30 research outputs found

    Kualitas Air Sungai Dimembe Di Sekitar Pertambangan Emas Tanpa Izin Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian untuk menentukan tingkat pencemaran air sungai Dimembe  dengan Parameter yang diukur adalah pH, TDS, TSS, DO, BOD, COD serta penentuan kadar logam yaitu Hg, Pb, Cd, Mn dan Cu. Hasil pengujian setiap parameter pada keempat titik sampel secara berturut-turut sebagai berikut : pH : T1 (7,4) T2 (7,06) T3 (7,14) dan T4 (7,35). COD : 2, 8, 3 dan 3 mg/L. BOD : 1, 1,2, 1 dan 1 mg/L. DO : 6,44, 6,64, 6,85 dan 6,64 mg/L.   TSS : 11, 10,5, 12 dan 9,5 mg/L. TDS : 210, 198, 230 dan 242 mg/L. Hg : < 0,0004 mg/L pada keempat titik sampel. Cu :< 0.0004 mg/L pada keempat titik sampel. Pb : T1 < 0,0006 mg/L, T4 < 0,0008 mg/L sedangkan untuk T2 dan T3 tidak terbaca pada alat yang digunakan karena jumlah kandungan logamnya sedikit. Mn :< 0,0008 mg/L pada setiap titik sampel. Cd : 0.002, 0.002, 0.002, dan 0.0014 mg/L. Hasil pengujian untuk setiap parameter dan kandungan logam memiliki nilai yang tidak melewati batas standar baku mutu yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 sehingga dapat dinyatakan kualitas air sungainya masih baikResearch has been carried out to determine the level of contamination of Dimembe river water with the parameters measured are pH, TDS, TSS, DO, BOD, COD and determination of metal content namely Hg, Pb, Cd, Mn and Cu. The test results for each parameter on the four sample points are respectively as follows: pH: T1 (7.4) T2 (7.06) T3 (7.14) and T4 (7.35). COD: 2, 8, 3 and 3 mg / L. BOD: 1, 1,2, 1 and 1 mg / L. DO: 6.44, 6.64, 6.85 and 6.64 mg / L. TSS: 11, 10,5, 12 and 9.5 mg / L. TDS: 210, 198, 230 and 242 mg / L. Hg: <0,0004 mg / L on all four sample points. Cu: <0,0004 mg / L on all four sample points. Pb: T1 <0,0006 mg / L, T4 <0,0008 mg / L while for T2 and T3 it is not readable on the tool used because of the small amount of metal content. Mn: <0,0008 mg / L at each sample point. Cd: 0.002, 0.002, 0.002, and 0.0014 mg / L. The test results for each parameter and metal content have values that do not exceed the limits of the quality standard set in PP No. 82 of 2001 so that the river water quality can be stated is still goo

    Pemurnian Kondensat Hasil Pembuatan Gula Aren (Arenga pinnata) dengan Menggunakan Arang Aktif

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memproses kondensat hasil pengolahan gula aren melalui proses pemurnian dengan menggunakan adsorben arang aktif dari tempurung kelapa, menganalisis komponen kimia penyebab bau pada kondensat dengan teknik HPLC (High Performance Liquid Chromatography) serta menganalisis daya serap beberapa jenis arang aktif dari tempurung kelapa. Arang aktif yang digunakan memiliki daya serap yang bervariasi, yaitu 37-45%, 45-55%, 56-63% dan 70-85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif dari tempurung kelapa dapat digunakan dalam proses pemurnian kondensat dan berdasarkan hasil analisis HPLC (Hig Performance Liquid Chromatography) terdapat tiga senyawa kimia yang menyebabkan bau pada konsendat. Arang aktif yang memiliki kapasitas adsorpsi yang besar yaitu arang aktif dengan daya serap 70-85% mampu menghilangkan bau hingga volume kondensat 4.497mL/g arang aktif

    Kinetika Fotodegradasi Remazol Yellow Menggunakan Fotokatalis ZnO dan ZnO-Ag

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian tentang kinetika fotodegradasi remazol yellow dengan menggunakan ZnO dan ZnO yang disisipi 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9% Ag yang disintesis dengan metode kopresipitasi. Eksperimen kinetika dilakukan melalui penentuan konsentrasi remazol yellow yang tersisa setelah interaksi ZnO dan ZnO-Ag dengan larutan remazol yellow yang disinari UV selama 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 menit. Selanjutnya data dianalisis mengikuti model kinetika reaksi orde pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju reaksi fotodegradasi oleh ZnO meningkat dengan penambahan konsentrasi dopan AgA research on photodegradation kinetics of remazol yellow using ZnO and Ag-doped ZnO (1, 3, 5, 7 and 9 wt% Ag) synthesized by co-precipitation method had been studied. Kinetics experiment was performed by determining the concentration of remazol yellow remained after interaction of ZnO and ZnO-Ag with remazol yellow solution that were irradiated by UV-light at 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120 and 140 minutes. Data obtained was analyzed using firs-order kinetics model. The results showed that photodegradation rate was increased with the increasing Ag concentration

