Korelasi Tumor Necrosis Factor - α (TNF-α), Monocyte-to-Lymphocyte Ratio (MLR), dan Mortalitas Pasien COVID-19.

Abstract

Kasus COVID-19 yang berat dapat terjadi sebagai akibat dari sindrom badai sitokin yang melibatkan banyak sekali sitokin seperti TNF-α yang memiliki sifat pleiotropic. Pada COVID-19 juga terjadi peningkatan monocyte-to-lymphocyte ratio (MLR). Adanya peningkatan MLR diharapkan dapat menjadi salah satu sarana prediktor luaran pasien. Untuk melihat korelasi antara TNF-α, MLR, dan mortalitas kami melakukan uji regresi logistik, analisis jalur, serta analisis kesintasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain kohort retrospektif. Diagnosis COVID-19 ditegakkan dengan RT-PCR SARS-CoV2 dengan menggunakan sampel usap nasofaring atau orofaring. Pada hari pertama perawatan, sisa serum pasien COVID-19 dikumpulkan, kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi berdasarkan rekam medis. Lama rawat, tingkat keparahan, faktor komorbid dan luaran pasien dicatat. Pemeriksaan serologis TNF-α menggunakan ELISA kit (BT-Lab) dan dibaca dengan menggunakan Microplate reader Zenix-320. Data mengenai MLR pada hari pertama perawatan pasien kami dapatkan melalui analisis menggunakan alat Sysmex XN-1000. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji normalitas distribusi, uji beda, regresi logistik, analisis jalur, analisis kurva ROC, analisis kesintasan menggunakan Kurva Kaplan Meier, dan Hazard Ratio. Penelitian ini melibatkan 74 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil analisis perbedaan TNF-α dan MLR antara pasien survivor dan nonsurvivor COVID-19 keduanya didapatkan hubungan yang bermakna. Analisis mulitvariat regresi logistik menunjukkan kemampuan variabel TNF-α dan MLR dalam memprediksi mortalitas pasien COVID-19 sebesar 31,5% ke dalam model, dan sisanya sebesar 68,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Dari hasil uji multivariat dengan regresi logistik diketahui pula bahwa TNF-α memiliki odd ratio yang signifikan terhadap mortalitas pasien COVID-19 (p=0,015; OR 1,013 (1,003 – 1,024)). Pada MLR juga berpengaruh signifikan terhadap mortalitas pasien COVID-19 (p=0,010; OR 6,662 (1,586 – 27,988)). Selain menggunakan regresi logistik, analisis jalur dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan dan prediksi antara kematian (outcome) dengan TNF-α dan MLR. TNF-α dan mortalitas berhubungan signifikan (p=0.000) dengan nilai t hitung sebesar 3.670. Koefisien regresi dari TNF-α terhadap luaran adalah 0.314. Kemudian analisis jalur antara MLR dan luaran menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,000) dengan nilai t hitung sebesar 3,936. Koefisien regresi dari MLR terhadap luaran adalah 0,263 Untuk memprediksi mortalitas, dilakukan juga analisis AUROC TNF-α dan didapatkan AUC 67,6% (95% CI 55,5% - 79,7%) dengan nilai P=0,009. Dari analisis kesintasan, kelompok penderita COVID-19 non-survivor dengan kadar TNF-α <32,4 ng/L terdapat 37,8% event yang lebih rendah daripada kelompok non-survivor dengan kadar TNF-α ≥32,4 ng/L terdapat 56,8% event. Pada kadar TNF-α <32,4 ng/L didapatkan rerata survival 24,3 hari dan median survival 28 hari, lebih panjang daripada kelompok kadar TNF-α ≥32,4 ng/L dengan rerata survival 16 hari dan median survival 11 hari. Hazard ratio (HR) kelompok TNF-α ≥32,4 ng/

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions