5 research outputs found

    Korelasi Interferon Gamma (IFN-γ), Platelet-To-Lymphocyte Ratio (PLR), Dan Mortalitas Pasien Covid-19.

    No full text
    Pada akhir tahun 2019 ditemukan kasus infeksi virus SARS CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 dan menjadi sebuah pandemi sampai awal tahun 2023. Kasus COVID-19 yang berat dan kritis dapat terjadi karena keadaan badai sitokin yang melibatkan banyak sekali mediator inflamasi termasuk diantaranya adalah trombosit, limfosit, sitokin dan kemokin. Trombosit menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflamasi secara tidak langsung, sedangkan limfosit akan sangat dipengaruhi dalam keadaan COVID-19 dimana keduanya dapat mengalami penurunan karena berbagai sebab. Salah satu sitokin yang terlibat dalam COVID-19 adalah IFN-γ yang dapat memicu sitokin lain dalam kondisi badai sitokin pada COVID-19 dan berbagai kondisi lain yang berkaitan dengan COVID-19. Pada COVID-19 juga terjadi peningkatan Platelet-To-Lymphocyte Ratio (PLR) dan IFN-γ. Adanya peningkatan PLR dan IFN-γ diharapkan dapat menjadi salah satu sarana prediktor luaran pasien. Untuk melihat korelasi antara PLR, IFN-γ, dan mortalitas kami melakukan uji regresi logistik, analisis jalur, serta analisis kesintasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain kohort retrospektif. Diagnosis COVID-19 ditegakkan dengan RT-PCR SARS-CoV2 dengan menggunakan sampel usap nasofaring atau orofaring. Pada hari pertama perawatan, sisa serum pasien COVID-19 dikumpulkan, kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi terhadap serum pasien berdasarkan rekam medis. Lama rawat, tingkat keparahan, faktor komorbid dan luaran pasien dicatat. Kemudian dilakukan pemeriksaan serologis IFN-γ menggunakan ELISA kit (BT-Lab) dan dibaca dengan menggunakan Microplate reader Zenix-320. Data mengenai PLR pada hari pertama perawatan pasien kami dapatkan melalui rekam medik. PLR sendiri merupakan rasio antara trombosit dan limfosit. Trombosit dan limfosit didapatkan dari pemeriksaan darah rutin menggunakan tabung Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) dan dianalisis menggunakan alat Sysmex XN-1000. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji normalitas distribusi, uji beda, regresi logistik, analisis jalur, analisis kurva ROC, analisis kesintasan menggunakan Kurva Kaplan Meier, dan Hazard Ratio. Penelitian ini melibatkan 84 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 39,3% berjenis kelamin perempuan dan 60,7% berjenis kelamin laki-laki. Rerata usia subyek adalah 57,30 tahun. Survivor berjumlah 47 orang (56,0%). Berdasarkan tingkat keparahan, 32,1% subyek merupakan pasien ringan sedang, 26,2% adalah pasien berat, dan sisanya sebanyak 41,7% merupakan pasien sangat berat atau kritis. Kami juga mendapati bahwa 53,6% subyek merupakan penderita diabetes melitus, 19,0% merupaan penderita gagal jantung, 51,2% merupakan penderita obesitas, 27,4% merupakan penderita gangguan ginjal, dan 61,9% merupakan penderita hipertensi. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar IFN-γ, PLR, dan lama perawatan antara pasien survivor dan non-survivor. Selain itu, tidak ada perbedaan yang bermakna pada semua karakteristik subyek dengan tingkat keparahan ringan-sedang, berat, dan sangat berat

    Uji Diagnostik Antigen Tuberkulosis Kuantitatif dibandingkan dengan Tes Cepat Molekuler dan Pewarnaan Bakteri Tahan Asam pada Spesimen Sputum Subjek Terduga Tuberkulosis

