2 research outputs found

    Peran Interferon Gamma Induced Protein-10 (IP-10) Dalam Diagnosis Tuberkulosis Aktif Pada Anak,

    Get PDF
    Latar Belakang dan Tujuan: Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia. Salah satu permasalahan TB anak di Indonesia adalah penegakan diagnosis. Saat ini sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak berdasarkan sistem skoring. Setelah itu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti sputum (Bakteri Tahan Asam (BTA). Dalam patogenesis TB aktif banyak senyawa kimia dan molekul biologis yang berperan dalam inflamasi sebagai respon terhadap M. tuberculosis yang bereplikasi, salah satunya adalah Interferon Gamma Induced Protein-10 (IP-10). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa IP-10 memiliki potensi sebagai penanda biologis infeksi tuberculosis pada dewasa. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan IP-10 sebagai penanda biologis untuk diagnosis TB pada anak. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan studi diagnostik. Subjek penelitian adalah pasien anak usia ≤ 18 tahun dengan dugaan TB dan belum pernah menjalani pengobatan TB yang diperiksa di RSUD Saiful Anwar Malang serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel yang dihitung berdasarkan simple random sampling adalah 30 subjek dan diambil darahnya untuk diperiksa kadar IP-10 menggunakan metode ELISA. Penelitian telah disetujui oleh komite etik rumah sakit. Data dikelompokkan menjadi 3 variabel yaitu status TB, lokasi TB, dan gen ekspert yang masing-masing mempunyai sub-grup (TB dan non-TB; TB paru dan Tb ekstra paru; gen ekspert positif dan negative). Masing-masing kelompok dilakukan uji statistik yaitu uji normalitas, uji perbedaan kadar IP-10, uji homogenitas, dan uji korelasi setelah itu dilakukan uji diagnostik. Uji statistic dianggap bermakna jika p value < 0,05. Uji diagnostik menggunakan dua metode yaitu metode tabel 2x2 dan ROC. Semua analisis data dilakukan menggunakan software SPSS versi 22. Hasil Penelitian: dari 30 subjek penelitian didapatkan 21 subjek didiagnosis TB dan 9 subjek non-TB; 16 subjek TB paru aktif dan 5 TB ekstra paru; 1 gen ekspert positif dan 29 gen ekspert negative. Rata-rata kadar IP-10 pada studi ini adalah 193,6 pg/ml. Uji T independent variabel status TB didapatkan perbedaan kadar IP- 10 signifikan antar sub-grup (TB vs non-TB). Uji beda pada variabel lokasi TB dan gen ekspert tidak signifikan. Uji korelasi spearman variabel status TB menunjukkan adanya korelasi positif IP-10 dengan TB dengan koefisien korelasi (R) 0,63 dan P value 0,00. Uji diagnostic dengan metode tabel 2x2 menghasilkan sensitifitas dan spesifisitas 86% dan 77% dengan cut-off 237 pg/ml. uji diagnostic dengan metode ROC menghasilkan AUC sebesar 89,9% dengan sensitivitas dan spesifisitas 95% dan 73% dengan cut-off 59,34 pg/ml. Kesimpulan: Ada perbedaan kadar IP-10 yang signifikan antara kelompok TB dan non-TB. Ada korelasi positif kuat antara IP-10 dan TB. Cut-off 59,34 pg/ml pada studi ini menghasilkan sensistifitas dan spesifisitas 95% dan 73% dengan AUC 89,9% yang cukup baik untuk sebuah alat diagnostik

    Association between convalescent plasma and the risk of mortality among patients with COVID-19: a meta-analysis [version 3; peer review: 2 approved]

    Get PDF
    Background: Convalescent plasma (CCP) has been used for treating some infectious diseases; however, the efficacy of CCP in coronavirus disease 2019 (COVID-19) remains controversial. The aim of this research was to assess the efficacy of CCP as an adjunctive treatment in COVID-19 patients. Methods: Embase, PubMed, Web of Science, Cochrane and MedRix were searched for potentially relevant articles. All included papers were assessed for the quality using modified Jadad scale and Newcastle-Ottawa scale for randomized controlled trial (RCT) and non – RCT, respectively. We used a Q test and Egger test to assess the heterogeneity and publication bias among studies, respectively. Mortality rates between patients treated with standard treatment and standard treatment with CCP were compared using a Z test. Results: A total of 12 papers consisting of three cross-sectional studies, one prospective study, five retrospective studies, and three RCT studies were included in our analysis. Of them, a total of 1,937 patients treated with CCP and 3,405 patients without CCP were included. The risk of mortality was 1.92-fold higher in patients without CCP compared to patients treated with CCP (OR: 1.92; 95%CI: 1.33, 2.77; p=0.0005). In severe COVID-19 sub-group analysis, we found that patients without CCP had a 1.32 times higher risk of mortality than those treated with CCP (OR: 1.32; 95%CI: 1.09, 1.60; p=0.0040). Conclusions: CCP, as adjunctive therapy, could reduce the mortality rate among COVID-19 patients
    corecore