12 research outputs found

    Faktor Risiko yang Behubungan dengan Swamedikasi Demam pada Anak di Desa Lubuk Empelas Kecamatan Muara Enim, Privinsi Sumatera Selatan

    Get PDF
    Self-medication is a community action in overcoming symptoms of the disease by using over-the-counter drugs without going to a doctor. Self-medication by the community is generally obtained from generation to generation from previous experience. Symptoms of illness that are treated, generally are fever. The study aims to determine the factors associated with self-medication for fever in children. The research method used is a cross-sectional approach, data were collected using a questionnaire obtained by interviewing and filling out a questionnaire. Subjects are children aged 1-12 years, questionnaire to the child’s mother. Data were analyzed using univariate and bivariate. Results: The proportion of fever self-medication behavior was 69%. The average education level of high school graduates, and family income is below the regional minimum wage. The majority of children were in the range of 5-9 years. Self-medicated by their mothers with fever due to common illnesses such as colds. There was a relationship between the mother's level of knowledge (p = 0.000), information sources (p = 0.044), and the number of children (p = 0.027) with fever self-medication behavior in their children.Swamedikasi merupakan tindakan masyarakat dalam mengatasi gejala penyakit dengan menggunakan obat  bebas tanpa pergi ke dokter. Perilaku Swamedikasi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan setiap individu. Hal ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jarak dari pusat kesehatan terdekat, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Demam adalah salah satu gejala penyakit ringan yang coba diobati oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan swamedikasi untuk demam pada anak-anak. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan potong lintang, data dikumpulkan dengan kuesioner yang didapatkan dengan wawancara dan mengisi kuesioner. Subyek adalah anak berusia 1-12 tahun, dan respondennya adalah ibunya. Data dianalisis secara secara univariat dan bivariat. Hasil: Proporsi perilaku swamedikasi obat demam oleh ibu-ibu pada anaknya sebesar 69%. Tingkat pendidikan rata-rata lulusan SMA dan memiliki pendapatan keluarga di bawah upah minimum regional (UMR). Usia anak-anak mayoritas pada rentang 5-9 tahun, dan swamedikasi oleh Ibu mereka dengan sakit demam akibat penyakit umum seperti pilek. Ada hubungan secara statistik antara tingkat pengetahuan ibu (p=0,000), sumber informasi (p=0,044) dan jumlah anak (p=0,027) dengan perilaku swamedikasi demam pada anaknya.&nbsp

    Studi Prevalensi Pedikulosis Kapitis di Pondok Pesantren X di Jakarta Barat: English

    Get PDF
    Pediculosis capitis is a disease that often occurs in islamic boarding schools which distributing from hair contact. In Indonesia, the prevalence of people with pediculosis capitis reaches 20%. The purpose of this study was to describe the prevalence of pediculosis capitis in Islamic Boarding School X in West Jakarta in mid-April 2022. This study was a descriptive study with a cross-sectional design regarding the prevalence of pediculosis capitis. Based on the results, students who experienced pediculosis capitis were 28 students (50.9%). This disease is most common in women (79.4%), age 12 – 15 years (56,2%), MTs education level (55.9%), hair length >20 cm (80,8%), straight hair type (44.4%), frequency of shampooing 3 times in a week (62,5%), sharing pillow/bed (45,2%) and sharing comb/hair accessories (52.2%). The incidence of pediculosis capitis among students at Islamic Boarding School X in West Jakarta is 28 students (50.9%). It can be influenced by the habits and behavior of students in carrying out daily activities and hair hygiene practices.Pedikulosis kapitis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di pondok pesantren yang penyebarannya berasal dari kontak rambut. Di Indonesia, prevalensi penderita pedikulosis kapitis mencapai sebesar 20%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan prevalensi pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren X di Jakarta Barat pada pertengahan bulan April 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional mengenai prevalensi pedikulosis kapitis. Berdasarkan hasil, santri yang mengalami pedikulosis kapitis yaitu 28 santri (50,9%). Penyakit ini tersering pada perempuan (79,4%), usia 12 – 15 tahun (56,2%), tingkat pendidikan MTs (55,9%), panjang rambut >20 cm (80,8%), tipe rambut lurus (44,4%), frekuensi keramas ≥3x seminggu (62,5%), penggunaan bantal/tempat tidur secara bersamaan (45,2%), dan penggunaan sisir/aksesoris rambut secara bersamaan (52,2%). Kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren X di Jakarta Barat yaitu 28 santri (50,9%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan perilaku santri dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan praktik kebersihan rambut. &nbsp

    Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di Jakarta

    Get PDF

    Faktor Risiko Ketidakpatuhan Minum Obat Anti Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Palmerah Juli 2016

    Get PDF
    Salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskular adalah hipertensi atau kenaikan tekanan darah. Tahun 2013 WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu kontributor paling penting untuk penyakit jantung dan stroke yang menjadi penyebab nomor satu kematian dan kecacatan didunia. Berdasarkan laporan dari Riskesdas pada tahun 2013 hanya 9,5% penderita hipertensi yang sedang minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, dan faktor lainnya dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien Puskesmas Kecamatan Palmerah tahun periode Juli 2016. Faktor-faktor lain yang diteliti antara lain tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, lama menderita hipertensi, macam obat hipertensi, tingkat pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Data-data didapatkan dari pemeriksaan klinis dan wawancara. Analisis data berupa univariat dan bivariat dengan taraf signifikansi 5% dengan tingkat kepercayaan 95% yang diolah dengan program SPSS v21. Hasil penelitian menunjukkan proporsi ketidakpatuhan minum obat antihipertensi sebesar 51,9%. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p= 0,049) dan motivasi (p= 0,011) dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Perlu pemberianmotivasi oleh petugas medis dan juga keluarga kepada pasien pengidap hipertensi supaya minum obat teratur sehingga tekanan darah tinggi mereka dapat terkontrol dengan baik. Kata kunci: hipertensi, ketidakpatuhan minum obat, motivas