    No full text
    Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita Tuberkulosis tertinggi. Tuberkulosis disebabkan oleh anggota dari spesies Mycobacterium tuberculosis complex. M. tuberculosis mengsekresikan protein imunogenik, terdapat 3 protein yang paling banyak diteliti yaitu MPT-64, ESAT-6, dan CFP-10. Ketiga protein ini hanya disekresikan oleh M. tuberculosis yang virulen dan hidup. Tujuan Penelitian: Mengetahui performa diagnostik antigen Tuberkulosis kuantitatatif dalam diagnosis TB. Metode: Studi potong lintang menggunakan sembilan puluh enam sampel sputum terduga Tuberkulosis. Diagnosis Tuberkulosis ditegakan berdasarkan hasil TCM. Pemeriksaan Antigen Tuberkulosis menggunakan ICT dengan tiga antibodi monoklonal terhadap protein TB yang dikuantifikasi dengan reader sedangkan pemeriksaan BTA dilakukan dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Analisis diagnosis menggunakan kurva ROC dengan membandingkan hasil Antigen TB dengan TCM dan Antigen TB dengan BTA. Hasil dan Pembahasan: Terdapat perbedaan rerata kadar antigen TB kuantitatif antara kelompok TB dan nonTB, (p<0,05). TB antigen memiliki AUC=0,867 (p<0,05), sensitivitas 88,88%, nilai spesifitas 80,77%, nilai ramal positif 51,61%, nilai ramal negatif 96,92% dan nilai akurasi diperoleh 82,30%. Kesimpulan: Antigen Tuberkulosis kuantitatif memiliki performa diagnostik yang baik dan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu metode diagnosis Tuberkulosis

    Korelasi Tumor Necrosis Factor - α (TNF-α), Monocyte-to-Lymphocyte Ratio (MLR), dan Mortalitas Pasien COVID-19.

    No full text
    Kasus COVID-19 yang berat dapat terjadi sebagai akibat dari sindrom badai sitokin yang melibatkan banyak sekali sitokin seperti TNF-α yang memiliki sifat pleiotropic. Pada COVID-19 juga terjadi peningkatan monocyte-to-lymphocyte ratio (MLR). Adanya peningkatan MLR diharapkan dapat menjadi salah satu sarana prediktor luaran pasien. Untuk melihat korelasi antara TNF-α, MLR, dan mortalitas kami melakukan uji regresi logistik, analisis jalur, serta analisis kesintasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain kohort retrospektif. Diagnosis COVID-19 ditegakkan dengan RT-PCR SARS-CoV2 dengan menggunakan sampel usap nasofaring atau orofaring. Pada hari pertama perawatan, sisa serum pasien COVID-19 dikumpulkan, kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi berdasarkan rekam medis. Lama rawat, tingkat keparahan, faktor komorbid dan luaran pasien dicatat. Pemeriksaan serologis TNF-α menggunakan ELISA kit (BT-Lab) dan dibaca dengan menggunakan Microplate reader Zenix-320. Data mengenai MLR pada hari pertama perawatan pasien kami dapatkan melalui analisis menggunakan alat Sysmex XN-1000. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji normalitas distribusi, uji beda, regresi logistik, analisis jalur, analisis kurva ROC, analisis kesintasan menggunakan Kurva Kaplan Meier, dan Hazard Ratio. Penelitian ini melibatkan 74 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil analisis perbedaan TNF-α dan MLR antara pasien survivor dan nonsurvivor COVID-19 keduanya didapatkan hubungan yang bermakna. Analisis mulitvariat regresi logistik menunjukkan kemampuan variabel TNF-α dan MLR dalam memprediksi mortalitas pasien COVID-19 sebesar 31,5% ke dalam model, dan sisanya sebesar 68,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Dari hasil uji multivariat dengan regresi logistik diketahui pula bahwa TNF-α memiliki odd ratio yang signifikan terhadap mortalitas pasien COVID-19 (p=0,015; OR 1,013 (1,003 – 1,024)). Pada MLR juga berpengaruh signifikan terhadap mortalitas pasien COVID-19 (p=0,010; OR 6,662 (1,586 – 27,988)). Selain menggunakan regresi logistik, analisis jalur dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan dan prediksi antara kematian (outcome) dengan TNF-α dan MLR. TNF-α dan mortalitas berhubungan signifikan (p=0.000) dengan nilai t hitung sebesar 3.670. Koefisien regresi dari TNF-α terhadap luaran adalah 0.314. Kemudian analisis jalur antara MLR dan luaran menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,000) dengan nilai t hitung sebesar 3,936. Koefisien regresi dari MLR terhadap luaran adalah 0,263 Untuk memprediksi mortalitas, dilakukan juga analisis AUROC TNF-α dan didapatkan AUC 67,6% (95% CI 55,5% - 79,7%) dengan nilai P=0,009. Dari analisis kesintasan, kelompok penderita COVID-19 non-survivor dengan kadar TNF-α <32,4 ng/L terdapat 37,8% event yang lebih rendah daripada kelompok non-survivor dengan kadar TNF-α ≥32,4 ng/L terdapat 56,8% event. Pada kadar TNF-α <32,4 ng/L didapatkan rerata survival 24,3 hari dan median survival 28 hari, lebih panjang daripada kelompok kadar TNF-α ≥32,4 ng/L dengan rerata survival 16 hari dan median survival 11 hari. Hazard ratio (HR) kelompok TNF-α ≥32,4 ng/

