8 research outputs found

    Di antara mereka yang Menatap

    Full text link
    ‘Takut' adalah salah satu bentuk emosi dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketika suatu ketakutan sudah melebihi batas normal maka bentuk ketakutan tersebut dapat dikatakan sebagai fobia. Fobia seseorang biasanya disebabkan oleh suatu kejadian di masa lalu yang berdampak besar pada hidupnya, sehingga menimbulkan sebuah trauma yang terus terbawa hingga dewasa. Salah satu fobia yang paling umum terjadi di masyarakat adalah Fobia Sosial, atau ‘Social Anxiety Disorder'. Pada karya tugas akhir ini, penulis menyampaikan perasaan mengenai pengalaman sebagai seseorang yang pernah mempunyai fobia sosial. Perasaan tersebut divisualisasikan dalam sebuah ruangan yang diisi dengan objek mata di sekeliling dindingnya. Ruangan yang dibuat gelap, mata yang dibuat dengan teknik cukil kayu yang bersifat keras dan di dominasi warna hitam dan merah juga mendukung munculnya suasana mencekam sehingga apresiator dapat merasakan ketakutan seperti yang penulis rasakan. Perasaan ini ingin penulis sampaikan dengan tujuan untuk berbagi kepada orang banyak, dan meningkatkan kesadaran orang lain akan adanya fobia ini. Karena penulis meyakini bahwa tidak hanya dirinya sendiri yang merasakan hal ini, tetapi banyak juga orang lain di luar sana yang merasakan hal yang sama

    Dialog Bahasa, Rasa, dan Citra

    Full text link
    Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya

    Dialog Bahasa, Rasa, dan Citra

    Full text link
    Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya

    Interupsi dalam Sejarah : Rekonstruksi Memori Keluarga

    Full text link
    Memori merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan sejarah, memori mejadi hal yang penting untuk mengingat serta menghadirkan kembali peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Sejarah dalam pengertian tradisional dipahami sebagai suatu proses “mengingat” hal- hal monumental di masa lalu. Sejarah adalah penghubung antara peristiwa di masa lampau dengan peristiwa yang terjadi sekarang. Meskipun demikian, sejarah tidak selalu bersifat linear. Terkadang terjadi lompatan dimana sebuah peristiwa tidak terkait dengan sejarah yang ada, hal inilah yang disebut dengan diskontinuitas sejarah.Keinginan untuk mengenal sosok Kakek yang belum pernah penulis temui menjadi pemicu untuk menelusuri melalui memori- memori yang tersisa. Penulis merasa adanya diskontinuitas dalam sejarah keluarga penulis sendiri. Selain itu, secara personal, rekonstruksi sejarah yang dilakukan penulis juga merupakan upaya untuk memahami identitas diri dan keluarga penulis.Penulis menempatkan diri sebagai seorang etnografer, yang merekonstruksi sejarah keluarga penulis berdasar memori, artefak dan kisah-kisah yang dikumpulkan dari pelbagai narasumber. Penulis merekonstruksi sejarah dalam skala mikro, yaitu sejarah tentang Kakek dan keluarga. Dari rekonstruksi sejarah mikro tersebut, penulis sekaligus menggambarkan sejarah keluarga yang juga merupakan bagian dari sejarah yang lebih besar, yaitu sejarah pendidikan Indonesia yang terjadi di masa Kakek penulis.Dari gagasan tersebut penulis mengelaborasi menjadi karya artefak, drawing-asemblase, dan kolase. Melalui karya Tugas Akhir ini, penulis berharap audience dapat merasakan suatu pengalaman estetis dalam memaknai sejarah, khususnya sejarah skala mikro tentang keluarga sendiri

    Sisyphean

    Full text link
    Manusia, adalah mahluk yang misterius, dalam hal spiritualitas dan keyakinan. Keyakinan dengan sebuah paham yang dijunjung tinggi oleh mereka membuat mereka sangatlah unik, dan beragam. Keberagaman manusia dalam hal spiritual penulis tafsirkan sebagai sebuah fenomena unik dan cukup memprihatinkan, bagi batin penulis, dimana consciousness dan well-being seorang manusia seakan-akan dapat mencapai tingkat tertinggi jika manusia tersebut menyerah terhadap kegiatan yang menjauhkan mereka dari hal-hal tersebut. Masalah spiritualitas manusia yang penulis angkat dalam Tugas Akhir ini merupakan sebuah bentuk pembahasan atas situasi dan permasalahan spiritual dalam masyarakat sekitar. Dilatarbelakangi oleh rasa aman yang semu akan kehidupan dan kematian, dan situasi masyarakat yang tidak kondusif dan tidak suportif dalam membahas hal tersebut, penulis mencoba mempertanyakan kembali interaksi manusia tentang kepuasan dirinya terhadap spiritualitas dan proses pencarian makna hidup mereka.Pengerjaan karya ini menggunakan teknik separasi cahaya, dimana spektrum warna diaplikasikan dalam instalasi lampu kepada karya digital imaging, lalu instalasi 3 dimensi juga dibuat, untuk kepentingan konsep utama, dan disesuaikan kepada kebutuhan estetis pribadi penulis. Penulis berharap karya ini dapat mengekspresikan opini personal penulis yang berbentuk pertanyaan kepada masyarakat luas/ apresiator

    Reaktualisasi Diri

    Full text link
    Pencitraan, peran dan status sebagai perempuan, telah diciptakan oleh sekelompok manusia/etnik di wilayah bangsa manapun di dunia. Dalam kebudayaan tradisional Indonesia di suatu masa, peran gender ditentukan oleh norma dan kepercayaan bernama patrialisme. Perempuan diposisikan sebagai “subordinat”, bukannya “kordinat”. Implikasi dari konsep dan naluri tentang kedudukan antara laki laki dan perempuan yang tidak seimbang telah menjadi kekuatan di dalam pemisahan sektor kehidupan ke dalam sektor “domestik” dan sektor “publik”. Perempuan yang tidak memiliki sumber penghasilan menjadi tergantung secara ekonomi terhadap laki-laki dan rentan terhadap tindak dominasi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perempuan menyerah pada tradisi itu sendiri. Namun, dalam kehidupan modern perempuan diberikan kesempatan yang sama seperti laki-laki. Perempuan cenderung lebih kritis dan independen. Dua konsepsi mengenai perempuan mempengaruhi penulis untuk mengaktualisasi diri dan memaknai kembali posisi perempuan dengan cara yang berbeda

    Representasi Keindahan Alam Benda

    Full text link
    Ketergantungan akan estetik dalam proses berkarya menimbulkan kesadaran akan pentingnya nilai estetik dalam kehidupan manusia, terutama dalam bersosialisasi. Padahal setelah ditelisik lebih jauh, keindahan tidaklah mutlak, selalu ada potensi buruk dalam hal – hal indah dan selalu ada potensi baik dalam hal – hal yang buruk. Pada akhirnya keindahan yang hanya sebatas fisik akan sia – sia ketika kehidupan berakhir.Representasi keindahan alam benda menggunakan hal – hal yang memiliki citra negatif, seperti buah busuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai keindahan. Buah busuk yang pada kesehariannya dianggap sampah, dipisahkan dari kesehariannya dan diangkat menjadi sebuah karya seni melalui pendekatan realis dengan teknik mimesis, memberikan nilai keindahan yang baru.Seni sebagai alat untuk menyalurkan kegelisahan merupakan upaya untuk mengubah pandangan akan karakter yang pada umumnya memiliki nilai negatif, sehingga dapat menyerap nilai – nilai moral yang baik
    corecore