15 research outputs found

    BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 50

    Get PDF

    Keterkaitan Etnis Da’a di Wilayah Pedalaman Pegunungan Gawalise, Sulawesi Bagian Tengah, dengan Populasi Australomelanesid di Sulawesi.

    Get PDF
    The Correlation Between Da’a Ethnic in the Hinterlands of Gawalise Mountains,Central Sulawesi, with the Australomelanesid Population in Sulawesi. Evidences of inhabitationby early modern human that characterized by Australomelanesid race have been found in mostregion of Indonesia. They lived in this archipelago, including Sulawesi, approximately 60.000-40.000 years ago. Caves occupation in the Maros-Pangkep and open sites of settlement landscape atPasso, Minahasa, have showed us the evidence of their existence in South and North Sulawesi at thattime. But, in Central Sulawesi their traces were not present. This fact is what makes us interested inconducting this study. The goal of this study is to find the traces of early modern human populationswith Australomelanesid race character in Central Sulawesi. The method for this study is a surveymethod using ethnoarchaeology. In this research we concluded that one of the ethnic that inhabit thisregion, the Da’a, has the character of Australomelanesid race. It is possible that they are descendantsof the early modern human populations. But in the present time, they are using the Austronesian cultureand language, which introduced to Sulawesi when their speakers migrated to this island nearly 4000years ago. The discovery of this Da’a ethnic tribe not only has produced a new hipothesis, but alsostrengthen the former hipothesis about the existence of modern human at Sulawesi. Abstrak. Bukti adanya hunian dan budaya manusia modern awal berkarakter ras Australomelanesid di Indonesia adalah bahwa 60.000-40.000 tahun yang lalu telah ada jejak hunian di sejumlah kawasan di Indonesia, termasuk ke wilayah Sulawesi. Hal ini terlihat dari bukti-bukti hunian gua-gua di kawasan Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan dan hunian situs bentang alam terbuka di Passo, Minahasa (Sulawesi Utara). Akan tetapi jejak hunian itu tidak ditemukan di bagian Sulawesi lainnya seperti di Sulawesi bagian tengah. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui jejak kehadiran populasi manusia modern awal yang berkarakter ras Australomelanesid di Sulawesi bagian tengah. Metode yang digunakan adalah metode survei melalui kajian atau pendekatan etnoarkeologi. Hasil yang diperoleh adalah menemukan etnik Da’a yang memiliki karakter ras Australomelanesid yang diduga merupakan sisa-sisa populasi manusia modern awal. Akan tetapi dalam kehidupannya sekarang budaya dan bahasanya sudah menggunakan budaya dan bahasa Austronesia yang masuk ke Sulawesi sekitar 4000 tahun yang lalu. Dengan ditemukannya komunitas etnik Da’a ini menghasilkan hipotesis

    Stone vats (kalambas) as one of megalithic remains in The Lore Valley, Central Sulawesi

    Get PDF
    The province of Central Sulawesi, particulariy Lore Valley that is part of Poso Regency, is rich in cultural remains from the period when the megalithic tradition flourished. The remains include among others kalamba (stone vats), megalithic statues, stone mortars, pitted stones, engraved stones, and clay jars. The Lore Valley area consists of Bada, Besoa, and Napu smaller valleys. Here, there are scatter of very specific cultural items rarely found in other parts of Indonesia, which are locally known as kalamba (stone vats). Stone vats are usually functioned as burial containers. Excavations reveals that stone vats were communal and secondary burials. C-14 dating shows that one of the sites at Besoa Valley, Entovera Site, has been inhabited since 2170 BP. This makes Entovera Site one of the oldest megalithic sites in Indonesia. Outside Central Sulawesi, megalithic burials resemble to kalamba are found in Sarawak, North around Lake Toba (North Sumatra), Donggo, (West Nusa Tenggara), Mekong Valley (Laos), and Assam (to the northwest of Cachar Mountains in India)

    Minahasa: kubur batu waruga di sub-etnis Tou'mbulu Sulawesi Utara

    Get PDF
    Buku ini membahas beberapa bagian pokok yang dikelompokkan dalam bab-bab. Bagian pertama membicarakan secara umum tentang latar belakang penelitian di Minahasa. Dalam bab ini dikupas juga tentang pengertian kubur-kubur batu yang merupakan salah satu dari peninggalan tradisi megalitik, teori, dan pendekatan di dalam melakukan penelitian. Bagian kedua akan mengupas data dan analisis tentang bentuk-bentuk kubur batu waruga di wilayah penelitian. Bagian ketiga yang merupakan bagian terakhir berisi konklusi tentang kuburkubur batu waruga di sub-etnis Toum'bulu

    Nekara, Moko, dan Jati Diri Alor.