    Fotodegradasi Zat Warna Metanil Yellow Menggunakan Fotokatalis TiO2-Karbon Aktif

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh penambahan karbon aktif (KA) pada fotokatalis TiO2 serta aktivitas fotokatalitiknya dalam proses fotodegradasi zat warna metanil yellow. Penelitian diawali dengan pembuatan KA dari tempurung kelapa, kemudian dilakukan modifikasi fotokatalis TiO2–KA. Eksperiman fotodegradasi metanil yellow oleh fotokatalis TiO2–KA dilakukan dengan perbandingan berat TiO2:KA sebesar 9,9:0,1 dan 9,5:0,5 dan konsentrasi metanil yellow 2–50 ppm, serta variasi waktu penyinaran sinar UV selama 1, 2, 3, 4, 5, 19 dan 20 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase proses fotodegradasi tertinggi diperoleh pada perbandingan berat TiO2:KA (9,9:0,1) dan aktivitas fotodegradasi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu penyinaran.A research had been conducted to study the effect of the addition of activated carbon (AC) on TiO2 photocatalyst and its photocatalytic activity in photodegradation process of metanil yellow dye. The research was performed through the preparation of activated carbon from coconut shell and modification of photocatalyst TiO2–AC. Experiment of metanil yellow photodegradation by photocatalyst TiO2–AC was performed at the weight ratio of TiO2:AC of 9,9:0,1 and 9,5:0,5 with the concentrations of metanil yellow of 2–50 ppm, and time variations of UV rays irradiation of 1, 2, 3, 4, 5, 19 and 20 hours. The results showed that the highest percentage of photodegradation process obtained at the weight ratio of TiO2:AC of 9,9:0,1 and the photodegradation activity was increased along with increasing irradiation tim

    Uji Metode Olsen Dan Bray Dalam Menganalisis Kandungan Fosfat Tersedia Pada Tanah Sawah Di Desa Konarom Barat Kecamatan Dumoga Utara

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi fosfat tersedia pada tanah sawah dan membandingkan dua metode ekstraksi fosfat, yaitu metode olsen yang menggunakan reagen NaHCO3 dan metode bray yang menggunakan reagen Bray dan Kurtz. Hasil ekstrak direaksikan dengan pereaksi pewarna fosfat bersama deret standar dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak fosfat tersedia dari metode Olsen menunjukkan hasil konsentrasi yang tinggi berturut–turut 422,861; 771,614; 1389,464; 1607,386; 821,591; dan 1139,925 ppm, sedangkan metode Bray menunjukkan hasil yang lebih rendah berturut-turut 16,102; 13,899; 11,307; 7,181; 7,183; dan 9,073 ppm. Reagen NaHCO3 pada sampel menyebabkan pH naik sehingga banyak fosfat yang terlepas, sedangkan reagen Bray dan Kurtz menyebabkan pH turun dan lebih sedikit fosfat yang terlepas. pH sampel yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat digunakan untuk tanah asam dan basa.A study aimed to determine the concentration of phosphate available to the rice field soil and to compare the two methods of phosphate extraction, which are Olsen that uses NaHCO3 reagent and Bray that uses Bray and Kurtz reagents, had been done. The extract was reacted with phosphate coloring reagent and standards and the absorbance was measured using spectrophotometer at a wavelength of 693 nm. The results showed that the extract of phosphate available using Olsen method showed higher value of concentrations which were 422.861; 771.614; 1389.464; 1607.386; 821.591; and 1139.925 ppm. On the other hand, Bray method showed a lower value which were 16.102; 13.899; 11.307; 7.181; 7.183; and 9.073 ppm. NaHCO3 increased the pH and more phosphate was released, while the Bray and Kurtz reagent decreased the pH and less phosphate was released. Due to the lower pH of the sample, Bray method is more suitable for acidic soils rather than Olsen method because of its specificity for acidic soil, while the Olsen method can be used for acidic and alkaline soil

    Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill.)

    Full text link
    Biji buah alpukat telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, oleh karena itu diperlukan informasi ilmiah tentang kandungan kimia dan efek samping yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam biji alpukat, serta menentukan toksisitas ekstrak biji alpukat berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Skrining fitokimia merupakan suatu tahap seleksi awal untuk mendeteksi golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan. Skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, uji triterpenoid dan steroid, uji tanin, uji flavonoid dan uji saponin. Uji toksisitas menggunakan metode BST dengan bioindikator larva Artemia salina Leach. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis probit menggunakan SPSS 20.0 for Windows untuk mengetahui nilaiLethal Concentration50 (LC50). Berdasarkan skrining fitokimia, biji buah alpukat diketahui mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, yaitu alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid dan saponin. Nilai LC50 yang diperoleh berdasarkan uji toksisitas biji buah alpukat mentega segar dan kering, serta biji buah alpukat biasa segar dan kering, yaitu masing-masing sebesar 42,270 mg/L, 36,078 mg/L, 36,924 mg/L, dan 34,302 mg/L
    corecore