883 research outputs found

    Analisis Elemen Struktur pada Komponen IT Governance untuk Perguruan Tinggi

    Get PDF
    Komponen IT Governance merupakan hal pertama sekali yang harus ditentukan sebelum merumuskan model IT Governance yang tepat bagi organisasi dalam hal ini pada perguruan tinggi. Komponen IT Governance dapat diidentifikasi melalui 3 elemen yang ada didalamnya yaitu, elemen struktur, proses, dan mekanisme keterhubungan IT Governance. Dalam makalah ini akan dibahas tentang analisis komponen IT Governance pada elemen struktur yang sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi. Analisis komponen IT Governance perlu dilakukan untuk mengukur kesepakatan atau keselarasan atas komponen IT Governance berdasarkan sudut pandang CIO/Kepala Pusat Sistem Informasi atau jabatan sejenis pada perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara. Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil identifikasi awal dan penyusunan komponen IT Governance yang sudah dilakukan sebelumnya [1]

    Identifikasi Awal Komponen IT Governance Perguruan Tinggi

    Full text link
    Komponen tata kelola TI merupakan dasar dan hal yang pertama sekali harus ditentukan sebelum merumuskan model tata kelola yang tepat bagi organisasi dalam hal ini yaitu perguruan tinggi. Komponen tata kelola TI dapat diidentifikasi melalui 3 elemen yang ada dalam tata kelola TI yaitu, elemen struktur, proses, dan mekanisme keterhubungan tata kelola TI (IT Governance). Model tata kelola TI yang tepat bagi suatu perguruan tinggi harus sejalan dengan tujuan tata kelola TI yaitu mampu menyelaraskan strategi TI dengan stategi bisnis yang ada pada perguruan tinggi. Dalam makalah ini akan dibahas tentang identifikasi awal komponen tata kelola TI dengan menggunakan pendekatan atau teknik Delphi dimodifikasi. dentifikasi awal tata kelola TI dilakukan kepada beberapa perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara yang diwakili oleh CIO/Kepala Pusat Sistem Informasi atau jabatan sejenis yang ada di perguruan tinggi

    Arsitektur Bisnis: Pemodelan Proses Bisnis dengan Object Oriented

    Full text link
    Pemodelan proses bisnis merupakan suatu langkah awal yang sangat penting dalam menghasilkan sistem informasi enterprise yang terintegrasi. Model bisnis adalah seperangkat asumsi tentang bagaimana organisasi menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi seluruh komponen yang ada dalam organisasi. Manfaat yang jelas, pemodelan bisnis bagi organisasi adalah memperjelas karakteristik dan tujuan dari proses organisasi. Salah satu teknik pemodelan proses bisnis bagi organisasi yang tersedia pada saat ini adalah UML. Keberadaan UML sebagai teknik pemodelan pengembangan sistem informasi secara keseluruhan juga diiringi dengan munculnya tools pemodelan yang dapat digunakan oleh organisasi. Dalam makalah ini, akan mengulas tentang bagaimana cara mengidentifikasi pemodelan proses bisnis dalam organisasi dengan suatu pendekatan yang dinamakan dengan pendekatan object oriented. Bagaimana teknis pemodelan proses bisnis tersebut dilakukan, akan dituangkan dalam bentuk studi kasus yaitu pemodelan proses bisnis untuk kebutuhan perguruan tinggi

    Coverage and Determinants of Second-Dose Measles Vaccination Among Under-Five Children in Aceh Jaya District, Aceh Province, Indonesia

    Get PDF
    Indonesia is aiming for measles elimination status by 2020. However, high number of measles cases are still prevalent and there are still coverage differences among provinces. Measles immunization coverage also varies among surveys and routine coverage report. With the addition of second-dose measles vaccination (MCV2), measles infections in the country is expected to decrease. However, MCV2 coverage has been low after 2 years of implementation. Aceh Province was chosen for this study because its low coverage. This study aimed to measure the coverage and investigate the determinants of MCV2 in Aceh Jaya, Aceh Province. Dataset from “Assessment of the New 2nd Dose Measles Policy and the School-based Immunization Program in 2 Provinces (Aceh and South Sulawesi)” was used. There were a total of 300 children aged 25 – 37 months with coverage of MCV2 54% in Aceh Jaya District, Aceh Province. After further selection, 129 observations underwent bivariate and multivariate analysis using logistic regression. After controlling all variables, only experience of prompt service at the healthcare provider was associated with child receiving MCV2. We suggest future studies to look more into health care services and willingness to get vaccination. Additionally, with this result we hope the government could improve health care services in their facilities in order to achieve higher coverage

    Pengembangan Modul dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan modul matematika pada materi himpunan untuk siswa kelas VII dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) (2) mendeskripsikan kevalidan dan keefektifan modul matematika pada materi himpunan dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk siswa kelas VII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang mengunakan model pengembangan Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Pada tahap Analysis, peneliti melakukan analisis kurikulum, analisis karakteristik siswa, analisis kebutuhan siswa. Pada tahap Design, peneliti mengumpulkan buku referensi, penyusunan peta kebutuhan modul, membuat kerangka modul, menetapkan desain tampilan modul, menyusun desain instrumen penilaian. Pada tahap Development, peneliti mengembangkan modul sesuai dengan desain awal, menilai kualitas modul, dan melakukan revisi awal. Pada tahap Implementation, modul diujicobakan dalam pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 1 Talun. Pada tahap Evaluation, dilakukan evaluasi terhadap modul yang telah diujicobakan. Penelitian ini menghasilkan modul matematika materi himpunan dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) yang valid dengan skor rata-rata 3,55 yang termasuk dalam kategori sangat valid. Modul juga dinyatakan efektif dengan skor rata-rata angket respon siswa 3,10 yang menunjukan kategori baik, dan hasil tes evaluasi yang skor rata-ratanya 83,90 dan menunjukan kategori baik

    The role of class I histocompatibility antigens in the regulation of T-cell activation.

    Full text link
    corecore