14 research outputs found

    PENGARUH PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4) PADA PENGOMPOSAN TERHADAP PRODUKSI JAMUR MERANG

    Get PDF
    This research was aimed for knowing the influence of  EM-4 (effective microorganism-4) addition and the most effective concentration of EM-4 in compost media for straw mushroom (Volvariella volvacea (Bull. ex Fr.) Sing) production. The treatment examined the use of EM-4 solution divided into six treatments and four repetitions. EM-4 concentration from 0 ml/l – 12,5 ml/l with an interval increasing of 2,5 ml/l. The addition of 7,5 ml/l – 12,5 ml/l concentration of EM-4 did not give so different result with the control media. Composting with addition of 5 ml/l EM-4 gave the highest straw mushroom production (2272,25 g). Statistically the result showed that the concentrations of EM-4 had no significant effect on the mushroom production

    Konservasi Bintangur (Calophyllum spp) Melalui Pemanfaatan Berkelanjutan Di Batam

    Get PDF
    Adisti Yuliastrin, Program Studi Ilmu Biologi, Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman. Konservasi Bintangur (Calophyllum spp.) melalui Pemanfaatan Berkelanjutan di Batam. Pembimbing: Dr. Eming Sudiana,M.Si. dan Dr.rer.nat. Imam Widhiono,M. Z., M.S. Bintangur (Calophyllum spp.) merupakan tumbuhan khas yang ada di Batam. Bintangur dikenal juga dengan sebutan nyamplung pada beberapa daerah di Jawa dan bentangur sebutan oleh masyarakat di Kalimantan. Bintangur tumbuh di kawasan pantai sampai daerah dataran tinggi dengan ketinggian 0 – 300 m dpl. Batam berada pada ketinggian 160 m dpl dan memiliki kondisi geografis yang sesuai dengan kebutuhan bintangur.Tumbuhan ini memiliki potensi ekonomi dan ekologi yang beragam. Bintangur yang tumbuh di tepi pantai dapat menghalangi kencangnya angin laut dan menahan abrasi pantai. Potensi ekonomi yang belum tergali dengan baik adalah ditemukan beberapa jenis bintangur yang diduga berpotensi sebagai obat HIV/AIDS dan mengandung bahan aktif antikanker. Bintangur tersebut adalah bintangur batu (C. lanigerum), bintangur kapur (C. canum) dan bintangur air (C. dioscorii). Beberapa jenis bintangur menurut IUCN Redlist, 2011 termasuk dalam spesies yang berada pada status terancam punah (endangered) dan penetapan status ini menjadi perhatian Pemerintah dengan keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018 yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang upaya-upaya strategis untuk konservasi bintangur. Perkembangan Kota Batam saat ini membutuhkan semakin banyak lahan untuk areal industri, niaga dan kawasan pemukiman. Kebutuhan ini sesuai dengan tujuan pengembangan Kota Batam yang secara khusus dirancang untuk industri, alih kapal dan pariwisata karena Batam terletak di wilayah pengembangan wilayah Singapura – Johor – Riau (SIJORI). Perkembangan kota ini menyebabkan peningkatan kebutuhan perumahan sebagai salah satu kebutuhan pokok.Tingginya angka kebutuhan lahan ini turut mendesak keberadaan hutan lindung yang merupakan habitat bintangur, sehingga mendorong terjadinya konversi hutan lindung. Konversi hutan lindung yang terjadi juga disertai dengan tindak penjarahan hasil hutan walau tidak dalam jumlah yang besar. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui kondisi populasi bintangur di Batam meliputi densitas, dominansi, dan frekuensi dan menyusun strategi konservasi bintangur melalui pemanfaatan berkelanjutan di Batam. Penyusunan strategi konsevasi ini dilakukan berdasarkan hasil observasi di lapangan. Penelitian ini dilakukan melalui metode surveiyang menerapkan teknik pengambilan sampel secara pengelompokan/gugus (cluster sampling) berdasarkan kegiatan sosial ekonomi di sekitar hutan lindung yang diduga mempengaruhi hutan lindung. Parameter yang diamati meliputi densitas, dominansi dan frekuensi berdasarkan struktur umur meliputi semai (seedling), pancang (sapling), tiang (pole) dan pohon (tree).Lokasi pengambilan sampel dilakukan di kawasan hutan lindung di Batam. Kawasan hutan lindung tersebut adalah Hutan Lindung Bukit Tiban (Kecamatan Batuaji dan Sekupang), Hutan Lindung Batu Ampar III (Kecamatan Batam Kota) dan Hutan Lindung Sei Tembesi (Kecamatan Sagulung). Hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bintangur di hutan lindung yang ada di Batam berada pada jumlah kecil dan terfragmentasi karena hutan lindung sebagai habitat bintangur mengalami konversi lahan. Kawasan Hutan lindung Batu Ampar III saat ini sudah tidak merupakan hutan lagi. Kawasan hutan lindung ini sudah berubah menjadi hamparan lahan terbuka. Sementara itu populasi bintangur di Hutan Lindung Bukit Tiban dan Sei Tembesi, walau masih dapat ditemukan namun berada dalam populasi kecil dan stadia pertumbuhan yang tidak lengkap. Hutan Lindung Bukit Tiban dan Sei Tembesi juga mengalami ancaman dari upaya perambahan dan penjarahan hasil hutan serta bencana alam. Upaya perlindungan hutan dengan status Hutan Lindung tidak serta merta mensterilkan kawasan hutan dari tindakan yang merugikan dan mengancam kelestarian bintangur sebagai tumbuhan khas. Berdasarkan fakta di lapangan maka dirumuskan suatu strategi konservasi bintanguryaitu “Menjadikan bintangur sebagai tumbuhan khas Batam yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) disertai upaya pelestarian bintangur melalui kegiatan-kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesadaran berbagai pihak dalam upaya pelestarian salah satu SDA hayati yang potensial