    Hubungan antara ASI Eksklusif dengan Kejadian Amenore pada Ibu yang memiliki Bayi di Puskesmas Kelurahan Palmerah II, Jakarta Barat, September 2017

    Get PDF
    Breast Milk provides all the nutrients babies need. The American Academy of Pediatrics recommends exclusive breastfeeding during the first 6 months. Previous studies suggested that exclusive breastfeeding may inhibit the occurrence of ovulation/lactational amenorrhea, thus explains its use as a natural contraceptive within the first 6 months. However, factors associated with lactation amenorrhea are not fully evaluated. The present study aimed to examine the relationship between exclusive breastfeeding and lactational amenorrhea. A cross sectional study was performed at Posyandu in palmerah, West Jakarta in September 2017. Samples of 110 mothers were selected by consecutive method. Data obtained by questionnaires were examined using univariate and bivariate analysis. Out of the studied subjects, 60,9% mothers exclusively breastfed their babies, whereas 73,64% had lactational amenorrhea. The study found that there was a significant relationship between lactational amenorrhea and exclusive breastfeeding (p= 0,000; OR= 53,85; 95% CI= 14,078-205,982. Significant relationships were also found between lactational amenorrhea and maternal age (p=0,014; OR= 5,62; 95% CI= 1,41-22,43), and with maternal education (p=0,149; OR=2,76; 95% CI= 0,696-10,95). However, there is no significant relationship between lactational amenorrhea and maternal working status and parity. The study concludes that exclusive breastfeeding (>6 months) may be used as a natural method of effective family planning to space to the next pregnancy. This study recommends extending breastfeeding until 12 months. Therefore, breast feeding should be encouraged continuously.Keywords: exclusive breastfeeding, lactational, amenorrhe

    Pengaruh Ekstrak Undur-undur (Myrmeleon sp) terhadap Glukosa Darah dan Hematokrit pada Tikus Diabetes

    Get PDF
    Diabetes Mellitus (DM) is one of the major health problems in the world and Indonesia. The prevalence is more increasing and also shows the trend of events is shifting to young age. Diabetes mellitus treatment requires high costs and also a lifetime. Most of the people of Indonesia still use traditional methods of treatment, especially herbs from various biological substances that are available in the environment. Undur-undur (myrmeleon sp.) is believed to have the effect of anti-hyperglycemia, and also anti-viscosity. The aim of this study was to determine anti-hyperglycemia and anti-viscosity of myrmeleon sp. extract in diabetic rats. The design of study is randomized experiment. Diabetic rats were induced by streptozocin 100mg/ kg BW intraperitoneal. Fifty rats were divided into 2 groups administered by Myrmeleon sp. extract dose 0,01ml/ 200 gram BW (100%) and 0,005ml/ 200 gram BW (50%). Myrmeleon sp. shows the effect of anti-hyperglycemic and anti-viscosity in diabetic rats. There was a difference between 50% and 100% doses. The effect of anti-hyperglycemia and anti-viscosity occurs after the second day. Conclusion: the extract of myrmeleon sp. could be considered as one of the traditional treatments of diabetic patients

    Pencegahan Penyakit Rabies dengan Pendekatan Lingkungan

    Get PDF

    Pencemaran Merkuri di Indonesia

    No full text

    Faktor-faktor Penyebab Tingginya Angka Kematian Ibu(Maternal Mortality Rate) di Indonesia

    No full text

    Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue

    No full text
    AbstrakLingkungan merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir dari berbagai agent dan vektor penyakit. Secara umum lingkungan dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non fisik ialah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia.Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan lingkungan, sehingga ia disebut juga salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Artinya, kejadian dan penularannya dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Karena itu upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus ditujukan kepada penyehatan lingkungan hidup.Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Deman berdarah kerap kali menimbulkan Kejadian Luar Biasa dan mengakibatkan kematian yang tidak sedikit setiap tahun di berbagai daerah Indonesia.Kesehatan lingkungan dalam aspek kesehatan lingkungan fisik yang berperan dalam penularan penyakit DBD misalnya pekarangan yang tidak bersih, seperti bak mandi yang jarang dikuras, pot bunga, genangan air di berbagai tempat, ban bekas, batok kelapa, potongan bambu, drum, kaleng-kaleng bekas serta botol-botol yang dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama, bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Sementara dari lingkungan non fisik antaranya adalah keadaan demografi suatu wilayah (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Biasanya DBD akan menyerang orang-orang yang tinggal di daerah pinggiran, kumuh. Faktor sosial seperti tingkat pendidikan serta ekonomi penduduk turut mempengaruhi perkembangbiakan vektor DBD.Kata kunci : demam berdarah dengue, host, lingkunga
    corecore