    Get PDF
    Moko merupakan benda unik yang memegang peran penting dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Alor. Menariknya, walaupun benda ini tidak diproduksi di Alor, tetapi tetap dipertahankan secara turun-temurun, tidak sebatas benda pusaka tetapi juga sebagai lambang atau status sosial, mas kawin (belis), alat tukar, alat musik, alat-alat upacara dalam kematian, pendirian rumah, pesta panen, perkawinan, dll. Bahkan konon dahulu, moko memiliki fungsi yang jauh lebih kompleks. Selain sebagai pengganti nyawa manusia yang dibunuh atau karena kecelakaan, moko berfungsi sebagai benda religius-magis yang dapat memberi kemakmuran, keberhasilan bagi keluarga, merusak panen bagi yang melanggar ketentuan adat, termasuk sebagai alat untuk menyelesaikan masalah sosial secara adat. Singkatnya moko telah menempati peran yang sangat penting dalam berbagai kisi kehidupan masyarakat Alor sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Benda yang merupakan substitusi nekara ini menjadi jati diri Masyarakat Alor. Oleh sebab itu penggalian, pelestarian, dan aktualisasi nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsiknya menjadi sangat penting bagi penguatan jati diri lokal dalam pengembangan jati diri kebangsaan yang berlandaskan kebhinnekaan. Abstract. Kettledrums, Moko, and Self Identity of Alor. Moko is a unique type of objects that plays an important role in the socio-cultural life of Alor people. Interestingly, although mokos were not produced in Alor, they are being kept from generation to generation, not only as heirloom but also as a symbol of social status, dowry, currency, musical instrument, or instrument in rituals (in the events of death, house-building, harvest, marriage, etc.). In fact, moko used to have far more complex function in the past. Aside from being a substitute of the soul of people who was killed or died in accident, mokos were also functioned as religious-magic objects that can provide prosperity, success in families, destroy harvest if a traditional custom was violated, as well as a tool to traditionally-solved social problems. In short, mokos have played an important role in various aspects of life among the Alor people since hundreds or even thousands of years ago. The object, which was a substitute for kettledrum, is the identity of the Alor people. Therefore research, preservation, and actualization of its intrinsic and extrinsic values are very important to strengthen local identity in the attempt to develop national identity based on diversity

