52 research outputs found
Life Cycle Assessment Emisi ke Udara pada Proses Pembakaran di Kiln PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
Besarnya kapasitas produksi PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban yakni lima belas juta ton/tahun, berpotensi menimbulkan peningkatan dampak khususnya pencemaran udara seperti emisi gas (CO2, CO, SO2, NOx, Hg) dan partikel debu. Proses yang menjadi penyebab utama pencemaran udara adalah proses pembakaran di kiln. Upaya untuk meminimasi dampak pencemaran udara perlu dilakukan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan. Life Cycle Assessment (LCA) yang sesuai dengan standar ISO 14040 digunakan untuk mengidentifikasi dampak pencemaran udara dengan pendekatan gate to gate. Metode yang digunakan adalah Environmental Design of Industrial Products (EDIP) 2003 karena sesuai dengan goal and scope penelitian. Berdasarkan analisa dan perhitungan SimaPro diperoleh nilai kontribusi total sebesar 1,38 GPt pada proses pembakaran di kiln. Kategori dampak acidification merupakan kontributor terbesar dari total dampak terhadap lingkungan dengan nilai 0,682 GPt. Analisis perbaikan dilakukan dengan melakukan komparasi bahan bakar dengan alternative fuel dan memproduksi semen dengan rasio klinker rendah
Perancangan Bag Filter pada Ruang Packing Industri Tepung Terigu
Ruang packing pada industri tepung terigu memiliki potensi tingkat pencemar partikulat yang tinggi dimanadebu dari kegiatan packing tepung berterbangan sehingga alat penangkap debu dan partikulat sangatdibutuhkan, debu hasil packing ini tidak memiliki efek khusus tetapi dikhawatirkan dapat menyebabkaninfeksi saluran penafasan pada pekerja yang terpapar oleh debu tersebut, penelitian ini bertujuan untukmerancang sistem pengendali pencemar partikulat menggunakan alat bag house atau juga bisa disebut bagfilter dimana udara yang mengandung debu di dorong menuju kain yang berfungsi menahan debu tersebutdan udara bersih lolos, pada perencanaan ini terdapat beberapa tahapan dalam melakukan perencanaan baghouse tersebut yaitu dimulai dari tahap perencanaan hood dan laju hisapnya, lalu menghitung diameter pipaduct utama dan duct cabang yang digunakan, menghitung air cleaner bag filter, menghitung filter lenght,menghitung jumlah bag filter. Berdasarkan analisa dan perhitungan didapatkan hasil hood yang digunakantipe plain multiple slot opening 2 dengan panjang x lebar x tinggi. 1.6m x 0.5m x tinggi 0,8 dan Q yangdihisap 12.99 m3/s dengan 3 hood dalam 1 ruangan, diameter pipa untuk duct utama sebesar 0.92m dan pipacabang 0.5m. Perhitungan bag filter didapatkan 110 bag filter dengan dimensi 3 x 0.15 m dan jarak antar titik0.254 m
Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi Penyimpanan Data Limbah B3 Menggunakan Metode Personal Extreme Programming (PXP) di Industri Asam Fosfat
Pelaporan limbah B3 dan penyimpanan limbah B3 pada industri asam fosfat menggunakan metode pelaporan yang manual. Data limbah B3 dicatat dan diolah menggunakan Microsoft Excel, hal tersebut juga terjadi pada manajemen manifest dan pewadahan. Sistem informasi memiliki keunggulan mudah digunakan serta fleksibel, sehingga proses manajemen limbah B3 hanya dilakukan input data dan data akan otomatis diolah sistem. Metode yang digunakan untuk membuat sistem informasi penyimpanan limbah B3 di industri asam fosfat menggunakan Personal Extreme Programming karena metode ini lebih fleksibel serta cocok dikerjakan oleh