14 research outputs found

    Makna dan fungsi upacara Piodalan Umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo

    Get PDF
    Upacara Piodalan atau Odalan adalah sebuah ritual upacara keagamaan Hindu yang dikenal sebagai peringatan hari lahirnya atau hari ulang tahun sebuah Pura. Bagi umat Hindu Jala Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo, upacara Piodalan ini merupakan upacara yang diadakan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali, dalam artian upacara untuk menyampaikan rasa terima kasih atau rasa syukur atas anugerah yang berlimpah dari Hyang Widhi Wasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi prosesi upacara Piodalan bagi umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni peneliti melakukan penelitian lapangan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara secara langsung kepada narasumber dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data dengan menggunakan teori kebudayaan dan agama serta teori fungsi ritual menurut Victor Witer Turner, dimana dalam teori ini menjelaskan fungsi ritual dibagi menjadi empat fungsi sosial, menurutnya ritual tidak hanya sebagai kewajiban saja melainkan sebagai simbol dari apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa prosesi pelaksanaan upacara Piodalan dilakukan dengan mempersiapkan perlengkapan atau alat-alat upacara, membersihkan Pura serta merangkai sesaji atau banten berupa korban, khususnya rangkaian korban (bunga, daun kelapa, biji beras, dan air suci). Barulah upacara Piodalan bisa dilaksanakan dengan berkumpulnya pengurus rumah tangga Jala Siddhi Amerta, warga kompleks TNI-AL dan para umat Hindu Sidoarjo maupun Surabaya berkumpul di Mandala Utama Pura dimulai dengan melakukan sembahyang Tri Sandya sampai rangkaian upacara berakhir. Makna yang terkandung dalam upacara Piodalan bagi umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta adalah sebagai wujud rasa terima kasih atau Bhakti syukur umat kepada Hyang Widhi Wasa. Selain itu makna bagi generasi muda sebagai sarana untuk belajar berorganisasi di lingkungan masyarakat dan belajar merangkai banten sendiri. Sedangkan fungsi yang terkandung dalam upacara Piodalan bagi umat Hindu Jala Siddhi Amerta adalah untuk membebaskan diri seseorang dari ikatan dosa dan membebaskan diri dari ikatan karma

    Outcome management of Fournier’s gangrene cases at tertiary hospital: 7 Years experience

    Get PDF
    Objective: This study aims to describe the condition of Fournier’s gangrene in Dr. Soetomo General Hospital from January 2014 to December 2020. Material and methods: This study used a retrospective analytic design, by taking data through medical records at Dr. Soetomo General Hospital from January 2014 to December 2020. This study used total sampling with recorded data: age, gender, length of stay, outcome, location, comorbidities, causes, management, culture results, and Fournier’s gangrene severity index (FGSI) score. Result: Of the 135 subjects collected, it was found that 55.56% were individuals over 50 years of age. About 91.11% were male patients, with some sites being in the scrotum 50.37%. Only 25.19% of patients had no comorbids, while the rest had a history of CKD, hypertension, diabetes, or a combination of these diseases. Bacterial cultures obtained were mostly caused by the Enterobacteriaceae bacteria group (32.59%). Of the subjects we studied who experienced mortality, it was found that all were from the group with FGSI >9. Conclusion: From the results of our descriptive study, at a glance, it appears that there is a tendency for the incidence of Fournier’s gangrene in the elderly and individuals with comorbidities. And the mortality rate increases with a high FGSI value. So that FGSI could be used as a predictor of mortality in patients with FG

    Evaluating prognostic indicators for in-hospital mortality in Fournier's gangrene: a 7-year study in a tertiary hospital

    Get PDF
    Background: Fournier's Gangrene Scoring Index (FGSI), Simplified FGSI (SFGSI), Uludag FGSI (UFGSI), Laboratory Risk Indicator for Necrotizing (LRINEC), Neutrophil-Lymphocyte ratio (NLR), and Platelet-lymphocyte ratio (PLR) have been devised to assess the risk of mortality in Fournier's Gangrene (FG) patients. However, the effectiveness of these indicators in predicting mortality at the time of admission remains uncertain. The aim of this study is to assess the prognostic efficacy of FG’s various indicators on in-hospital mortality. Methods: This study analyzed 123 patients from Dr. Soetomo General Hospital’s emergency department in Indonesia from 2014 to 2020. Data included demographics, wound cultures, and parameters like FGSI, UFGSI, SFGSI, NLR, PLR, and LRINEC. In-hospital mortality status was also recorded. The data was subjected to comparative, sensitivity, specificity and regression analyses. Results: In our study of 123 patients, the median age was 52, with a mortality rate of 17.9%. The majority of patients were male (91.1%) and the most common location was scrotal (54.5%). Non-survivors had a shorter median stay (6.5 days) compared to survivors (14 days). Diabetes was the most prevalent comorbidity (61.8%). The highest sensitivity and specificity were found in FGSI and UFGSI indicators. Multivariate logistic regression identified LoS and FGSI as independent predictors of mortality. Conclusions: FGSI and UFGSI, upon admission, demonstrated the highest sensitivity and specificity, with hospital stay duration and FGSI as key mortality determinants

