of PLN. PT PLN (Persero) has some application systems, infrastructure, service, and management used to increase the ability of the company. In PLN, there is an application that is capable of supporting PLN to conduct the procurement process is procurement information system (e-procurement). PSI Sub-party service providers as e-procurement to see investment information system (SI) and Information Technology (IT) which is proportional to the amount issued benefits and bottom-line impact for companies and can find out the level of funds / investment budgets and alignment of Information Technology there is a project in accordance with company requirements. Those needs based on business needs and applications currently running in the intersection so as to project better. Based on this, the author proposes to analyze the benefits of information technology investments by using the method of New Information Economics (NIE) that combines the two approaches both financial and non-financial. In the method NIE (New Information Economics) will be used four of the five practices that NIE Strategic Demand / Supply Planning, Innovation, Prioritization, and Alignment. The results are expected to help the company to allocate investments SI / IT is more appropriate and supports the company\u27s performance, especially in providing added value to the parties concerned

    Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi Pada Sistem Komunikasi LTE-Advanced Dengan Relay

    Full text link
    Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia akan memasuki era LTE–advanced (4G) yang memiliki beberapa kemampuan yang semakin menguntungkan pengguna. Salah satu kemampuan yang dimiliki adalah meningkatkan performansi user yang berada pada daerah tepi sel dengan meletakkan relay pada daerah tersebut. Teknologi ini memiliki permasalahan mengenai inter–cell interference (ICI) dan nilai throughput pada daerah tepi sel. Pada penelitian ini dilakukan analisis tentang dampak dari penambahan koordinasi interferensi pada sistem komunikasi LTE–advanced dengan relay, yang dapat mengurangi interferensi antar–relay dan meningkatkan kinerja sistem. Koordinasi interferensi yang digunakan adalah teknik penjadwalan penggunaan resource pada access link di setiap relay. Teknik penjadwalan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, penghitungan alokasi resource setiap relay, dan perhitungan jumlah subframe komunikasi semua user pada masing – masing relay. Dengan menggunakan teknik penjadwalan pada access link, maka pelayanan yang diberikan kepada pengguna yang berada di ujung cakupan (daerah tepi sel) akan memiliki performansi yang lebih baik. Parameter performansi yang diukur pada penelitian ini adalah SINR (Signal to Interference plus Noise Ratio), throughput, spectral efficiency, dan BER (Bit Error Rate)

    Kajian Implementasi Standar Long-Term Evolution (LTE) Pada Sistem Komunikasi Taktis Militer

    Full text link
    Sistem komunikasi taktis memungkinkan banyak pengguna dengan mobilitas tinggi, memiliki kemampuan network recovery dan network entry yang baik, serta diperkuat dengan sistem keamanan transmisi yang tahan terhadap jamming. Di sisi lain kemajuan telekomunikasi mendorong dikembangkannya LTE (Long-Term Evolution). LTE meningkatkan kapasitas sistem, cakupan area, high peak data rates, didukung dengan sistem keamanan yang baik guna mewujudkan pelayanan komunikasi menjadi lebih baik. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan pengkajian penggunaan standar teknologi LTE agar mampu mendukung dan meningkatkan kualitas sistem komunikasi taktis militer. Simulasi dilakukan untuk menguji kemampuan LTE terhadap jamming. Dari hasil simulasi dan pengkajian didapatkan bahwa sistem uplink LTE, dengan penambahan convolutional coding dan interleaver 8Ă—8, memiliki ketahanan terhadap jamming dengan amplitudo di bawah 2,5 V, serta lebih tahan terhadap multitone-jamming pada sub-carrier yang berbeda daripada multitone-jamming pada sub-carrier yang sama. Arsitektur LTE dengan dukungan teknik AMC, AAA server, dan fast cell selection mampu mendukung sistem super network, network entry, dan network recovery pada sistem komunikasi taktis

    Temperature correction of radiometric and geometric models for an uncooled CCD camera in the near infrared

    Get PDF
    International audienceThis paper presents radiometric and geometric models for both temperature and displacement noncontact measurements using an uncooled charge-coupled device (CCD) video camera. Such techniques (''one sensor-two measures'') represent an interest in many industrial low cost applications and scientific domains. To benefit from both measurements, we have to use the camera's spectral response in the near infrared spectral band from 0.75 to 1.1 mum. In this spectral band, the temperature variations of an uncooled CCD camera are taken into account in the radiometric and geometric models. By using physical models for CCD camera, we quantify detector's quantum efficiency, sensor noise and spatial resolution as a function of the wavelength and of the detector temperature. These models are confirmed by experimental results of calibration with a low cost uncooled camera based on a Sony detector and operating over the detector temperature range of -30 to -50degrees

    Analisis Kinerja Metode Power Control Untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced Dengan Femtocell

