5 research outputs found

    Perbandingan Metode Isolasi DNA Terhadap Nilai Kemurnian DNA untuk Pengujian White Spot Syndrom Virus (WSSV) pada Lobster Bambu (Panulirus versicolor)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam memperoleh konsentrasi dan kemurnian DNA serta efisiensi waktu pengerjaan isolasi DNA dengan perbandingan beberapa metode isolasi DNA dalam pengujian WSSV. Adapun manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi yang digunakan sebagai referensi dalam pemilihan metode yang efektif dan efisien serta memberikan hasil yang valid pada kegiatan isolasi DNA.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Uji Stasiun KIPM Luwuk Banggai, pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2019. Parameter yang digunakan adalah nilai kemurnian DNA dan nilai konsentrasi DNA hasil isolasi yang diperoleh dari analisis spektrofotometri dan analisis elektroforesis serta efisiensi waktu pengerjaan. Sampel yang digunakan adalah jaringan insang lobster bambu. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Dimana perlakuan A (Lysis Buffer),perlakuan B (Wizard genomic DNA purification) dan perlakuan C (DNAzol). Untuk menentukan perbedaan metode isolasi dilakukan uji analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Lysis buffer sangat berbeda nyata dengan metode DNAzol. Hasil isolasi dengan menggunakan metode Lysis Buffer memiliki nilai kemurnian yang tertinggi (2,0) dan nilai konsentrasi tertinggi yaitu 56,05 µg/ml, dengan waktu pengerjaan yang sangat singkat (± 40 menit). Namun konsentrasi DNA dengan metode DNAzol menunjukkan nilai kemurnian yang rendah (1,5-1,6) dan nilai konsentrasi rendah (13,55-13,75 µg/ml) dengan waktu pengerjaan yang singkat (± 50 menit).Kata kunci:WSSV, isolasi DNA, kemurnian DNA, Panulirus versicolo

    Inventarisasi dan Identifikasi Parasit Yang Menginfeksi Ikan Gobi (Sicyopus zosterophorum) dan Ikan Lentipes (Lentipes mekonggaensis) yang Didapat dari Sungai Koyoan, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Ikan gobi (Sicyopus zosterophorum) dan ikan Lentipes (Lentipes mekonggaensis) merupakan ikan hias air yang termasuk ikan native di Sungai Koyoan, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Penyebaran ikan ini sangat terbatas, sehingga keberadaannya harus dijaga terutama dari serangan penyakit akibat infeksi parasit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis parasit yang menginfeksi ikan gobi dari Sungai Koyoan dipelihara di dalam akuarium berukuran 70 cm x 40 cm x 40 cm,dasar bebatuan, pasir dan lumut dengan sistem aliran air stagnan. Jumlah ikan yang dipelihara sebanyak 50 ekor, masing-masing jenis ikan sebanyak 25 ekor. Ukuran ikan gobi berkisar antara 3,3-6,25cm TL dan ikan lentipes berkisar antara 4,8-6,1 cm TL. Ikan ini diberi pakan cacing tubifex hidup atau tubifex kering setiap pagi dan sore hari. Sampling ikan dilakukan secara unrandom yaitu setiap ada kejadian ikan sakit. Gejala klinis ikan sakit adalah ikan menempel di dinding kaca dekat permukaan, gerakannya lambat dan mudah ditangkap, produksi lendir berlebihan, nafsu makan berkurang, lebih banyak diam serta responnya lambat. Pengamatan parasit dilakukan untuk ektoparasit maupun endoparasit. Jenis parasit yang ditemukan adalah spesies Lernaea sp dan parasit yang termasuk dalam filum Achanthocephala.Kata kunci: inventarisasi, identifikasi, parasit, Sicyopus zosterophorum, Lentipes mekonggaensi

    IDENTIFICATION OF FRESHWATER GOBY SPECIES FROM THE BIAK AND KOYOAN RIVERS, LUWUK BANGGAI, CENTRAL SULAWESI

    Get PDF
    Sulawesi is an island famous for its biodiversity, including many endemic species. In particular, Sulawesi has the highest number of gobies in the world, including species with potential as food and/or ornamental fishes. The exploration of freshwater ichthyofauna is important in the context of Indonesian and global biodiversity. This research aimed to identify gobies found in the Luwuk Banggai area of Central Sulawesi, as a contribution to the exploration of Indonesian ichthyofaunal biodiversity. Gobies were sampled from January to March 2019 in the Biak and Koyoan Rivers. The sampled fish were measured and identified based on morphological characteristics. A total of 52 specimens were collected, and identified as belonging to 17 species within two families, the Gobiidae and Eleotridae. Gobies from the Koyoan River comprised 32 specimens from 8 species, while 20 specimens belonging to species were found in the Biak River. Only two species were found in both rivers: Stiphodon semoni and Sicyopterus lagocephalus. These results augment the body of knowledge regarding the presence and distribution of gobies in Indonesi

    Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Sicyopus zosterophorum (Bleeker, 1856) di Sungai Bohi, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Sicyopus zosterophorum merupakan salah satu spesies dari famili Gobiidae yang diketahui bermigrasi secara amphidromous, sehingga disebut sebagai amphidromous goby. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang bobot dan faktor kondisi pada ikan S. zosterophorum. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Januari 2020, sampel ikan dikoleksi dari Sungai Bohi, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Hasil analisis hubungan panjang bobot ikan S. zosterophorum pada ikan jantan mempunyai model hubungan panjang bobot adalah W = 0.00005L2.607 sedangkan untuk ikan betina adalah W = 0.003L1.546. Hubungan panjang bobot menunjukkan nilai korelasi yang sangat kuat untuk ikan jantan (r = 0.91) dan ikan betina yaitu sedang (r = 0.49). Berdasarkan hasil uji t terhadap nilai koefisien pertumbuhan (b) untuk ikan jantan maupun ikan betina menunjukkan tipe pertumbuhan allometrik negatif dimana thitung >ttabel yang berarti pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan bobot tubuh ikan. Nilai b yang rendah (b = 1.55) pada ikan betina menunjukkan ikan betina memiliki tubuh yang agak kurus dibandingkan dengan ikan jantan (b = 2.61). Kisaran faktor kondisi S. zosterophorum betina adalah 0.64 – 1.43 dan jantan yaitu 0.76 – 1.41. Variasi nilai faktor kondisi dipengaruhi oleh makanan, umur dan waktu matang gonad.Kata kunci: Sicyopus zosterophorum, hubungan panjang bobot, faktor kondisi, Sulawesi Tengah

    INFEKSI PENYAKIT IKAN BANGGAI CARDINAL (Pterapogon kauderni) DALAM RANTAI PERDAGANGAN

    Get PDF
    Banggai cardinal (Pterapogon kauderni) merupakan ikan hias endemik dari perairan Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah dan mulai dieksploitasi sejak tahun 1980. Ikan hias ini banyak diekspor ke berbagai negara. Namun, dengan banyaknya kasus infeksi penyakit seperti bakteri dan virus Banggai Cardinal Iridovirus (BCIV), sehingga permintaan ikan hias asal Indonesia ini menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri dan menginventarisasi alur kejadian infeksi penyakit pada rantai perdagangan ikan hias Banggai Cardinal mulai dari hasil tangkapan nelayan, pengumpul, dan eksportir. Analisis dilakukan dengan mengambil sampel ikan masing-masing 15 ekor dari setiap rantai perdagangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan parasit, jamur, bakteri, dan analisis virus BCIV. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel ikan dari semua rantai perdagangan nelayan penangkap, pengumpul, dan eksportir tidak ditemukan infeksi parasit dan jamur. Sementara, pada infeksi bakteri diperoleh tujuh jenis bakteri yang terdapat di semua rantai perdagangan dan Vibrio alginolyticus merupakan bakteri dominan yang diperoleh dan bersifat patogen. Infeksi virus BCIV terdapat di tingkat pengumpul di Luwuk dengan prevalensi 86,67% dan di tingkat eksportir di Bali dan Manado masing-masing dengan prevalensi 20% dan 50%. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan pelaku usaha ikan hias dapat mencegah terjadinya infeksi penyakit tersebut agar dapat bersaing dalam pemasaran dengan menghasilkan produk ikan hias Indonesia yang mempunyai kualitas terbaik di dunia. Banggai cardinal fish is an ornamental fish endemic to the Banggai Islands, Central Sulawesi. It has been exploited since 1980’s. Banggai Cardinal fish has been export to various countries. However, with many cases of infectious diseases such as bacteria and virus Banggai Cardinal Iridovirus (BCIV), the demand for Banggai Cardinal from Indonesia is declining. The purpose of this study is to trace and inventorize the flow of disease infections in the trade chain of ornamental fish from fisherman, to collectors, and exporters. The analysis was done by taking samples of 15 fish from each trade chain. Observations included examination of parasites, fungi, bacteria, and BCIV analysis. The results showed that no parasite and fungus infecting the fish in all trades chains. Seven bacteria species have been indentified from the fish samples from all trades chains and Vibrio alginolyticus was the common pathogenic bacteria species infecting the fish. Infection of BCIV was found in one of collectors’ warehouse in Luwuk with the prevalence of 86.67% and at the exporters in Bali and Manado with the prevalence rate of 20% and 50% respectively. Based on the present results, we suggest that exporters must exercise a rigorous prevention program of the disease in order to be able to compete in the ornamental fish world market
    corecore