4 research outputs found
Gastroesophageal Reflux: Are There Differences of Characteristic in Infants and Children
Background: Gastroesophageal reflux (GER) is an involuntary passage of gastric contents into the esophagus. GER in infancy is usually a physiologic reflux whereas GER in children more than 12 months old is often considered as a pathologic reflux although without any clinical complications. This consideration may lead over-treatment of GER in children. The objective of this study was to find out the difference of GER characteristic in ‘healthy' infants and children. Method: Cross sectional study in children age 0-36 months at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta during 2005-2007 with inclusion criteria: clinically healthy, regurgitations/vomits ³ 4 times/day, well nourished and other etiologies of vomiting had been excluded. The characteristic of GER was evaluated by esophageal pH monitoring (pH-metri) included number of reflux episodes, reflux duration > 5 minutes, and reflux index. Results: Sixty children were enrolled in the study; consisting 30 infants (age 0-12 months) and 30 children (age 13-36 months). The median number of reflux in infants was 18 ( range1-19), whereas the median in children was 17 (range 3-27) ( p = 0.47). The median number of reflux > 5 minutes was 2 (range 0-2), whereas the median in children was 3 (0-30) (p = 0.85). The median reflux index in infants was 4.5% (range 0.6%-22.9%) whereas the median in children was 6.35% (0.1%-87.%) (p = 0.34). Conclusion: The characteristic of GER in ‘healthy' infants and children were not significantly different; however reflux index > 5% (pathologic GER) was seen in children age 13-36 months. Clinical course monitoring are important in infants and children with GER
Profil Status Imunisasi Dasar Balita di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Latar belakang. Vaksinasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang paling efektif. Di
Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo
(IKA RSCM), masih ditemukan pasien dengan imunisasi dasarnya tidak lengkap.
Tujuan Penelitian. Mengetahui status imunisasi dasar, penyebab imunisasi tidak lengkap, serta cakupan
imunisasi.
Metode. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan studi seksi silang dilakukan di Poliklinik Umum
Departemen IKA RSCM selama kurun waktu 8 minggu (Mei-Juli 2006) pada semua pasien anak balita.
Sampel diambil secara consecutive sampling. Data penelitian dikumpulkan dan diolah dengan program Excell.
Hasil. Persentase cakupan imunisasi pada 84 anak yang diteliti untuk masing-masing jenis vaksin adalah BCG
97,6%, DPT1 97,6%, DPT 2 90,5%, DPT3 78,6%, polio 1 100%, polio 2 97,6%, polio 3 92,9%, polio 4
90,5 %, hepatitis B 1 95,2%, hepatitis B2 88,1% ,hepatitis B3 78,6% dan campak 76,2%. Alasan orang tua
tersering untuk tidak melengkapi imunisasi anaknya adalah anak sering sakit (20 orang), ibu cemas/takut (4
orang), tidak tahu (2 orang), sibuk (2 orang), lupa (2 orang), sering pindah rumah (2 orang).
Kesimpulan. Status imunisasi dasar lengkap 66,7% diantara 84 pasien anak balita di Poliklinik Umum
IKA-RSCM pada bulan Mei-Juli 2006. Cakupan jenis imunisasi yang masih di bawah 90% adalah campak,
Hepatitis B 3, DPT 3, dan Hepatitis B 2. Alasan orang tua tersering untuk tidak melengkapi imunisasi
adalah anak sering sakit. Tempat imunisasi dan tenaga medis yang paling banyak dipilih adalah praktek
bidan dan Puskesmas (perawat
Profil Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Latar belakang. Angka morbiditas dan mortalitas sepsis neonatorum (SN) masih tinggi. Pemberian antibiotik
sesuai dengan hasil kultur diperlukan untuk mencegah resistensi kuman terhadap antibiotik.
Tujuan. Mengetahui profil mikroorganisme penyebab SN serta sensitivitasnya terhadap antibiotik di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IKA-RSCM) Jakarta
Metode. Studi potong lintang, dilakukan di ruang rawat Divisi Perinatologi Departemen IKA, pada Desember
2006 - Juli 2007, pada neonatus tersangka sepsis untuk pertama kalinya, belum pernah mendapat antibiotik
sebelumnya, tidak terdapat kelainan kongenital mayor dan mendapat persetujuan dari orang tua.
Hasil. Terdapat 334 kasus tersangka SN, 102 kasus di antaranya memenuhi kriteria inklusi dan dapat
dianalisis. Empat puluh dua kasus (41,2%) memiliki biakan darah positif. Mikroorganisme penyebab SN
terbanyak adalah bakteri gram negatif seperti Acinetobacter calcoaceticus, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas
sp dan Eschericia coli. Bakteri gram negatif mempunyai sensitivitas yang rendah terhadap antibiotik lini
pertama dan kedua, kecuali Enterobacter aerogenes yang masih sensitif terhadap gentamisin dan Pseudomonas
yang masih sensitif terhadap seftazidim. Sensitivitas bakteri gram positif dan negatif umumnya masih sangat
baik terhadap meropenem. Sensitivitas bakteri gram negatif cukup baik terhadap imipenem namun bakteri
gram positif kurang sensitif terhadap imipenem.
Kesimpulan. Etiologi SN umumnya adalah bakteri gram negatif dengan isolat terbanyak Acinetobacter
calcoaceticus. Umumnya bakteri gram negatif mempunyai sensitivitas yang rendah terhadap antibiotik lini
pertama dan kedua, kecuali Enterobacter aerogenes yang masih sensitif terhadap gentamisin dan Pseudomonas
terhadap seftazidim
A young girl with suspected encephalitis caused by avian influenza A (H5N1) infection in Indonesia
A previously healthy two-year-old girl was admitted to the Emergency Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) Jakarta, on March 23, 2006 with a deterioration of consciousness since four days before admission. She was referred by a district hospital with a working diagnosis of suspect encephalitis, gastroenteritis, and febrile convulsion. History taken from her parents revealed that since eight days before admission she had a mild fever and cough, without rhinorrhea. Her appetite, defecation and urination were normal. Patient was taken to a clinic, where she was diagnosed as having an upper respiratory tract infection, and was given three kinds of medicine (i.e., antipyretic, expectorant and antibiotic)