10 research outputs found

    PENERAPAN PROGRAM K3 MEMENGARUHI PERILAKU PENGGUNAAN APD DI BAGIAN PENGANTONGAN PUPUK PT. PUSRI PALEMBANG

    Get PDF
    Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani pekerja. Dengan K3 maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Proses penerapan program K3 diterapkan dengan tujuan K3 disuatu perusahaan dapat berjalan dengan efektif, sehingga tercipta suatu keadaan yang aman dan tindakan aman dari pekerja seperti menaati peraturan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). APD merupakan upaya yang dilakukan dalam penerapan program K3 untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Penerapan Program K3 terhadap perilaku Penggunaan APD di PT. Pusri Palembang (Bagian Pengantongan Pupuk). Jenis penelitian observasi analitik dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT. Pusri Palembang bagian pengantongan pupuk. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dengan besar sampel 80 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data didapatkan melalui pengisian kuesioner dan dianalisis secara bivariat. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher didapatkan hubungan yang bermakna antara penerapan program K3 terhadap perilaku penggunaan APD (p value 0,010; OR=6,327). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap perilaku Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Pusri Palembang (Bagian Pengantongan Pupuk)

    Uji Efektifitas Lendir Bekicot (Achatina Fulica) Dibandingkan dengan Povidon Iodine 10% terhadap Penyembuhan Luka Sayat (Vulnus Scissum) pada Mencit (Mus musculus)

    Get PDF
    Bekicot (Achatina fullica) adalah moluska yang hidup hampir di seluruh belahan dunia. Masyarakat pedesaan sering memanfaatkan lendir bekicot sebagai obat luka. Lendir bekicot memiliki senyawa yang diduga berkhasiat sebagai penyembuh luka dan antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan lendir bekicot terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) galur wistar dibandingkan dengan povidon iodine 10%. Desain penelitian eksperimental dengan subjek penelitian 30 ekor mencit (Mus musculus) galur wistar yang diberi luka sayat paha kanan. Subjek dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, K(-) aquades, K(+) povidone iodine 10%, K1 (100%), K2 (75%), K3 (50%). Data diambil adalah waktu penyembuhan luka sayat dan pengamatan makroskopis kriteria Nagaoka. Rata-rata waktu yang dibutuhkan penutupan luka K(-) 9,83 hari, K(+) 6,83 hari, K1 6,5 hari, K2 6 hari dan K 3 6,16 hari. Uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi pada berbagai konsentrasi dengan kelompok povidon iodine 10% dan aquades (p<0,05), Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc menunjukan bahwa berbagai kandungan lendir bekicot mempunyai efek yang sama dengan povidon iodine 10%. Hasil penelitian menunjukan lendir bekicot pada berbagai konsentrasi efektif mempercepat penyembuhan luka sayat dibandingkan aquadest (p<0,05) tetapi tidak berbeda signifikan jika dibandingkan dengan povidone iodine 10%. Kesimpulan, lendir bekicot mampu mempercepat penyembuhan luka sayat pada mencit

    Peran PMO dan Analisis Tingkat Kepatuhan Menelan Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Palembang: Dampak terhadap Kesembuhan

    Get PDF
    Pulmonary tuberculosis (TB) is a chronic infection caused by Mycobacterium tuberculosis, which is one of the top 10 leading causes of death worldwide. Treating pulmonary TB using the DOTS strategy ensures the involvement of a Directly Observed Treatment (DOT) Supervisor, ensuring patient compliance and regular treatment for successful recovery. This study aims to analyze the role of the DOT Supervisor (PMO) in patient compliance and its impact on the recovery of pulmonary TB patients at Merdeka Community Health Center in Palembang. The research was designed as a cross-sectional observational quantitative study, with a sample size of 31 individuals who completed a 6-month treatment and provided complete data. The results of the study revealed that the PMO played a significant role and fulfilled their duties according to the DOTS strategy. The PMO's role was categorized as supportive in 61.3% of cases and non-supportive in 38.7% of cases. The level of compliance in taking medication among pulmonary TB patients was 74.2%, while non-compliance accounted for 25.8%. There was a significant relationship between the PMO's role and patient adherence to medication intake guidelines in pulmonary TB patients at Merdeka Community Health Center, with an R-value of 27.800. In conclusion, the research findings indicate a significant relationship between the PMO's role, medication compliance, and its impact on recovery

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FAKTOR RISIKO HIPERURISEMIA

    Get PDF
    Prevalensi hiperurisemia meningkat dengan cepat pada populasi dunia. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko diantaranya genetik, usia, jenis kelamin, obesitas, asupan makanan, alkohol, komsumsi obat maupun gangguan ginjal. Banyaknya faktor risiko tersebut memerlukan adanya pencegahan hiperurisemia berupa peningkatan pengetahuan masyarakat. Tidak semua faktor risiko yang diketahui oleh masyarakat tentang hiperurisemia sehingga pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia sangat penting dalam mencegah peningkatan prevalensi hiperurisemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2019 dengan populasi adalah masyarakat kelurahan 16 Ulu kota Palembang. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling yang berjumlah 100 orang. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah masyarakat bersedia menjadi responden. Kriteria eklusi adalah yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan pengetahuan masyarakat dinilai dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitas. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan kedua variabel menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan usia dan penyuluhan memiliki hubungan  signifikan terhadap pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia dengan p value 0,015 dan 0,016 (p value0,05). Diharapkan bagi tenaga kesehatan atau instansi kesehatan dapat terus memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama tentang faktor risiko hiperurisemia

    PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MEMPENGARUHI KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DAN LANJUTAN ANAK DI PUSKESMAS PLAJU PALEMBANG

    Get PDF
    Imunisasi berguna untuk meningkatkan kesehatan anak-anak sehingga mengurangi angka morbiditas dan mortalitas anak. Data cakupan imunisasi anak usia 12-13 tahun di Indonesia pada tahun 2013 masih jauh dari target WHO. UCI di Kelurahan Plaju Palembang pada tahun 2015 belum mencapai target 100%. Belum tercapainya target UCI di Kelurahan Plaju Palembang ini perlu dicari tahu apa penyebabnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dan lanjutan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Plaju Palembang dengan besar sampel 52 orang yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang telah divalidasi. Sebagian besar subjek penelitian berusia kurang dari 35 tahun (87,1%), memiliki pendidikan terakhir SMA (48,1%), tidak bekerja (73,1%), memiliki pengetahuan yang baik mengenai pentingnya imunisasi dasar dan lanjutan bagi anak (55,8%), dan sikap yang positif mengenai pentingnya imunisasi dasar dan lanjutan bagi anak (73,1%). Hasil uji chi square antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi memperoleh nilai p 0,000 dan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi memperoleh nilai p 0,010. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu mengenai pentingnya imunisasi bagi anak dengan kelengkapan imunisasi dasar dan lanjutan anak

    AKSI PEMBERDAYAAN DAN EDUKASI SECANTING (SEMANGAT CEGAH STUNTING) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 4 ULU PALEMBANG

    Get PDF
    Stunting is a condition of growth failure in children due to malnutrition for a very long time. The prevalence of stunting in South Sumatra reached 28.98%. Interventions that need to be done to reduce the prevalence start from the first 8000 days of life starting (HPK) from toddlers to adolescents. The purpose of this activity was to increase knowledge and improve the health of mothers, toddlers and adolescents so as to reduce the prevalence of stunting. The targets of this activity were mothers who have stunted toddlers, stunted toddlers and adolescent girls in the working area of Puskesmas 4 Ulu Palembang. The methods used were anthropometric measurements on toddlers and adolescents, haemoglobin measurements on adolescents, SECANTING education using snakes and ladders game media and crossword puzzles. Evaluation of the activity was carried out by giving a pretest-posttest questionnaire. The service team involved were the lecturers of FK UMPalembang, UMPalembang’s cross-program students and the PERMAHUM Organisation of South Sumatera. The results of this activity were that participants understood the efforts of providing high protein supplementary food for toddlers and preventing anaemia in adolescent girls as a form of stunting prevention. Suggestions that can be given are to conduct stunting education routinely to reduce the prevalence of stunting and improve the health status of the Indonesian people. &nbsp; Abstrak Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang sangat lama. Prevalensi stunting di Sumatera Selatan mencapai 28.98%. intervensi yang perlu dilakukan untuk menurukan prevalensi tersebut dimulai dari 8000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari balita hingga remaja. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan kesehatan ibu, balita dan remaja sehingga dapat menurunkan prevalensi stunting. Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu yang memiliki balita stunting, balita stunting dan remaja putri di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang. Metode yang dilakukan adalah pengukuran antropometri pada balita dan remaja, pengukuran hemoglobin pada remaja, edukasi SECANTING menggunakan media permainan ular tangga dan teka-teki silang. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pemeberian kuesioner pretest-posttest. Tim pengabdian yang dilibatkan adalah dosen FK UMPalembang, mahasiswa lintas prodi UMPalembang dan Organisasi PERMAHUM Sumatera Selatan. Hasil dari kegiatan ini adalah peserta memahami upaya pemberian makanan tambahan tinggi protein bagi balita dan pencegahan anemia pada remaja putri sebagai bentuk pencegahan stunting. Saran yang dapat diberikan adalah melakukan edukasi stunting secara rutin untuk menurunkan prevalensi stunting dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesi

    HUBUNGAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP STRES PADA TENAGA KESEHATAN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI RSUD KAYU AGUNG