tim kecil ataupun individu. Metode ini memiliki tahapan yaitu Requirements, Planning, Iteration dan Initialization, Design, Implementation, System Testing, Restrospective, dan Publikasi. Pembuatan sistem informasi penyimpanan limbah B3 data limbah diolah dalam database berbasis MYSQL dan sistem informasi ini dibangun menggunakan framework codeigniter. Sistem informasi penyimpanan limbah B3 memiliki fitur notifikasi, pelabelan, penyimbolan wadah, data statistik limbah B3, pelaporan dan back-up manifest limbah B3. Fitur pelaporan untuk logbook limbah B3 dan neraca massa limbah B3 mengacu pada format MENLHK dengan hasil berkas berupa laporan dengan format PDF dan XLS. Sistem informasi penyimpanan limbah B3 berfungsi memudahkan SHE industri asam fosfat dalam manajemen limbah B3
Perancangan Ulang Bag Filter di Industri Peleburan Baja
Peleburan baja menghasilkan limbah debu dan asap yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan mahluk hidup. Kegiatan yang menghasilkan limbah diharuskan memiliki pengolahan limbah sebelum di buang langsung ke lingkungan. Perancangan ulang bag filter dilakukan karena bag filter yang terpasang belum bisa mengolah limbah partikulat secara maksimal, hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran konsentrasi partikel yang melebihi baku mutu yaitu sebesar 193,162 mg/m3. Perancangan ulang bag filter terdiri dari pengukuran kadar konsentrasi partikulat di area arc furnace menggunakan HVAS (High Volume Air Sampler) dan metode gravimetri , pengukuran ukuran partikulat menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy), analisa data dengan membandingkan fisik dan performa antara bag filter lama dan bag filter baru. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar konsentrasi partikulat limbah peleburan baja sebesar 193,162 mg/m3 dan ukuran partikulat paling kecil sebesar 1,845 ðœ‡m. Dimensi bag filter baru sebesar 7,7 m x 4,9 m x 13,73 m dengan diameter duct 152,4 cm. Bag filter baru dirancang dengan efisiensi lebih besar dari bag filter lama yaitu sebesar 99,8% sedangkan bag filter lama 60,12%
Penurunan Kadar Minyak dan Lemak Industri Bir dan Minuman Ringan dengan Dissolved Air Flotation
Setiap industri yang menghasilkan limbah cair diwajibkan memiliki IPAL dan IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair) yang berdasarkan pada PP no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kuantitas air dan pengendalian pencemaran, KepMen LH No.111 Tahun 2003 tentang pedoman mengenai syarat tata cara perizinan serta pedoman kajian pembuangan buih air limbah ke air atau sumber air. Salah satu parameter yang terdapat pada IPLC adalah minyak dan lemak. Hasil pengamatan fisik di lapangan dan pada unit fish pond didapatkan hasil kadar minyak dan lemak sebesar 20 mg/L. Penelitian ini menerapkan teknologi DAF (Dissolved Air Flotation) sebagai pre - treatment dengan cara sistem flotasi udara sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut. Hasil perhitungan diperoleh dimensi untuk tangki saturasi (L= 222 mm x D = 148,3 mm), zona kontak (100 mm x 400 mm x 500 mm), zona separasi (700 mm x 400 mm x 700 mm) dan zona sedimentasi (A1= 400 mm x 600 mm , A2= 200 mm x 100 mm, H= 300 mm). Hasil pengujian prototype DAF pada tekanan 4 bar mampu menurunkan konsentrasi beban pencemar minyak dan lemak dari 254,7 mg/L menjadi 1,6 mg/L dengan efisiensi 99,4% dan telah memenuhi baku mutu IPLC industri bir dan minuman ringan yaitu 1,79 mg/L
