3 research outputs found

    ANALISIS RESEPSI PENONTON TENTANG DISORGANISASI KELUARGA PADA FILM NGERI-NGERI SEDAP (Studi pada Mahasiswa UMM penonton film "Ngeri-Ngeri Sedap" dengan latar belakang keluarga disorganisasi dan terorganisasi)

    Get PDF
    Film komersial panjang “Ngeri-Ngeri Sedap” ini merupakan film drama keluarga yang dibalut dengan adat Batak yang cukup kental. Film ini rilis di tengah maraknya fenomena sosial dalam masyarakat yakni disorganisasi keluarga. Dengan rumusan masalah Bagaimana penerimaan khalayak oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dengan latar belakang disorganisasi dan terorganisasi keluarga tentang film “Ngeri-Ngeri Sedap”?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerimaan khalayak dari khalayak dengan latar belakang disorganisasi dan terorganisasi keluarga pada sebuah film yang berisikan pesan disorganisasi keluarga yakni ‘Ngeri-Ngeri Sedap’. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori dari Stuart Hall yakni Teori Analisis Penerimaan Khalayak dengan Encoding & Decoding yakni pengelompokkan khalayak dalam penerapan pada tiga posisi reseptif terhadap pesan media , dan teori dari Melvin De Fleur yakni Teori Komunikasi Massa tentang perbedaan individu dan teori kategori sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe dan dasar kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan interview personal yang kemudian dilanjut dengan FGD (Focus Group Discussion). Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang merupakan penonton film “Ngeri-Ngeri Sedap” dan memiliki latar belakang terorganisasi disorganisasi keluarga. Hasil dari penelitian penerimaan pesan film oleh subjek-subjek sebagai berikut, yang pertama, film ini mampu menyampaikan begitu banyak sekali pesan moral yang bisa ditangkap dari berbagai perspektif berpikir. Subjek mengatakan film ini menggambarkan fenomena sosial dalam keluarga yang sedang banyak terjadi di keluarga-keluarga di masyarakat Indonesia. Kedua, film ini menjadi sebuah edukasi bagi para subjek tentang bagaimana sebuah komunikasi di dalam keluarga dapat menjadi efektif meskipun terjadi disorganisasi di dalamnya

