5 research outputs found

    Impact of Deltamethrin on Cockroaches (Periplaneta Americana) and Its Residue on Environment

    Full text link
    Background: Intensive use of chemical insecticides not only affect the targetspecies, but also non-target species and environment. In this study, we examined residual effect of deltamethrin on cockroaches (Periplaneta americana), catfishes (Clarias batrachus) and nile-tilapia (Oreochromis niloticus). In addition, we aimed to measure the infiltration rate ofdeltamethrin insecticides in different types of soil. Methods: An experimental study was conducted on laboratory-reared P. americana in Institut Pertanian Bogor (Agricultural Institute, Bogor). Using five different deltamethrin concentrations 0.8%, 0.4%, 0.2%, 0.1% and 0.05% (v/v) in three replications, we assessed deltamethrin residual effect against cockroaches in 24 and 48-hrs. Lethal concentration (LC ) for cockroaches was determined using Probit analysis. The lethal concentration was50 then tested on C. batrachus and O. niloticus in spraying and soaking method using organophosphate 1 ppm and 10 ppm. Infiltration rate of insecticide on three soil type was measured with lysimeter. Results: The toxic effect (LC ) of deltamethrin residue against cockroach reached at concentration of 500.2% in 24-hrs. Fifty per cent of nile-tilapia were killed by deltamethrin 0.2% within 24-hrs. Infiltration capacity of the insecticide were higher on sandy soil (5 ml/mins) than dominantly-composed by clay soil. Conclusions: Deltamethrin 0.2% had a knockdown effect on P. americana, may infiltrate soil and waterbodies, and had a residual toxic effect on nile-tilapia (Oreochromis niloticus). (Health Science Indones 2014;2:94-9

    Karakteristik Lingkungan Fisik, Biologi, Dan Sosial Di Daerah Endemis Dbd Kota Banjar Tahun 2011

    Full text link
    Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular akibat virus dengue yang ditularkan Aedes aegypti sebagai vektor utama. Penyakit ini dapat menimbulkan KLB di Kota Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik lingkungan fisik, biologi dan sosial daerah endemis DBD Kota Banjar. Tujuan penelitian ini melihat karakteristik lingkungan fisik, biologi dan sosial. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan rancangan potong lintang. Hasilnya menunjukan bahwa karakteristik lingkungan fisik yang meliputi: Kepadatan rumah: daerah endemis tinggi (517,884 unit/km2), endemis sedang (271,713 dan 331,584 unit/km2), dan endemis rendah (392,171 unit/km2). Keberadaan kontainer: daerah endemis tinggi (95,9%), endemis sedang (95% dan 100%), dan endemis rendah (100%). Suhu udara rumah: daerah endemis tinggi (27,470C), endemis sedang (27,2% dan 27,930C), dan endemis rendah (26,850C). Kelembaban ruangan: daerah endemis tinggi (56,71%), endemis sedang (60,2% dan 62,47%) dan endemis rendah (65,43%). Keberadaan baju menggantung: daerah endemis tinggi (89,8%), endemis sedang (80% dan 85%) dan endemis rendah (81,8%). Keberadaan kasa: daerah endemis tinggi (30,6%), endemis sedang (10% dan 25%) dan endemis rendah (27,3%). Keberadaan tanaman hias: daerah endemis tinggi (61,2%), endemis sedang (30% dan 95%) dan endemis rendah (81,8%). Keberadaan lahan pekarangan: daerah endemis tinggi (98%), endemis sedang (75% dan 95%) dan endemis rendah (100%). Keberadaan jentik nyamuk: daerah endemis tinggi (27%), endemis sedang (20% dan 35%) dan endemis rendah (36%). Daerah endemis tinggi DBD dan endemis sedang sebagian besar berpendidikan tamat SLTA, endemis rendah tamat berpendidikan SLTP. Sebagian besar memiliki kesamaan pekerjaan, yaitu wiraswata dan ibu rumah tangga. Sebagian besar memiliki kesamaan penghasilan, yaitu Rp. 750.000-1.000.000/bulan. Mobilitas penduduk: endemis tinggi (49%), endemis sedang (55% dan 85%), endemis rendah (100%). Keberadaan kelompok peduli DBD: endemis tinggi (40,8%), endemis sedang (20% dan 50%), endemis rendah (45,5%). Aktivitas PSN: endemis tinggi (61,2%), endemis sedang (95%), dan rendah (100%)

