83 research outputs found
Isolasi dan Identifikasi Aspergillus Spp pada Paru-Paru Ayam Kampung yang Dijual di Pasar Banyuwangi
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Aspergillus Spp pada paru-paru ayam kampung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 paru-paru ayam kampung yang diambil secara acak dari Pasar Banyuwangi yang terletak pada wilayah tengah Kota Banyuwangi, Jawa Timur. Sampel dicuci dengan aquades steril yang berisi antibiotik selanjutnya ditanamkan pada media spesifik Sabouraud's Dextrose Agar (SDA) kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 3-7 hari. Pertumbuhan morfologi Aspergillus diamati secara makroskopis. Koloni yang diduga Aspergillus Spp diperiksa secara mikroskopis. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Aspergillus Spp dapat diisolasi pada 9 dari 20 sampel paru-paru. Dapat disimpulkan bahwa 45% sampel paru-paru yang diperiksa positif terinfeksi Aspergillus Spp dan 55% bebas dari infeksi Aspergillus Spp
Laporan Pertama Spesies Kutu Craspedorrhynchus Platystomus dari Elang Ular Bido (Spilornis Cheela Bido) di Banyuwangi
Ectoparasit seperti kutu dapat memainkan peran penyebaran penyakit antar hewan, ini bisa lebih buruk jika ektoparasit bertindak sebagai vektor. Hilangnya mulai dari penurunan berat badan, penurunan produksi, rambut rontok atau bulu, trauma, iritasi, anemia, hingga kematian dan sering terjadi pada hewan liar di hutan. Belum ada penelitian yang menjelaskan sebelumnya tentang infestasi kutu pada elang ular bido (Spilornis cheela bido) di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan infestasi kutu yang dikumpulkan dari elang ular bido di Banyuwangi. Elang ular bido diperiksa dengan hati-hati untuk mengambil kutu pada permukaan tubuh, hanya satu spesies kutu yang diamati yaitu Craspedorrhynchus platystomus. Spesies lain dari ektoparasit tidak diisolasi dari elang yang terinfestasi selama periode penelitian
Prevalensi Parasit Cacing Saluran Pencernaan pada Kucing Liar di Kota Banyuwangi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna dan mengidentifikasi jenis cacing pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi. 126 sampel feses kucing yang berasal dari wilayah Kota Banyuwangi dikoleksi dan disimpan dalam larutan formaldehide 10%. Seluruh sampel feses tersebut diperiksa dengan dua metode berbeda yaitu metode natif dan metode pengapungan untuk mengidentifikasi telur cacing yang terdapat pada feses kucing. Pada penelitian ini teridentifikasi tiga genus cacing yang menginfeksi kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi yaitu Toxocara, Ancylostoma, dan Diphyllobothrium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar wilayah Kota Banyuwangi masih tinggi, yaitu Toxocara Spp (43,65%), Ancylostoma Spp (3,96%), dan Diphyllobothrium Spp (52,38%). Untuk itu diperlukan program pengendalian yang tepat terhadap kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi
MOLECULAR DETECTION OF GENE RESISTANT TO VARIOUS INSECTICIDES IN Aedes aegypti AT BANYUWANGI EAST JAVA USING POLYMERASE CHAIN REACTION
The purpose of this study was to determine the type of insecticides which Aedes aegypti mosquitoes are resistant to, so that other susceptibleinsecticides still can be used. The study was a cross sectional epidemiological study with cluster sampling in Sub-district Wongsorejo,Banyuwangi, Muncar, Tegaldlimo, Kalibaru which is considered sufficient to represent Banyuwangi Regency. Mosquito samples appropriate tothe characteristics were isolated and tested for insecticide-resistance primer namely voltage gated sodium channel (VGSC) to determine thespecific resistance expressed in mosquitoes. The result of resistance test using WHO standard method showed that Aedes aegypti mosquito fromBanyuwangi Regency were resistant to cypermethrin 0.25% and malathion 0.8%. There was a VGSC coding gene with 250 bp band detectedusing polymerase chain reaction (PCR) technique which was associated with the resistance of Aedes aegypti mosquitoes in Banyuwangi Regencyto organophosphate insecticides (malathione) and pyrethroid insecticides (cypermethrin)
CHARACTERIZATION OF VirB4 PROTEIN OF LOCAL ISOLATE Brucella abortus WITH WESTERN BLOTTING TECHNIQUE
This research aimed to characterize VirB4 protein of local isolate Brucella abortus with Western blotting method. The result showed that there were four protein bands with molecular weights of 64.61, 59.25, 21.63, and 16.70 kDa by triggering a reaction between the whole Brucella abortus and anti-Brucella abortus serum. The results also revealed that there was only one protein band with a molecular weight of 59.25 kDa triggering a reaction between the whole Brucella abortus and anti-VirB Brucella abortus serum. Finally, it can be concluded that VirB4 protein can affect the virulence factor of Brucella abortus, successfully characterized with the appearance of one band with a molecular weight of 59.25 kDa by using Western blotting method
Isolasi dan Identifikasi Jamur pada Cangkang Telur Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) Gagal Menetas di Pantai Boom Banyuwangi
