4 research outputs found

    PROFIL HEMATOLOGI SAPI ACEH YANG DIBERIKAN SUPLEMEN CAMPURAN SERBUK PINANG (ARECA CATECHU) DAN TEPUNG DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS (L) MERR)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk pinang (Areca catechu) dan tepung daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) secara terpisah dan kombinasinya terhadap profil hematologi (eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, monosit, limfosit dan granulosit) pada ternak sapi aceh. Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi aceh jantan berusia 2 - 3 tahun, berasal dari pusat pembibitan di wilayah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan dengan 5 kali ulangan. Kelompok P0 adalah kelompok kontrol atau tanpa perlakuan, kelompok P1 diberikan serbuk pinang dengan dosis 30 gr/10 kg BB/hari, kelompok P2 diberikan tepung daun katuk dengan dosis 15 g/10 kg BB/hari, dan kelompok P3 diberikan campuran serbuk pinang dan tepung daun katuk sesuai dosis suplemen masing-masing. Sebelum eksperimen dilakukan, ternak terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu. Ternak diberikan pakan rumput yang telah dicacah dan konsentrat serta air minum secara ad libitum. Suplemen dicampur ke dalam konsentrat dan diberikan selama 7 hari berturut-turut. Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis sebanyak tiga kali setelah itu diperiksa, yaitu sebelum perlakuan (pada hari 0) dan setelah perlakuan (hari ke-15 dan 30). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik analisis varian (ANOVA) dengan pendekatan split-plot. Hasil analisis statistik menjelaskan bahwa pada ketiga kelompok perlakuan sebelum dan setelah pemberian serbuk pinang dan tepung daun katuk tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap profil hematologi (P>0,05). Pada kelompok P1 waktu perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, jumlah granulosit, jumlah limfosit dan jumlah monosit (P>0,05), namun berpengaruh nyata terhadap nilai hematokrit yang menurun secara signifikan (P0,05), namun berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah eritrosit dan nilai hematokrit (P0,05), tetapi berpengaruh terdapat penurunan jumlah eritrosit, dan peningkatan jumlah leukosit dan jumlah granulosit secara nyata (

    Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Kambing Kacang Jantan Lokal Pascapemberian Suplemen Daun Katuk

    Get PDF
    Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambil dan diproses lebih lanjut untuk evaluasi secara histologis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan produksi spermatid dan spermatosit pada Kelompok P1 dan P2. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian suplemen daun katuk dapat meningkatkan produksi spermatid dan spermatosit kambing kacang lokal jantan

    KEHADIRAN FOLIKEL DOMINAN PADA SAAT INISIASI SUPEROVULASI MENURUNKAN RESPONS SUPEROVULASI SAPI ACEH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui respons superovulasi dan pengaruh kehadiran folikel dominan pada saat inisiasi superovulasi sapi aceh yang diinduksi superovulasi dengan follicle stimulating hormone (FSH). Dalam penelitian ini digunakan 7 ekor sapi aceh betina yang telah didiagnosis sehat reproduksinya, umur 5-8 tahun, mempunyai berat 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Seluruh sapi disuperovulasi dengan FSH dosis menurun pada hari ke-9 siklus estrus (3-3, 2-2, 1-1, dan 0,5-0,5) ml. Kehadiran atau ketiadaan folikel dominan pada saat inisiasi superovulasi diobservasi melalui penggunaan ultrasonografi (USG). Sapi yang mempunyai folikel kecil (3-8 mm) berjumlah 10 folikel dikategorikan mempunyai folikel dominan, sedangkan sapi yang mempunyai folikel kecil (3-8 mm) 10 folikel dikategorikan tidak mempunyai folikel dominan. Koleksi embrio dilakukan pada hari ke-7 setelah inseminasi secara non surgical menggunakan kateter Foley. Sapi yang disuperovulasi tanpa kehadiran folikel dominan menghasilkan korpus luteum (6,7+0,58 vs 4,5+1,73),folikel anovulasi (9,7+8,0 vs 19,5+6,8), total embrio (11,0 vs 3,0), dan embrio kualitas baik (6,0 vs 2,0) dibandingkan dengan sapi yang disuperovulasi dengan kehadiran folikel dominan. Dapat disimpulkan bahwa induksi superovulasi dengan FSH dengan kehadiran folikel dominan pada saat inisiasi superovulasi menurunkan respons superovulasi sapi aceh
    corecore