5 research outputs found
ANALISIS PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PASKA PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA BESI TUANG KELABU
Besi tuang kelabu banyak digunakan pada meja mesin seperti mesin bor, mesin Miling, Mesin Bubut, surface grinding karena mempunyai sifat-sifat antara lain dapat meredam getaran yang sangat baik ( kapasitas peredamnya tinggi), tahan panas, tahan korosi, mudah dalam pengecoran karena memiliki titik lebur yang rendah, mudah untuk dikerjakan di mesin, mudah didapat dengan harga yang relatif murah. Salah satu proses pengelasan yang dapat dilakukan pada besi tuang kelabu adalah proses pengelasan dengan elektroda terbungkus atau SMAW (Shield Metal Arc Welding) dengan menggunakan arus searah DC dan menggunakan elektroda jenis DFC NiFE atau NiFE-C1. Hal yang paling memungkinkan akibat dari proses pengelasan besi tuang (Cast Iron) adalah terjadinya retak las dimana hal ini disebabkan karena pembekuan yang terlalu cepat, tegangan penyusutan yang terlalu tinggi, prosedur pengelasan yang salah dan penggunaan elektroda yang tidak sesuai. Tegangan penyusutan dalam pengelasan yang terjadi karena timbulnya lonjakan tegangan yang lebih besar yang disebabkan oleh perubahan sifat-sifat bahan pada sambungan terutama pada daerah terpengaruh panas HAZ (heat Affected Zone). Untuk mengetahui sejaumana pengaruh pemanasan paska pengelasan terhadap sifat mekanik pada specimen besi tuang kelabu dengan melakuka pengujian tarik dan pengujian kekerasan.Specimen uji besi tuang kelabu setelah dilakukan penyambungan dengan proses pengelasan mempunyai sifat mekanik kekeras 0,24%an lebih besar dari row material .Specimen uji besi tuang kelabu mengalami peningkatan kekerasan yang cukup siknifikan sebesar 36,75 % yaitu dari 89,16 HR menjadi 140,974 HB dengan proses heat treatment pada temperatur 730°C dan ditahan selama 60 menit .Specimen uji tanpa perlakuan panas heat treatment terjadi peningkatan kekuatan tarik sebesar 8,67% yaitu 90,87 N/mm² untuk specimen uji yang di heat treatment dengan pendinginan udara dan 98,73% untuk specimen yang dilakukan penyambungan dengan pengelasa
Prototipe dengan Sistem IoT Pada Pengaturan Suhu dan Kelembaban Pada Permentasi Tempe
This research aims to design an IoT-based prototype for temperature and humidity control to enhance the productivity of tempe fermentation. The prototype utilizes the WeMos D1 R2 microcontroller, processing data from the temperature sensor (DHT11) and RTC DS3231 to control a DC fan and heater. The Blynk application enables remote monitoring and management of temperature and humidity. Research results indicate stable temperature (30°C–37°C) and humidity (60–70 RH). The prototype demonstrates effectiveness in controlling tempe fermentation conditions and is suitable for implementation.
RANCANG BANGUN PROTOTYPE PRESS TOOL PEMOTONG SIDE RUBBER SEBAGAI KOMPONEN CHUTE DENGAN SISTEM HIDROLIK
Press tool adalah alat bantu yang digunakan untuk membentuk/memotong produk dari bahan dasar lembaran yang pengoperasiannya menggunakan mesin press. Pada saat ini, proses pemotongan side rubber yang ada di lapangan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga kerja untuk melakukan pengukuran, pengeplongan dan pemotongan dari rubber sheet. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa gaya potong maksimum dari press tool yang dihasilkan sebesar 6646,53 kgf dan power hidrolik yang digunakan sebesar 8357,9 kgf. Kapasitas produksi dari press tool yaitu dapat menghasilkan 1 pola dalam waktu 40,8 detik atau sekitar 88 pola side rubber dalam waktu 1 jam. Ukuran pola side rubber yang dihasilkan dengan pengerjaan menggunakan alat bantu press tool lebih presisi dibandingkan dengan pengerjaan manual. Analisa kontrol kualitas dari side rubber dilakukan dengan menggunakan statistik, dimana didapatkan bahwa nilai pengukuran panjang dan tinggi yang dihasilkan dari pengujia masih berada diantara nilai Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah sehingga hasil pengerjaan masih bisa dianggap baik dan mesin dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya
Micro Hydro Electric Power Plant (MHEP) Prototype A Study Of The Effect Of Blade Numbers Toward Turbine Rotational Velocity
Micro hydro electric power plant (MEPP) prototype is a small scale power plant
(less than 100 kW) that utilizes height difference and water discharge per second. Prototype
consists of a water pump, where capacity of 41 liter per minute serving as turbine driving force
channelled through a nozzle, with a 40 liter water reservoir, and the water flow rate controller
is a gate valve. The results show that at blade counts of 4,8,12, and 16, and with water
discharge at 40 l/s, 35 l/s, 30l /s, and 25 l/s, with nozzle shooting angle of 50 ° , the turbine
rotational velocities are 310 rpm, 639 rpm, 655.5 rpm, and 691.3 rpm respectively.
Furthermore, at water discharge of 35 l/s, the velocities are 293.3 rpm, 375,3 rpm, 412.7 rpm,
446.2 rpm, and at water discharge of 30 l/s, they are 240.3 Rpm, 395.0 rpm, 430.5 rpm, 445.2
Rpm. Moreover, at water discharge 25 of l/s, the speeds are 285.5 rpm, 330.5 rpm, 426.0 rpm,
431.1 rpm. It is concluded that the higher the water discharge rate, the greater the number of
rotation, and it is also concluded that shooting angle has a significant effects on pelton turbine
rotation and power