    Full text link
    Teknologi LTE-Advanced menghadirkan fitur baru bernama femtocell atau disebut juga Home Enhanced NodeB (HeNB) yang dapat meningkatkan area cakupan indoor. Di lain sisi HeNB menimbulkan interferensi baik uplink maupun downlink. Interferensi uplink terjadi antara user HeNB (HUE) dan user eNB (MUE) maupun sesama HUE. Interferensi ini mendegradasi kinerja sistem terutama dari sisi Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR). Penelitian ini memberi penjelasan mengenai penerapan power control sebagai teknik manajemen interferensi uplink pada sistem LTE-Advanced dengan femtocell. Power control mengatur daya pancar user penginterferensi sehingga daya interferensi pada sisi HeNB dan eNB berkurang dan nilai SINR akan membaik. Dari hasil pengujian, didapatkan hasil bahwa power control efektif mengurangi interferensi dan memperbaiki kinerja sistem LTE-Advanced. Kinerja tersebut ditunjukkan dengan 50% SINR pada eNB bernilai di atas 30 dB setelah sebelumnya hanya 25 dB. 50% SINR HeNB bernilai di atas 60 dB setelah sebelumnya hanya 30 dB. Peningkatan SINR diiringi dengan peningkatan paramater performansi yang lain

    PEREKRUTAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA SEBAGAI KEJAHATAN PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pengaturan Hukum Humaniter Internasional Tentang Perekrutan Tentara Anak Dalam Konflik Bersenjata Sebagai Kejahatan Perang dan untuk mengetahui bagaimana Penegakkan Hukum Humaniter Internasional yang dapat di terapkan terhadap perekrutan Tentara Anak dalam suatu konflik bersenjata sebagai kejahatan perang. Dengan menggunakan metode penelitian normatif, dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Hukum humaniter internasional mengatur perekrutan anak sebagai tentara dalam Konvensi Jenewa tentang perlindungan penduduk sipil tahun 1949, dan ketentuan serupa juga diatur dalam Protokol Tambahan II tahun 1977 yang melarang perekrutan anak sebagai tentara. Aturan Hukum Perburuhan Internasional yang melarang mempekerjakan anak di bawah umur juga membatasi perekrutan tentara anak-anak. Perekrutan tentara anak-anak adalah tindakan ilegal menurut Konvensi Internasional Hak Anak dan Protokol Opsional Konvensi Hak Anak dalam hal menjaga hak asasi anak, Bahkan Statuta Roma tahun 1998 menyatakan bahwa merekrut anak di bawah umur sebagai tentara merupakan kejahatan perang. 2. Penegakan hukum yang dilakukan terhadap Thomas Lubanga adalah melalui mekanisme Mahkamah Pidana Internasional. ICC berwenang mengadili tersangka utama Thomas Lubanga Dyilo karena Kongo dianggap sebagai negara yang tidak mampu (unable) menegakkan sistem hukum nasionalnya berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (3).   Kata Kunci : tentara anak, kejahatan perang &nbsp

    Desain Dan Analisa Kinerja Femtocell LTE-Advanced Menggunakan Metode Inter Cell Interference Coordination

    Get PDF
    Telekomunikasi memasuki generasi ke-4 atau sering disebut dengan teknologi LTE-Advanced. Dalam implemantasinya LTE-Advanced menerapkan sistem heterogeneous network yang memungkinkan adanya pengembangan sel-sel didalam cakupan macrocell. HeNB (Home eNB) merupakan mini eNB yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas sinyal didalam ruangan. Namun, HeNB ini hanya dapat diakses oleh user yang sudah terdaftar pada database operator, jadi femtocell dianggap sebagai sumber interferensi bagi user yang tidak dapat mengaksesnya. Penelitian ini memberikan penjelasan mengenai pengaruh penerapan metode Inter Cell Interference Coordination (ICIC) pada sistem LTE-Advanced menggunakan HeNB dan menguji efektifitas penerapan metode ini. ICIC adalah metode koordinasi antara eNB-HeNB untuk menyediakan kanal yang mempunyai interferensi rendah kepada user terinterferensi femtocell. Dari hasil pengujian, Sistem yang menggunakan metode ICIC memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang tidak menggunakan metode. Kinerja tersebut ditunjukkan dengan nilai SINR dan throughput. Pada sistem dengan metode ICIC, nilai SINR diatas threshold naik hingga 42.76% dibanding pada sistem tanpa menggunakan metode ICIC. Untuk nilai throughput, pada sistem dengan metode ICIC user memiliki throughput diatas threshold ada 76.03% sedangkan pada sistem tanpa metode hanya 33.27% . Penerapan metode ICIC sangat tergantung pada ketersediaan kanal, sehingga meningkatnya user terinterferensi femtocell maka probabilitas user terselamatkan semakin berkurang