Perancangan Bag Filter pada Unit Rawmill di Industri Semen
Dust collector berupa Electrostatic Precipitator (EP) dipasang setelah proses penggilingan bahan baku semen yakni pada unit rawmill sebagai pemisah partikulat semen dengan gas yang akan dibuang ke lingkungan. Bertambahnya kapasitas produksi dan masa pakai membuat EP kerap mengalami penurunan kualitas alat. Ketika kualitas alat menurun maka sistem operasi akan mati serta debu tidak akan tertangkap oleh EP. Konsentrasi partikulat tertinggi yang terekam oleh continuous emission monitoring system (CEMS) yang terpasang pada cerobong keluaran EP mencapai 208,2 mg/Nm3 nilai tersebut telah melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam PERMENLHK No. P.19 Tahun 2017 yakni sebesar 70 mg/Nm3. Oleh karena permasalahan tersebut maka diperlukan dust collector pengganti dengan kemampuan yang setara yakni bag filter. Perencanaan bag filter membutuhkan data konsentrasi partikulat yang diukur menggunakan metode gravimetri. Desain bag filter terdiri dari perhitungan diameter duct, perhitungan daya blower perhitungan filter length, penentuan jenis kain filter serta perhitungan jumlah bag. Berdasarkan analisa, partikulat yang akan diolah memiliki konsentrasi sebesar 10,18 g/m3 dan perhitungan nilai diameter pipa sebesar 1,376 m, daya blower masing –masing sebesar 114,404 HP dan 152,536 HP, filter length 2,9 m dan jenis kain fiberglass serta jumlah filter 546 buah
Analisis Daur Hidup pada Kegiatan Produksi Iodium
Menurut pusat data dan teknologi informasi ESDM pada tahun 2016 kategori industri manufaktur dan konstruksi menyumbang emisi (GRK) sebesar 76.257 Gg CO2 eq. Dimana industri pengolahan iodium merupakan termasuk dalam industri manufaktur di Indonesia. Peningkatan dampak lingkungan dari kegiatan perindustrian menjadi latar belakang peraturan mengenai lingkungan semakin ketat, salah satunya yaitu Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Sehingga perlu dilakukan identifikasi dampak lingkungan dari aktivitas produksi dalam suatu industri, salah satu metode yang digunakan yaitu metode Life Cycle Asessment (LCA). Analisis dampak dilakukan menggunakan metode Impact 2002+. Metode ini merupakan gabungan antara metode dengan pendekatan midpoint dan endpoint terhadap dampak kerusakan. Tahapan yang dilakukan dalam analisis LCA, yaitu goal dan scope, life cycle inventory, life cycle impact assessment dengan menggunakan sofware SimaPro 8.5.2, dan data interpretation. Hasil analisis kontribusi dampak terhadap lingkungan diperoleh nilai kontribusi total dampak respiratory inorganics yaitu 35,3 Pt. Kategori, terrestrial acid/nutri sebesar 1,13 Pt, dan global warming sebesar 22,8 Pt. Interpretasi data hasil analisis LCA berupa analisis perbaikan dan rekomendasi berdasarkan aksi mitigasi yang akan dilakukan. Aksi mitigasi dilakukan melalui pembuatan alternatif sebagai supply energi untuk mengurangi penggunaan listrik dan penggunaan biomassa/biogas sebagai pengganti bahan bakar fosil
Model Dispersi Emisi SO2 dari Cerobong Sub-Pabrik Asam Sulfat Industri Asam Fosfat Menggunakan Metode Gaussian