    Ancaman Bencana Longsor di Hutan Lindung Bukit Tiban, Batam

    Get PDF
    Keberadaan hutan di Batam memiliki peran penting, baik secara ekologi maupun secara ekonomi. Secara ekologi hutan penting untuk menjaga ketersediaan air tawar, menjaga kelestarian sumber daya alam di dalamnya, menjaga fungsi tanah sebagai penopang dan peran penting lainnya. Peran penting secara ekonomi karena hutan menyimpan berbagai sumber daya yang dapat menjadi pendapatan bagi daerah seperti kayu, hasil hutan bukan kayu serta jasa lingkungan seperti wisata alam. Di Kecamatan Batuaji dan Sekupang terdapat kawasan Hutan Lindung Bukit Tiban. Hutan lindung ini memliki luas 1770 hektar. Dua kecamatan ini diketahui merupakan daerah yang ramai dengan berbagai aktivitas masyarakat. Hutan lindung ini begitu mudah diakses oleh masyarakat, bahkan berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa area di hutan lindung ini dijadikan pemukiman oleh masyarakat. Topografi hutan yang cukup terjal cukup berbahaya bagi aktivitas alami maupun antropogenik yang terjadi di dalam hutan lindung ini. Beberapa area diketahui memiliki tingkat kemiringan yang sangat terjal sehingga peluang tanah longsor menjadi besar. Berdasarkan hasil observasi ditemukan pula area terjal berupa lereng yang mengalami pembabatan vegetasi dan dibiarkan kosong hingga tercipta lahan kritis. Bahkan di beberapa titik sudah terlihat bekas terjadinya tanah longsor. Potensi terjadinya tanah longsor sangat besar, sehingga saat diperlukan upaya agar bencana tidak terjadi atau meminimalkan dampak terjadinya longsor. Penelitian dilakukan memiliki tujuan untuk mengetahui potensi terjadinya longsor dan menganalisa upaya pencegahan terjadinya longsor di Hutan Lindung Bukit Tiban. Penelitian ini dilakukan dengan observasi ke kawasan hutan lindung dan wawancara mendalam dengan pihak berwenang dalam hal ini UPT Kehutanan

    Konservasi Hutan Lindung sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Sumber Daya di Batam

    Get PDF
    Hutan lindung sebagai salah satu bentuk kawasan lindung sudah seharusnya mendapat perlindungan penuh dari berbagai pihak. Keberadaan hutan lindung menjadi asset sumber daya. Seiring perkembangan kota di Batam, hutan lindung mendapat tekanan dari kegiatan antropogenik sehingga dirasa perlu dilakukan observasi untuk mengetahui implementasi konservasi hutan lindung sebagai aset sumber daya. Observasi terhadap keberadaan hutan lindung di Batam dilakukan pada Agustus - September 2012 dan menggunakan data sekunder. Penentuan lokasi hutan hutan lindung secara cluster sampling. Hasil sampling dibandingkan dengan data sekunder dan hasilnya saat ini dua kawasan hutan lindung di Batam yaitu Hutan Lindung Batu Ampar I dan Ill secara fisik bukan hutan lagi. Konversi lahan akan berdampak besar bagi perubahan ekosistem. Kehilangan yang luar biasa bagi ekosistem walaupun dari segi luas, kedua hutan lindung ini memiliki luas yang lebih kecil dibanding kawasan hutan lindung lainnya. lnfonnasi mengenai konservasi hutan lindung ini perlu diketahui oleh berbagai pihak agar hutan bisa mendapat perlindungan sesuai fungsinya bagi kehidupan dan keseimbangan ekosiste