    Radio Resource Management Dalam Multihop Cellular Network Dengan Menerapkan Resource Reuse Partition Menuju Teknologi LTE – Advanced

    Full text link
    Multihop Cellular Networks (MCN) dengan relay adalah teknologi yang sedang diteliti untuk diterapkan pada komunikasi LTE – Advanced. Berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh 3GPP untuk IMT-Advanced, diantaranya adalah peak data rate (maksimum kecepatan transfer data) untuk downlink adalah sebesar 1 Gbps dan 500 Mbps untuk uplink, operator telekomunikasi harus menyediakan arsitektur komunikasi pendukung teknologi LTE-Advanced dengan kualitas layanan yang tinggi dan cost efficient. Teknik MCN dengan pengaturan nilai daya pancar Relay Node dapat mengurangi jarak tempuh transmisi dan meningkatkan kualitas kanal komunikasi seiring dengan peningkatan nilai SINR. Pada skenario daya pancar Relay Node sebesar 27 dBm terlihat bahwa SINR sitem dengan relay mengalami penigkatan sebesar 0.0194% dibanding sistem tanpa rela. Metode Resource Reuse Partition (RRP) mampu menekan masalah pemborosan sub carrier akibat penerapan teknik MCN. Dari hasil skenario simulasi dengan variasi nilai Threshold SINR dan nilai pancar Relay Node dapat menekan masalah interferensi dan meningkatkan jumlah User yang mampu dilayani sistem. Nilai pemborosan terkecil pada skenario daya pancar RN sebesar 27 dBm yaitu 32.55%. Jumlah User yang mampu dilayani sistem mengalami peningkatan 89.46% dibanding sistem dengan skenario daya pancar 40 dBm

    Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE-Advanced Dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm

    Full text link
    Perkembangan teknologi komunikasi akan memasuki era LTE-Advanced (4G) yang memiliki beberapa kemampuan. Salah satu kemampuan yang dimiliki adalah peningkatkan performa cell edge. Peningkatan performa tersebut, dilakukan dengan meletakkan relay pada daerah cell edge. Dalam teknologi ini terdapat permasalahan mengenai inter-cell interference (ICI) dan nilai throughput pada cell edge.Tugas akhir ini memberikan penjelasan mengenai Orthogonal Resource Allocation Algorithm (ORAA) yang diterapkan pada sistem LTE-Advanced dengan relay. Dengan menggunakan algoritma yang memiliki kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya frekuensi pada setiap user yang ada yang diterapkan pada relay dan eNB, pelayanan yang diberikan kepada pengguna yang berada di ujung cakupan akan memiliki nilai SINR (Signal to Interference plus Noise Ratio) dan throughput yang lebih tinggi lalu ICI akan berkurang karena diatur pemakaian frekuency reuse factor sama dengan 1.Dari hasil pengujian, sistem LTE-Advanced dengan relay memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang tidak menggunakan relay. Kinerja tersebut ditunjukkan dengan nilai SINR dan throughput. Selain itu performa sistem pada daerah tepian sel pada sistem dengan relay juga lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa rela

    Kajian Penggunaan Standar Mobile Wimax Untuk Sistem Komunikasi Taktis Militer

    Full text link
    Sistem komunikasi taktis merupakan sistem komunikasi yang diterapkan di area yang luas dengan kriteria tertentu diantaranya mampu menjadi Super Network akibat banyaknya unit yang bergabung dalam sebuah operasi militer, menuntut transfer data yang relatif cepat, diperkuat dengan keamanan transmisi, serta memungkinkan diterapkan pada infrastruktur yang tidak tetap. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian mengenai pemilihan teknologi Mobile Wimax sebagai teknologi komunikasi alternatif yang bisa diterapkan di daerah taktis. Pengkajian yang dilakukan menggunakan dua metode, yaitu dengan simulasi untuk menguji kemampuan security pada Mobile Wimax terhadap gangguan jamming dan studi pustaka mengenai kriteria yang harus dipenuhi dalam sistem komunikasi taktis seperti kemampuan Mobile Wimax menjadi Super Network, perbaikan rute apabila suatu saat terjadi pemblokan rute pada proses pentransmisian informasi, dan mekanisme yang membolehkan apabila sebuah unit baru ingin bergabung dalam sebuah jaringan mesh yang sudah aktif sebelumnya. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sistem Orthogonal Frequency Division Muliplexing (OFDM) yang ada pada Mobile Wimax harus dimodifikasi dengan memberikan convolutional coding dan interleaver agar tahan terhadap gangguan jamming. Sedangkan pada hasil dari studi pustaka menunjukkan bahwa teknologi Mobile Wimax mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan
    • …
    corecore