    Get PDF
    Sebagai garis terdepan dalam melakukan tanggap darurat COVID-19, tenaga kesehatan dapat mengalami peningkatan stres yang berasal dari situasi kerja yang tidak pasti, serta akibat penerapan langkah K3 yang ketat dalam melakukan pencegahan penularan misalnya dengan menggunakan APD yang berat, menerapkan isolasi fisik dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan sistem manajemen K3 terhadap stres pada tenaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19 di RSUD Kayu Agung. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik desain cross sectional dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Sampel penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 97 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi. Hasil uji statistik didapatkan hubungan penerapan sistem manajemen K3 terhadap stres pada tenaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19 P value 0,005 (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan penerapan sistem manajemen K3 terhadap stres pada tenaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19 di RSUD Kayu Agung

    Analisis Hubungan Usia, Masa kerja dan Pengetahuan terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

    Get PDF
    Workers are human resources who have a very influential and significant role in carrying out the production process, especially manual activities. The production process in a workplace still requires manual human handling in the process of work, but humans have abilities and limitations both physically and non-physically that are often related to musculoskeletal. The health problem that occupies the first position associated with the job is Musculoskeletal Disorders. Method: The design of the study used in this study is to use a cross-sectional approach. Result: Data in analysis with statistical tests using chi-square test. showed the result of p-value=0.035 for age relationships and Musculoskeletal Disorders (MSDs) complaints); p-value= 0.013for working period relationship Of Work Ergonomics Knowledge Against Complaints; p-value=0.000 for working period relationship of Work Ergonomics Knowledge Against Complaints. Conclusion: Research conducted on freelance daily workers of Palembang Public Works and Spatial Planning Office shows that there is a relationship between age, working period, and ergonomic knowledge of Musculoskeletal Disorders (MSDs) complaints.

    Drivers of and Barriers to COVID-19 Vaccine Booster Dose Acceptance in Indonesia

    No full text
    Obtaining a booster dose of coronavirus disease 2019 (COVID-19) vaccine is required to maintain the protective level of neutralizing antibodies and therefore herd immunity in the community, and the success of booster dose programs depends on public acceptance. The aim of this study was to determine the acceptance of a booster dose of COVID-19 vaccine and its drivers and barriers in Indonesia. A cross-sectional survey was conducted in the provinces of Indonesia between 1 and 15 August 2022. Individuals who completed the primary series of the COVID-19 vaccine were asked about their acceptance of a booster dose. Those who refused the booster dose were questioned about their reasons. A logistic regression was used to determine the determinants associated with rejection of a booster dose of COVID-19 vaccine. A total of 2935 respondents were included in the final analysis. With no information on the efficacy and safety of the COVID-19 vaccine, 95% of respondents agreed to receive a booster dose if it were provided for free by the government. This acceptance was reduced to only 50.3% if the vaccine had a 75% efficacy with a 20% chance of side effects. The adjusted logistic regression analysis indicated that there were eight factors associated with the rejection of the booster dose: age, marital status, religion, occupation, type of the first two vaccines received, knowledge regarding the importance of the booster dose, belief that natural immunity is sufficient to prevent COVID-19 and disbelief in the effectiveness of the booster dose. In conclusion, the hesitancy toward booster doses in Indonesia is influenced by some intrinsic factors such as lack of knowledge on the benefits of the booster dose, worries regarding the unexpected side effects and concerns about the halal status of the provided vaccines and extrinsic determinants such as the effectiveness and safety of the vaccine. These findings suggest the need for more campaigns and promotions regarding the booster dose benefits to increase its acceptance

    Willingness to Pay (WTP) for COVID-19 Vaccine Booster Dose and Its Determinants in Indonesia

    No full text
    Willingness to pay (WTP) for booster doses of coronavirus disease 2019 (COVID-19) vaccines is an under studied research topic. Therefore, the current study aimed to investigate the WTP for the booster doses of COVID-19 vaccines and its predictors in Indonesia using an online survey distributed all over the provinces of this low-middle-income country. The WTP was evaluated using a basic dichotomous contingent valuation approach, and its associated determinants were evaluated using a linear regression model. Out of 2935 responders, 66.2% (1942/2935) were willing to pay for a booster dose of the COVID-19 vaccine. The majority of respondents (63.5%) were willing to pay within a price range of 100,000&ndash;500,000 Indonesian rupiah (IDR), i.e., USD 6.71&ndash;33.57. Being older than 40 years, having a higher educational level, having a higher income, knowing and understanding that booster doses were important, and having a vaccine status that is certified halal (permissible in Islamic law), were all associated with a higher WTP for the booster dose of COVID-19 vaccines. The study findings imply that the WTP for a booster dose of COVID-19 vaccination in Indonesia is lower compared to acceptance of vaccines provided free of charge. This WTP data can be utilized to develop a pricing scheme for the booster doses of COVID-19 vaccination in the country with potential benefits in other low-income countries. The government may be required to provide subsidies for the herd immunity vaccination process to proceed as anticipated. Furthermore, the public community must be educated on the importance of vaccination as well as the fact that the COVID-19 epidemic is far from being over
    corecore