    Potensi Ekstrak Anggur Laut (Caulerpa racemosa) Terhadap Metastasis Sel Kanker Kolon (HT-29) Dilihat dari Jarak Antar Sel pada Scratch Test Dan Ekspresi Snail

    No full text
    Kanker kolorektal merupakan kanker dengan jumlah terbanyak ketiga di dunia. Transisi epitel-mesenkim (EMT) berperan penting dalam proses invasi dan metastasis kanker kolorektal. Salah satu regulator dari EMT adalah Snail. Peningkatan ekspresi Snail berhubungan dengan rendahnya survival rate pada pasien dan adanya metastasis jauh. Terapi kanker kolorektal saat ini memiliki banyak efek samping sehingga diperlukan inovasi terkait terapi kanker kolorektal yang dapat mengatasi kekurangan terapi yang ada pada saat ini. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa C. racemosa kaya akan komponen metabolit, fenolat, dan flavonoid sehingga memiliki kemampuan sebagai antikanker. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak anggur laut (Caulerpa racemosa) terhadap migrasi sel kanker kolorektal (HT-29) dilihat dari jarak sel pada scratch test dan ekspresi Snail. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni in vitro (true eksperimental design) dan rancangan randomized post-test control group design yang terdiri dari satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan dengan dosis berbeda. Parameter yang dilihat pada uji in vitro adalah jarak antar sel pada uji scratch test dan jumlah ekspresi Snail pada uji imunofluoresen. Selanjutnya, data diolah menggunakan software ImageJ dan dianalisis menggunakan uji komparasi, dilanjutkan uji post test, dan uji korelasi. Hasil uji scratch test setelah inkubasi 48 jam menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p = 0,11, One Way Anova), dengan kelompok perlakuan dengan dosis tertinggi (1200 μg/ml) memiliki kemampuan terbaik dalam menghambat migrasi sel kanker kolorektal (HT-29). Hasil uji scratch test tersebut sesuai dengan hasil uji imunofluoresen yang juga menunjukkan perbedaan signifikan antara setiap kelompok (p = 0,026, Kruskal- Wallis) dan terdapat korelasi negatif yang sangat kuat (r = -0,907, Spearman) antara peningkatan dosis ekstrak C. racemosa dan ekspresi Snail. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa C. racemosa memiliki potensi dalam menghambat metastasis sel kanker kolorektal (HT-29) melalui inhibisi ekspresi Snail

    Analisis Kadar Hemoglobin dan Jumlah Limfosit Pada Pekerja Industri Marmer di Tulungagung

    No full text
    Latar Belakang: Pekerja marmer Tulungagung berisiko terhadap pajanan debu marmer yang mengandung crystalline silica. Akumulasi silika berpotensi menimbulkan inflamasi hingga fibrosis paru, yang prosesnya melibatkan limfosit dan hemoglobin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin dan jumlah limfosit pekerja marmer serta menganalisis keterkaitan dengan lama pajanan debu marmer. Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada pekerja marmer Tulungagung. Analisis one way anova dilakukan untuk menguji perbedaan lama pajanan dengan kadar hemoglobin dan jumlah limfosit. Selain itu juga dilakukan uji korelasi kumulatif lama pajanan dengan kadar hemoglobin dan jumlah limfosit dengan uji spearman. Hasil: Terdapat tren peningkatan kadar hemoglobin dan jumlah limfosit dari pajanan rendah ke sedang dan penurunan dari sedang ke tinggi, dengan rerata normal (15.19 0.78 g/dL dan 2.81 0.79 103/mm3). Terdapat perbedaan tidak signifikan rerata kadar hemoglobin (p = 0.884) dan jumlah limfosit (p = 0.502) berdasarkan lama pajanan. Terdapat hubungan positif sangat lemah kadar hemoglobin dengan kumulatif lama pajanan (p = 0.608; r = 0.084), dan hubungan negatif sangat lemah jumlah limfosit dengan kumulatif lama pajanan (p = 0.749; r = -0.052). Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna kadar hemoglobin dan jumlah limfosit pekerja marmer berdasarkan lama pajanan
    corecore