    The Maya Index Analysis on Dengue Patient Household in Banjar City, 2012

    Full text link
    Salah satu faktor risiko kejadian DBD di antaranya adalah ketersediaan kontainer tempat perkembangbiakan vektor. Tahun2012 dilakukan survei observasional analitik dengan pendekatan potong lintang pada 100 rumah penderita DBD di KotaBanjar. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat risiko penularan DBD melalui pendekatan analisis Maya Index. Datayang dikumpulkan meliputi jenis, jumlah kontainer, dan jumlah kontainer mengandung larva Aedes sp. Kontainer yangditemukan dikategorikan menjadi Controllable Container dan Disposable Container untuk mengetahui Breeding Risk Index(BRI) dan Hygene Risk Index (HRI). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui proporsi jumlah dan jenis kontainer.Maya index diperoleh dari hasil pengkategorian rasio BRI dan HRI. Container Index dan Breteau Index dihitung untukmengetahui kepadatan larva. Hasil pengamatan ditemukan sebanyak 915 kontainer yang terdiri dari jenis controllablecontainers (93%) dan disposable containers (7%). Jenis kontainer yang dominan adalah tempayan tanah liat (15,52%), bakair (14,35%), pot bunga (48,47%), dan penampung air pada dispenser (7%). Larva Aedes sp. banyak ditemukan pada bak air(48,57%) dan penampung air pada dispenser (22,86%). Sementara, botol bekas (35,3%) dan kaleng bekas (26,1%)merupakan jenis disposable container yang paling banyak ditemukan. Analisis menunjukkan sebagian besar rumahberkategori BRI tinggi (93%) dan HRI rendah (92%). Berdasarkan Maya Index, rumah penderita termasuk dalam kategoririsiko sedang (97%) dengan CI dan BI masing-masing sebesar 3,85% dan 35. Studi ini menyimpulkan bahwa sebagian besarrumah penderita masih memiliki potensi penularan infeksi virus Dengue

    The Distribution of Culex Spp (Diptera: Culicidae) in Selected Endemic Lymphatic Filariasis Villages in Bandung District West Java Indonesia

    Full text link
    . Bandung district has been implemented mass drug administration (MDA) program since 2009, but little is known about entomological data especially about bionomic aspects and distribution of lymphatic filariasis (LF) mosquito vectors. This study was aimed to identify potential LF mosquito species and its potential breeding sites in two LF endemic villages in Majalaya, Bandung district. The observational study was conducted in September-October 2013. Mosquito larvae were collected by a scoop and adult mosquitos were captured through indoor-outdoor human-landing and resting collection to identify species diversity and density. Six species filariasis mosquito vectors were identified. The primary LF vectors, Culex quinquefasciatus and Cx. tritaeniorhynchus were found as dominant species with peak landing time between 9 p.m. – 1 a.m. Five potential breeding sites was identified near to villages including neglected fish-pool and paddy field with salinity 0‰, water temperature 28.5-29°C, pH 6-7. The Man-Hour Density (MHD) and Man-Biting Rate (MBR) of Cx. quinquefasciatus was relatively low, however, transmission may potentially occur due to their existence and the availability of favorable environmental conditions across the villages

    Atasi Masalah Kesehatan Sesuai Kerangka Pembangunan Berkelanjutan

    Full text link
    Ada dua prinsip dasar dalam konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu prinsip kehati-hatian (precautionary principles) dan ketidakpastian (uncertainty). Kedua prinsip inilah yang akan menuntun arah pembangunan menuju pembangunan yang berkeadilan dan pencapaian keseimbangan tiga dimensi kehidupan yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial.Kesehatan dan pembangunan berkelanjutan adalah dua hal yang saling berkaitan. Terciptanya masyarakat sehat adalah salah satu indikator dalam keberhasilan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan di suatu negara yang tercantum dalam Agenda 21.Pembangunan berkelanjutan menekankan pada penyelesaian masalah secara terintegrasi dan komprehensif. Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, pengendalian penyakit menular seperti malaria, dapat dikendalikan dukungan masyarakat melalui pelibatan atau partisipasi aktif dan kemitraan pemerintah dengan berbagai pemangku kepentingan di berbagai sektor/lintas sektor. Pengendalian tidak hanya dari sisi vektor, melainkan juga perlu mengintegrasikannya dengan berbagai aspek, seperti sosial-budaya masyarakat, program dan kebijakan pemerintah yang pro rakyat, serta lingkungan.Akhimya, hal yang terpenting dalam upaya pemecahan masalah kesehatan yang semakin kompleks ini adalah dengan memperhatikan keterkaitan berbagai dimensi yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan serta pendekatan interdisiplin
    corecore