2 research outputs found

    Perbandingan Efek Analgesia Adductor Canal Block Dengan Analgesik Intravena Sebagai Tata Laksana Nyeri Multimodal Pada Post Operasi Rekonstruksi Ligamentum Cruciatum Anterior.

    Get PDF
    Pendahuluan : Nyeri pasca operasi merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien. Penanganan nyeri yang tidak adekuat dapat menimbulkan penderitaan dan ketidaknyamanan serta berbagai konsekuensi psikologis dan fisiologis hingga timbulnya nyeri kronik. Rekonstruksi ligamentum cruciatum anterior (LCA) merupakan prosedur yang umum dikerjakan pada pasien usia dewasa muda. Penanganan nyeri yang baik dapat mempercepat mobilisasi dan rehabilitasi. Penanganan nyeri secara multimodal memiliki efek yang signifikan karena digunakan lebih dari satu modalitas terapi yang bekerja pada dua jalur berbeda dari jaras nyeri. Berbagai modalitas tata laksana nyeri pada pasca rekonstruksi LCA sudah dikembangkan di dunia. Peran blok saraf perifer, yakni adductor canal block (ACB) dapat digunakan karena efek blok infrapatellar. ACB dapat mengurangi penggunaan opioid pasca operasi dengan skala nyeri yang lebih baik. Namun bukti penelitian masih belum banyak dipublikasikan. Metode : Studi retrospektif analitik deskriptif dilakukan dengan cara menelusuri data rekam medis pasien yang dikerjakan rekonstruksi LCA sejak bulan mei 2018 di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Data rekam medis yang ditelusuri berdasarkan kriteria inklusi : pasien berusia 15-60 tahun, status fisik asa 1-2, body mass index 18,5-24,9 kg/m2, pasien telah menjalani operasi rekonstruksi LCA dengan subarachnoid block (SAB) dengan bupivakain hiperbarik dan pasca operasi mendapatkan satu diantara dua perlakuan, yakni ACB atau analgesik intravena tramadol, dan data rekam medis lengkap. Data rekam medis yang diambil adalah : NRS, penggunaan rescue dose, dan lama rawat inap. Hasil : Penelitian ini mengambil 30 sampel, dengan 15 sampel dengan pemberian ACB dan 15 sampel lainnya mendapatkan analgesik intravena. Uji komparasi NRS diam maupun gerak pada 6 jam, 12 jam, 24 jam, hari ke- 1, ke-2 pasca operasi menunjukkan rerata NRS pada perlakuan ACB lebih rendah daripada pemberian analgesia intravena. Pada pengamatan lama rawat inap dan penggunaan rescue dose, menunjukkan bahwa kedua perlakuan tidak berbeda signifikan. Kesimpulan : Ada perbedaan bermakna terhadap NRS pada pemberian ACB dibandingkan analgesik intravena, sedangkan untuk lama rawat inap dan pemberian rescue dose, kedua perlakuan tidak berbeda secara signifikan

    Hubungan Antara Tromboelastografi (TEG) Dan Parameter Faal Hemostasis Dengan Skor SOFA Dan Mortalitas Pasien Sepsis di ICU

    Get PDF
    Pendahuluan : Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancamjiwa yang disebabkan oleh kelainanregulasirespon host terhadapinfeksi. Selain inflamasi juga dapat memicu hiperkoagulopati dan hipokoagulopati, yang bila berlanjut, fase hipokoagulasi yang berkembang menjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Gangguan pembekuan darah atau fungsi hemostasis dapat dievaluasi dengan cara bed site yaituThromboelastografi (TEG). TEG dapat mengevaluasi keadaan koagulasi darah dan berhubungan dengan tingkat mortalitas pada pasien sepsis. Oleh sebab itu saya akanmelakukanpenelitian tentang hubungan antara TEG dan fungsi hemostasis terhadap skor SOFA dan mortalitas pada pasien sepsis di ruang ICU RSUD Saiful Anwar. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif dan Uji korelasi yang melibatkan variabel pasien sepsis di ICU. Uji statistik menggunakan korelasi menurut Spearman. Hasil : Terdapathubungan yang signifikanantara parameter TEG dan Sepsis pada pasien yang hidup dan meninggaldengannilai p<0.001. Terdapathubungan yang signifikanantara parameter fungsihemostatis dan sepsis pada pasien yang hidup dan meninggaldimanasemakinmeningkatdari nilai PT, APPT, dan INR makamenyebabkanpeningkatandaridisfungsi organ, peningkatandaridisfungsi organ iniakanmeningkatnilaidari skor SOFA .Pada uji statistik Mann Whitney didapatkanperbedaan yang signifikan pada faal hemostasis denganmortalitaspasien, baikkomponen PT, APTT, maupun INR dengannilai P< 0.001. Kesimpulan : TEG dan faal hemostatis berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan nilai dari skor SOF
    corecore