    INSTITUTIONAL SYNERGY FOR THE DEVELOPMENT OF LEREP TOURISM VILLAGE, SEMARANG REGENCY

    Get PDF
    Tourism villages can develop if the community supports them. To accomplish a goal, a community that is part of the institution must be able to perform its duties and functions as a unitary institution. The institutions have to communicate with one another and work together to develop Lerep Tourism Village. This research will outline the roles of each institution and examine this synergism. Based on the institutions participating in the management of the Lerep Tourism Village, the location was chosen using a purposive sampling strategy. This is a qualitative approach with case study research. Purposive sampling was used to select 26 informants to interview, covering head of village and hamlets, leaders and members of institutions, representative of communities from 4 hamlets. In-depth interviews, observation, and documentation were utilized to obtain the data, and evaluated using Miles Huberman’s flow model. The data’s veracity was examined using source triangulation and technique triangulation. The results show that each institution namely Government Institution, Economic Institution, Art and Cultural Institution, Agricultural Institution, and Environmental Institution plays different roles. There are varieties of purposes in institutional synergy. However, institutions have implemented elements of effective communication and coordination. Such synergies lead to the establishment of new tourist attractions and facilities, increase in the number and satisfaction of visitors, job opening and increase in community income, moreover receiving recognition and passing the certification process. There needs to be discussions and follow-up process regarding improving the internal conditions of institutions and communities between hamlets.Desa wisata dapat berkembang apabila masyarakat lokal memberikan dukungan. Salah satu dukungan dari masyarakat bisa berupa tergabungnya masyarakat di dalam sebuah lembaga. Masyarakat yang tergabung dalam lembaga harus bisa menjalankan perannya sebagai kesatuan lembaga untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran tiap lembaga serta menganalisis sinergisme dari segi komunikasi dan koordinasi yang terjadi antara internal dan eksternal lembaga dalam pengembangan Desa Wisata Lerep. Lokasi dipilih dengan metode purposive sampling atas pertimbangan lembaga-lembaga di tingkat desa dan dusun terlibat dalam kepengurusan Desa Wisata Lerep. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penetuan 26 informan dengan metode purposive sampling untuk diwawancarai yang terdiri atas kepala desa, kepala dusun, ketua dan anggota lembaga, serta perwakilan masyarakat 4 dusun. Pengambilan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, dan dianalisis menggunakan model alir Miles Huberman. Keabsahan data diuji dengan metode triangulasi sumber dan triangulasi metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran yang dijalankan oleh lembaga Pemerintah Desa, BUMDes, Pokdarwis, Paguyuban Kuliner, Pengurus Pasar Kuliner, PKK, Karang Taruna, Proklim, TPS 3R, Bank Sampah, Kampung KB, Gapoktan, Kelompok Ternak, KWT, Paguyuban Air Bersih, Sanggar Tari, Paguyuban Homestay, Paguyuban Sopir, KUB, Kelompok Karawitan, dan Paguyuban Kuda Lumping. Sinergisme antar lembaga memiliki tujuan yang bervariasi, tetapi adanya kesamaan dalam implementasi unsur-unsur komunikasi dan koordinasi yang efektif. Saran yang diberikan untuk penelitian ini berupa lembaga saling melakukan evaluasi kinerja dan studi tiru, masyarakat menumbuhkan kesadaran bahwa desa wisata memberikan dampak kesejahteraan, serta pemerintah memfasilitasi pertemuan khusus membahas kegiatan desa wisata

    The effectiveness of health education program on knowledge of diabetes mellitus among public in Puncak Alam / Fatin Syazwani Abdul Malek, Yasmin Che Osman and Zahirah Zolkefli

    Get PDF
    Background: Diabetes affects millions of people worldwide. Approximately, based on National Diabetic Registration (NDR) by comparing by states, the largest number of patients were registered from Selangor (106,101), followed by Johor (92,750) and Perak (74,492) and the prevalence of diabetes among adults in Malaysia is expected to increase to 21.6% by the year 2020. It is also projected by the World Health Organization (WHO) that DM will be the seventh leading cause of death globally by 2030. Objectives: The purpose of this study is to evaluate the effectiveness of the health education regarding the diabetes mellitus. Setting: This study was conducted at Puncak Alam, Selangor. Method: A-quasi experimental study design was carried out whereby 48 participants (n=48) must undergo the health education given and then completed pre and post questionnaires which consist of 14 items multiple choice questions of diabetes knowledge test. The result of test was assessed and categorized into two level of knowledge (poor and good) and analyze using descriptive analysis, pre and post-test was compared using McNemar test and level of knowledge was associated with socio-demographic data (age, gender, education, occupation and salary) using Chi-square test. Results: Knowledge level of participants during pre-test were mostly 83.33% (n=40) had the good knowledge (score > 7) while 16.7% (n=8) had poor knowledge (score 7 during post-test. In this study, p=0.001 indicating that there was a statistically significant difference between pre-test and post-test response. There were also an association between level of knowledge and age (p=0.01), education (p=0.01) and salary (p=0.03). However, there is no association between level of knowledge with gender (p=0.15) and occupation (p=0.98) respectively. Conclusion: This study proved that most of public in Puncak Alam have good of knowledge regarding DM. It is also suggested that the intervention of health education program in this study was effective in increasing the level of knowledge of participants. Participants who were in middle age, higher education background and higher monthly income has the higher knowledge level. Therefore, the prevention method such as health education is important to create awareness and understanding about the disease as it can reduce the prevalence of DM
    corecore