    Comparison of different scoring systems for predicting in-hospital mortality for patients with Fournier gangrene

    Get PDF
    Purpose: To compare different scoring systems for predicting in-hospital mortality in patients with Fournier gangrene (FG).Methods: A comprehensive literature search was performed to find all scoring systems that have been proposed previously as a predictor for in-hospital mortality in patients with FG. Data of all patients with FG who were hospitalized in one of Indonesia’s largest tertiary referral hospitals between 2012 and 2022 were used. The receiver operating characteristic (ROC) curve analysis was performed to evaluate the diagnostic performance of the scoring systems.Results: Ten scoring systems were found, i.e., Fournier’s Gangrene Severity Index (FGSI), Uludag FGSI, simplified FGSI, NUMUNE Fournier score (NFS), Laboratory Risk Indicator for Necrotizing Fasciitis, age-adjusted Charlson comorbidity index, sequential organ failure assessment (SOFA), quick SOFA, acute physiology and chronic health evaluation II, and surgery APGAR score (SAS). Of 164 FG patients included in the analyses, 26.4% died during hospitalization. All scoring systems except SAS could predict in-hospital mortality of patients with FG. Three scoring systems had areas under the ROC curve (AUROC) higher than 0.8, i.e., FGSI (AUROC 0.905, 95% confidence interval (CI) 0.860–0.950), SOFA (AUROC 0.830, 95% CI 0.815–0.921), and NFS (AUROC 0.823, 95% CI 0.739–0.906). Both FGSI and SOFA had sensitivity and NPV of 1.0, whereas NFS had a sensitivity of 0.74 and an NPV of 0.91.Conclusion: This study shows that FGSI and SOFA are the most reliable scoring systems to predict in-hospital mortality in FG, as indicated by the high AUROC and perfect sensitivity and NPV.</p

    Aulia Azmi, Yufi

    No full text

    Makna dan fungsi upacara Piodalan Umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo

    Get PDF
    Upacara Piodalan atau Odalan adalah sebuah ritual upacara keagamaan Hindu yang dikenal sebagai peringatan hari lahirnya atau hari ulang tahun sebuah Pura. Bagi umat Hindu Jala Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo, upacara Piodalan ini merupakan upacara yang diadakan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali, dalam artian upacara untuk menyampaikan rasa terima kasih atau rasa syukur atas anugerah yang berlimpah dari Hyang Widhi Wasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi prosesi upacara Piodalan bagi umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni peneliti melakukan penelitian lapangan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara secara langsung kepada narasumber dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data dengan menggunakan teori kebudayaan dan agama serta teori fungsi ritual menurut Victor Witer Turner, dimana dalam teori ini menjelaskan fungsi ritual dibagi menjadi empat fungsi sosial, menurutnya ritual tidak hanya sebagai kewajiban saja melainkan sebagai simbol dari apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa prosesi pelaksanaan upacara Piodalan dilakukan dengan mempersiapkan perlengkapan atau alat-alat upacara, membersihkan Pura serta merangkai sesaji atau banten berupa korban, khususnya rangkaian korban (bunga, daun kelapa, biji beras, dan air suci). Barulah upacara Piodalan bisa dilaksanakan dengan berkumpulnya pengurus rumah tangga Jala Siddhi Amerta, warga kompleks TNI-AL dan para umat Hindu Sidoarjo maupun Surabaya berkumpul di Mandala Utama Pura dimulai dengan melakukan sembahyang Tri Sandya sampai rangkaian upacara berakhir. Makna yang terkandung dalam upacara Piodalan bagi umat Hindu di Pura Jala Siddhi Amerta adalah sebagai wujud rasa terima kasih atau Bhakti syukur umat kepada Hyang Widhi Wasa. Selain itu makna bagi generasi muda sebagai sarana untuk belajar berorganisasi di lingkungan masyarakat dan belajar merangkai banten sendiri. Sedangkan fungsi yang terkandung dalam upacara Piodalan bagi umat Hindu Jala Siddhi Amerta adalah untuk membebaskan diri seseorang dari ikatan dosa dan membebaskan diri dari ikatan karma
    corecore