    Evaluation of the Usage of SSCS-Based E-Module Among Students

    Get PDF
    Knowledge is an ability that students must possess in solving various problems and applying them in everyday life. This study aimed to determine how far the Effectiveness of knowledge variables for students in the learning process. This study uses the ADDIE development model. with the instrument in the form of a questionnaire consisting of 2 constructs. The survey study was carried out by involving ten teachers from various schools. Data collection techniques were carried out by filling out online questionnaires, which were then analyzed with the help of the SPSS program. The results of the research prove that: 1) the preparation and development of the evaluation of the problem variable instrument in the media for students in this study was carried out by testing two research constructs, namely 1) the accuracy of the variable and 2) the Effectiveness of the variable. As well as the results of testing the validity and reliability indicate that the data validity of the evaluation instrument meets the valid criteria. This research shows that the developed instrument meets the requirements for use in media development in the form of an e-module

    Contextual Approach-Based E-Module Assessment to Improve Students' Critical Thinking Ability and Skills

    Get PDF
    The research objective of this article is to provide an overview of assessment in the form of improving students' critical thinking abilities and skills through a quality science learning contextual approach. This article discusses several formulations of the problem: E-Modules based on a practical contextual approach to improve students' critical thinking skills, E-Modules based on an efficient contextual approach to improving students' critical thinking skills, and the effect of using E-Modules in the Middle School Science learning process. The form of the research used was the RnD model instrument development research (Allesi and Trollip) which involved 35 respondents. This research involved 35 respondents from several students, teachers, and lecturers. Data is collected in Google form. After that, the data was processed and analyzed using SPSS 0.16. The study results show that the E-Module media is effective and efficient for use in the teaching and learning process and influences the learning process for junior high school students. This study shows that e-module teaching media can be preserved and used in teaching and learning. This article shows that e-module media can be used in the teaching-learning process. It is hoped that the existence of teaching media assessment instruments in the form of e-modules that are memorable in innovative and efficient teaching and learning processes

    Mapping of student’s critical thinking ability in the material structure and function of plant tissue

    Get PDF
    In the 21st Century, students' critical thinking abilities are fundamental to facing challenges and increasing societal obstacles, especially students. This study aimed to determine the level of critical thinking abilities in SMP/MTs students. This study's significance is obtaining test results related to SMP/MTs students' critical thinking abilities. This study used a survey method involving 75 SMP/MTs students who were selected randomly. The instrument used a questionnaire containing critical thinking questions distributed online via Google Forms. The data obtained were analyzed using SPSS. Based on the survey results, it is known that the average student's critical thinking abilities are 8.0 with a good category which details can be explained as follows: 1) Providing simple explanations (8.0); 2) Building basic skills (7,9); 3) Drawing a conclusion from the data (7.5); 4) Providing further explanations (8.0); and 5) Developing a follow-up strategy (7.5). The results of this study allow a conclusion that the constructs with the highest average scores are providing simple explanations and providing further explanations with an average score of 8.0. Thus, it is recommended that students improve their critical thinking abilities and that teachers continue to use the instruments they have used

    Evaluation of the Usage of SSCS-Based E-Module Among Students

    Get PDF
    Knowledge is an ability that students must possess in solving various problems and applying them in everyday life. This study aimed to determine how far the Effectiveness of knowledge variables for students in the learning process. This study uses the ADDIE development model. with the instrument in the form of a questionnaire consisting of 2 constructs. The survey study was carried out by involving ten teachers from various schools. Data collection techniques were carried out by filling out online questionnaires, which were then analyzed with the help of the SPSS program. The results of the research prove that: 1) the preparation and development of the evaluation of the problem variable instrument in the media for students in this study was carried out by testing two research constructs, namely 1) the accuracy of the variable and 2) the Effectiveness of the variable. As well as the results of testing the validity and reliability indicate that the data validity of the evaluation instrument meets the valid criteria. This research shows that the developed instrument meets the requirements for use in media development in the form of an e-module
    corecore