    AMERTA 34 nomor 1

    Get PDF
    Dwi Yani Yuniawati Umar Keterkaitan Etnis Da’a di Wilayah Pedalaman Pegunungan Gawalise, Sulawesi Bagian Tengah, dengan Populasi Australomelanesid di Sulawesi Bukti adanya hunian dan budaya manusia modern awal berkarakter ras Australomelanesid di Indonesia adalah bahwa 60.000-40.000 tahun yang lalu telah ada jejak hunian di sejumlah kawasan di Indonesia, termasuk ke wilayah Sulawesi. Hal ini terlihat dari bukti-bukti hunian gua-gua di kawasan Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan dan hunian situs bentang alam terbuka di Passo, Minahasa (Sulawesi Utara). Akan tetapi jejak hunian itu tidak ditemukan di bagian Sulawesi lainnya seperti di Sulawesi bagian tengah. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui jejak kehadiran populasi manusia modern awal yang berkarakter ras Australomelanesid di Sulawesi bagian tengah. Metode yang digunakan adalah metode survei melalui kajian atau pendekatan etnoarkeologi. Hasil yang diperoleh adalah menemukan etnik Da’a yang memiliki karakter ras Australomelanesid yang diduga merupakan sisa-sisa populasi manusia modern awal. Akan tetapi dalam kehidupannya sekarang budaya dan bahasanya sudah menggunakan budaya dan bahasa Austronesia yang masuk ke Sulawesi sekitar 4000 tahun yang lalu. Dengan ditemukannya komunitas etnik Da’a ini menghasilkan hipotesis baru dan memperkuat hipotesis lama tentang keberadaan manusia modern awal di Sulawesi. Titi Surti Nastiti, Yusmaini Eriawati, Fadhlan S. Intan, dan Arfian Situs Wonoboyo di DAS Bengawan Solo, Wonogiri: Identifikasi Desa Paparahuan dalam Prasasti Tlaŋ (904 M) Desa Paparahuan yang disebutkan dalam Prasasti Tlaŋ (904 M) oleh W.F. Stutterheim diidentifikasikan dengan Dukuh Praon yang berada di sebelah barat Gunung Gandul, di Kabupaten Wonogiri. Akan tetapi dari hasil penelitian diketahui bahwa di sebelah barat Gunung Gandul tidak ada dukuh yang bernama Dukuh Praon. Sehubungan dengan itu maka tulisan ini bertujuan untuk mencari lokasi Desa Paparahuan yang harusnya berada di DAS Bengawan Solo, karena dalam prasasti disebutkan sebagai desa yang dijadikan tempat penyeberangan. Metode yang dipakai adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Desa Paparahuan diidentifikasikan dengan Situs Wonoboyo yang terletak di DAS Bengawan Solo, di Dusun Jatirejo, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Lydia Kieven Pañji dan Candrakirana, Hilang karena Terpisah – Tiga Arca Kuno Periode Jawa Timur Makalah ini membahas tiga arca, satu arca lelaki dan dua arca perempuan, yang berasal dari periode Jawa Timur (sekitar 1450 M). Arca lelaki yang biasa ditemukenali sebagai tokoh mitologis, yaitu Raden Pañji, dalam penggambaran aslinya didampingi oleh arca yang menggambarkan Putri Candrakirana sebagai pasangannya. Arca ini sudah hilang. Sebuah arca perempuan lain yang masih ada juga diyakini sebagai representasi Candrakirana. Berdasarkan metode ikonologi yang digunakan di dalam penelitian ini, tulisan ini membahas ikonografi, gaya dan perbandingan penggambaran tiga figur ini, serta mendiskusikan tempat pembuatan, asal-usulnya, dan kisah hidupnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat dua pasang penggambaran Pañji dan Candrakirana, dan kemungkinan masih banyak lagi yang belum ditemukenali. Pemujaan Pañji dan Candrakirana sebagai semi-manusia dan semi-dewa adalah bagian religiusitas spesifik dalam zaman Majapahit. Wajidi Inskripsi Pernyataan Kematian pada Kompleks Makam Qadhi Jafri, Sosok Ulama dan Ahli Waris Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Kajian ini bertujuan untuk (1) mengetahui riwayat hidup Qadhi Jafri; (2) menggambarkan tata letak Kompleks Makam Qadhi Jafri; (3) mendeskripsikan pernyataan kematian pada Kompleks Makam Qadhi Jafri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggabungkan penelitian sejarah dengan pendekatan Arkeologi Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Qadhi Jafri adalah seorang ulama, buyut dari ulama besar Kalimantan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.Kompleks Makam Qadhi Jafri berisi 36 makam yang berada dalam beberapa jirat. Selain makam Qadhi Jafri, tulisan yang berupa pernyataan kematian juga terdapat pada makam mertua Qadhi Jafri, yakni Haji Abdul Aziz (Kiai Demang Wangsa Negara) dan istri, dan makam Haji Muhammad Nur bin Haji Mustafa. Adanya tulisan pernyataan kematian tidak terlepas dari agama Islam serta pemahaman bahwa kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Orang yang meninggal tetap hidup, tetapi rohnya berpindah tempat dari alam dunia ke alam barzakh. Stanov Purnawibowo dan Lucas Partanda Koestoro Analisis Stakeholders dalam Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi di Kota Cina, Medan Analisis stakeholders bertujuan untuk mengetahui potensi dan kebijakan pengelolaan konflik antarpemangku kepentingan di kawasan Kota Cina, Medan. Metode yang digunakan berupa mengklasifikasikan sejumlah isu yang terkait dengan pengelolaan tinggalan arkeologis di Kota Cina. Isu tersebut memberikan gambaran umum tentang potensi konflik yang terjadi di Kota Cina. Potensi konflik itu selanjutnya dianalisis dengan menggunakan salah satu alat analisis konflik, yaitu analisis bawang bombay. Hasil analisis menunjukkan adanya kesamaan kebutuhan yang menjadi simpul konflik, yaitu penggunaan lahan. Pengelolaan konflik yang baik untuk jangka panjang dalam proses pengelolaan Kota Cina adalah dengan negosiasi. Negosiasi dapat berupa musyawarah untuk menemukan kesepakatan bersama yang mampu mengakomodasi para pemangku kepentingan. Kesepakatan tersebut terkait dengan pemberdayaan warga masyarakat di sekitar Kota Cina, khususnya para pemilik lahan, dalam mewujudkan sikap positif dan kesadaran mereka terhadap pelestarian sumber daya arkeologis di Kota Cina