Kegiatan operasional sub-pabrik asam sulfat industri asam fosfat menghasilkan emisi dominan SO2. Pada subpabrik asam sulfat terdapat unit SO2 Conversion yang berfungsi mengkonversi SO2 menjadi SO3 dengan bantuan katalis V2O5. Pada kondisi lapangan katalis dapat mengalami yang menyebabkan penurunan kualitas produk serta emisi gas buang SO2. Apabila kadar SO2 yang dihasilkan oleh industri asam fosfat melebihi baku mutu maka akan menyebabkan ISPA. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa pola sebaran emisi SO2. Pemodelan emisi SO2 menggunakan metode Gaussian dilakukan dengan software Surfer. Dispersi emisi SO2pada musim hujan tersebar ke arah barat darisumber emisi, sedangkan pada musim kemarau emisi SO2 tersebar ke arah timur dari sumber emisi. Konsentrasi emisiSO2 maksimum pada musim hujan sebesar 126,597 ?g/m3 yangterletak pada koordinat 680768,19 E; 9210461,95 S. Pada musim kemarau konsentrasi emisi SO2 maksimum sebesar 32,331 ?g/m3 yang terletak pada koordinat 680768,19 E; 9210461,95 S
Identifikasi Sumber Emisi dan Estimasi Beban Emisi Menggunakan Metode Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan Atmospheric Brown Cloud (ABC) Emission Inventory
Pencemaran udara merupakan masalah utama yang terjadi pada lingkungan yang berdampak terhadap penurunan kualitas udara. Salah satu sumber pencemar udara berasal dari industri kimia. Aktivitas produksi industri kimia meghasilkan hasil samping berupa limbah. Salah satu limbah yang dihasilkan yaitu limbah gas yang berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan emisi konvensional. Inventarisasi sumber dan emisinya merupakan salah satu cara untuk mendapatkan mengenai tingkat emisi maupun status emisi pada periode tertentu. Tujuan penelitian ini untuk melakukan identifikasi sumber emisi dan menentukan besarnya beban emisi GRK dan emisi konvensional di industri kimia pada sektor energi dan sektor industri. Penelitian ini mengacu pada PermenLHK Nomor 17 Tahun 2019 untuk identifikasi sumber emisi dan perhitungan beban emisi mengacu IPCC Guideline dan Atmospheric Brown Clouds (ABC) Emission Inventory Manual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber emisi di industri kimia dari sektor energi yaitu sumber bahan bakar dan transportasi, sektor industri yaitu air drying SO3 absorption, steam turbine generator, dan cerobong SA plant. Beban emisi total didapatkan setiap parameter yaitu CO2 sebesar 7.974.580 Ton/Tahun, CH4 sebesar 6.963.702 Ton/Tahun, N2O sebesar 20.891.107 Ton/Tahun, SOx sebesar 6.147.870 Ton/Tahun, NOx sebesar 3,0580 Ton/Tahun, CO sebesar 0,8062 Ton/Tahun, dan PM sebesar 0,000244 Ton/Tahun
Studi Perbaikan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 Sesuai Dengan Limbah Yang Dihasilkan Dan Peraturan Terbaru Di PT. X
PT.X adalah perusahaan yang bergerak dibidang pemurnian minyak mentah, kapasitas produksi yang dihasilkan 32.000 BOPD. PT.X menghasilkan jenis limbah B3 yaitu: water waste, chemical waste, oil waste, empty drum waste, solid waste dan sulfatreat waste. PT. X memiliki TPS Limbah B3 yang belum sesuai dengan aturan, karena itu akan dilakukan studi perbaikan TPS Limbah B3. Studi peningkatan TPS limbah B3 diawali dengan pengambilan data limbah B3. Pengolahan data berupa evaluasi dan perancangan ulang sesuai dengan PP 101 tahun 2014, diantaranya adalah: pengemasan, pencahayaan, ventilasi, APAR, bak penampung, tata letak dan housekeeping. Sesuai hasil studi didapatkan kebutuhan penerangan pada TPS sebanyak 20 lampu (lampu pijar 300W). Total luas bukaan (ventilasi) yang dibutuhkan adalah 14,01m2. Jumlah kebutuhan APAR yaitu 3 buah. Volume bak penampungan pada setiap ruangan limbah cair yaitu 17m2 untuk water waste room, 3,88m2 untuk chemical waste room dan 4,09m2 untuk oil waste room. Housekeeping TPS perlu dilakukan untuk mengelola tempat kerja menjadi lebih baik lagi
- …