Banyuwangi sebagai Kabupaten terluas di Jawa Timur memiliki kawasan konservasi dan tempat penangkaran penyu, salah satunya adalah penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) yang sering ditemukan bertelur di kawasan pantai Boom Banyuwangi. Infeksi jamur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan telur penyu gagal menetas, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk isolasi dan identifikasi jenis jamur yang terdapat pada cangkang telur penyu Lekang yang gagal menetas. Sampel cangkang telur penyu Lekang dengan kriteria gagal menetas diambil secara acak dari sarang. Isolasi dilakukan di kawasan penangkaran penyu di pantai Boom Banyuwangi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Prodi Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, PSDKU Banyuwangi. Hasil penelitian menunjukkan dua jenis jamur yang teridentifikasi, yaitu Fusarium spp. dan Aspergillus spp. dari cangkang telur penyu Lekang yang gagal menetas
Prevalensi Parasit Cacing Saluran Pencernaan Pada Kucing Liar di Kota Banyuwangi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna dan mengidentifikasi jenis cacing pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi. 126 sampel feses kucing yang berasal dari wilayah Kota Banyuwangi dikoleksi dan disimpan dalam larutan formaldehide 10%. Seluruh sampel feses tersebut diperiksa dengan dua metode berbeda yaitu metode natif dan metode pengapungan untuk mengidentifikasi telur cacing yang terdapat pada feses kucing. Pada penelitian ini teridentifikasi tiga genus cacing yang menginfeksi kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi yaitu Toxocara, Ancylostoma, dan  Diphyllobothrium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar wilayah Kota Banyuwangi masih tinggi, yaitu Toxocara Spp (43,65%), Ancylostoma Spp (3,96%), dan Diphyllobothrium Spp (52,38%). Untuk itu diperlukan program pengendalian yang tepat terhadap kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi
Laporan Pertama Spesies Kutu Craspedorrhynchus platystomus dari Elang Ular Bido (Spilornis cheela bido) di Banyuwangi
Ectoparasit seperti kutu dapat memainkan peran penyebaran penyakit antar hewan, ini bisa lebih buruk jika ektoparasit bertindak sebagai vektor. Hilangnya mulai dari penurunan berat badan, penurunan produksi, rambut rontok atau bulu, trauma, iritasi, anemia, hingga kematian dan sering terjadi pada hewan liar di hutan. Belum ada penelitian yang menjelaskan sebelumnya tentang infestasi kutu pada elang ular bido (Spilornis cheela bido) di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan infestasi kutu yang dikumpulkan dari elang ular bido di Banyuwangi. Elang ular bido diperiksa dengan hati-hati untuk mengambil kutu pada permukaan tubuh, hanya satu spesies kutu yang diamati yaitu Craspedorrhynchus platystomus. Spesies lain dari ektoparasit tidak diisolasi dari elang yang terinfestasi selama periode penelitian
Isolasi Dan Identifikasi Aspergillus Spp pada Paru-Paru Ayam Kampung Yang Dijual di Pasar Banyuwangi
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Aspergillus Spp pada paru-paru ayam kampung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 paru-paru ayam kampung yang diambil secara acak dari Pasar Banyuwangi yang terletak pada wilayah tengah Kota Banyuwangi, Jawa Timur. Sampel dicuci dengan aquades steril yang berisi antibiotik selanjutnya ditanamkan pada media spesifik Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 3-7 hari. Pertumbuhan morfologi Aspergillus diamati secara makroskopis. Koloni yang diduga Aspergillus Spp diperiksa secara mikroskopis. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Aspergillus Spp dapat diisolasi pada 9 dari 20 sampel paru-paru. Dapat disimpulkan bahwa 45% sampel paru-paru yang diperiksa positif terinfeksi Aspergillus Spp dan 55% bebas dari infeksi Aspergillus Spp
Bukti Korespondensi_A portable device based on an electrical conductivity sensor for the detection of monosodium glutamate (MSG) in soupy foods
In everyday life, food is made with various taste images, including the savory taste
obtained from monosodium glutamate (MSG). Although it is allowed as a food ingredient,
excessive use of MSG and continuous consumption will have adverse effects on health.
The effects of consuming MSG excessively on the body's organs include brain, ovarian,
testicular, liver, kidney, heart, and respiratory disorders. MSG detection using technology
is needed to control the consumption of MSG in the body. Hence, this study was focused
on creating a portable device for detecting monosodium glutamate (MSG) in soupy foods:
meatball soup and chicken soup. 3 mg of MSG was applied to each solution sample and
four MSG brands, including SS, MW, AM, and MR. The concept of this prototype is
based on the conductivity value and total dissolved solids (TDS) in the MSG solution.
These solutions can produce an electrolyte because there is a sodium salt content in the
MSG solution and water. The electrolyte solution can conduct electricity. An electrical
conductivity sensor was installed in this prototype and these sensors included two
electrode plates, a positive electrode (anode) and a negative electrode (cathode) with a
distance of ± 1 cm. The conductivity sensor begins by starting a sensor into an electrolyte
solution and, given an electric voltage input, changes to the value of the electric voltage.
The sensor can be read and detect the MSG level in the solution. Then, the data are
received and recorded in the DRF analog which is to process the signal from the sensor
into analog form, and the data is sent to the Arduino Nano as a microcontroller. From the
experiment result, the average conductivity value and TDS value of meatball soup are
21.98 mS and 7.91 Mg/I, while the average conductivity value and TDS value of Chicken
Soto are 16.92 mS and 6.08 mg/I. This prototype was successfully created and
implemented for the MSG detection in soupy foods
- …