    Religi pada masyarakat prasejarah di Indonesia

    Get PDF
    Buku ini membahas beberapa bagian pokok yang dikelompokkan dalam bab-bab. Bagian pertama membicarakan secara umum tentang sejarah perkembangan religi dari mulai munculnya religi sampai berkembang dan mencapai puncaknya pada akhir masa prasejarah. Pembahasan tentang religi ini dibatasi oleh religi yang primitif dan tradisional yang menyangkut kepercayaan-kepercayaan sederhana. Dalam bah ini akan dikupas tentang pengertian religi, teori tentang asal mula religi, pendekatan religi dalam bidang ilmu arkeologi, dan religi dalam masa prasejarah. Bagian kedua akan mengupas tentang bentuk-bentuk religi pada periode holosen yang akan menyinggung tentang hubungan antara seni dengan kepercayaan, sistem penguburan di dalam gua-gua, serta penguburan di bentang alam terbuka. Bagian ketiga akan mengupas tentang sistem penguburan dan konsepsi kepercayaan pada akhir prasejarah, yang menguraikan tentang sistem penguburan pada periode akhir prasejarah, konsepsi kepercayaan megalitik dan persebarannya, serta pengaruh budaya logam dalam religi. Bagian keempat merupakan uraian tentang perkembangan religi sebagai tradisi berlanjut yang mengupas tentang wujud-wujud religi, mitos-mitos dan simbol religi, serta mitos dan religi pada beberapa masyarakat tradisional. Adapun bab yang kelima merupakan konklusi tentang seni dan sistem penguburan pada masa prasejarah di Indonesia sebagai salah satu dari ungkapan religi masyarakat pendukungnya

    Kalpataru: majalah arkeologi

    Get PDF
    Majalah Kalpataru edisi No. 17 tahun 2004 ini menyajikan sejumlah tulisan yang merupakan buah pikiran dari para pcncliti di Lingkungan Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional. Diawali dari bidang studi Prasejarah yang menyajikan dua buah tulisan dari Nasruddin mengenai temuan gambar-gambar purba yang tertera di dinding dan langit-langit gua/ ceruk di Kawasan Pegunungan Marang, Kalimantan Timur; dan tulisan Lien D. Ratnawati yang tertarik menekuni segala aspek mengenai makanan pada masa lampau, mencoba menyajikan tulisan mengenai peralatan makan dari masa Prasejarah, untuk sedikit membuka tabir kehidupan manusia pada masa Prasejarah. Tiga tulisan lain membahas bidang studi Arkeologi Islam/Kolonia! dengan berbagai fokus penelitian, yaitu tulisan Mujib mengenai pemukiman masyarakat asing di Palembang pada Masa Kcsultanan; Libra Hari Inagurasi juga mengenai pemukiman, yaitu pemukiman tradisional di Lombok Timur; dan diakhiri dengan tulisan Eka Asih Putrina Taim mengenai peninggalan gedung-gedung tua di Batavia

    AMERTA 20

    Get PDF

    Amerta berkala arkeologi 22

    Get PDF
    Berkala arkeologi ini menampilkan beberapa artikel hasil penelitian arkeologi. artikel-artikel hasil penelitian arkeologi antara lain membahas tentang peranan mata uang logam Cina dalam kehidupan beragama umat Hindu di Bali oleh Amelia. Dalam artikel ini diuraikan tentang gagasan yang berhubungan dengan nilai tersirat dan materi yang berkaitan dengan yang tersurat. Artikel lainnya membahas tentang strategi dan prospek pengembangan penelitian peninggalan tradisi megalitik di Sulawesi. Dalam artikel ini diuraikan bagaimana sebaiknya pengembangan penelitian megalitik khususnya di Sulawesi. Sudiono, kali ini menampilkan tulisan artikel mengenai jenis dan tipe gerabah perundagian di pesisir pantai Tejakula, Bali. Dalam artikel tersrebut diuraikan mengenai lingkungan situs, tipologi gerabah, pola hias, fungsi gerabah dalam kehidupan masyarakat Tejakula, pengaruh tradisi gerabah Sahuynh-Kalanay serta pertanggalan situs Tejakula yang dilakukan secara relatif
    corecore