20 research outputs found

    PENGARUH PERBEDAAN WARNA WADAH TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr)

    Get PDF
    Penelitian warna wadah dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Wadah yang digunakan berupa 24 unit akuarium berukuran 70 cm x 40 cm x 45 cm yang diisi air sebanyak 40 L dan dilengkapi aerasi sistem sikulasi air. Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan baung umur 1 hari yang ditebar dengan kepadatan10 ekor/L dan diberi pakan alami, yaitu artemia (ad libitum) dan dilanjutkan dengan cacing sutra (at satiation). Perlakuan berupa perbedaan warna wadah, yaitu: kontrol, merah kuning, dan biru. Waktu penelitian selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan (18,96%; 19,12%; 18,18%; 10,50%) maupun pertumbuhan.The main purpose of this experiment was know the effect of tank colour differences on survival and growth of catfish(Hemibagrus nemurus Blkr) larvae . The experiment was conducted at Research Station Culture Fishery and Toxicology Cibalagung, Bogor. Twenty four aquaria of 70 cm x40 cm x45 cm in size with 40 L water volume were used in this experiment completed with water circulation system. Each aquarium was stocked with 10 larvae/L of catfish of one day old. The larvae was feed with Artemia salina (ad libitum) and continued with Tubifex (at satiation). Four different tank colour of aquaria were applied i.e control, red, yellow, and blue. Larvae were reared up 21 days. The result showed that colour of aqauaria wee not significantly different on and growth

    ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI DAN DENITRIFIKASI SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

    Get PDF
    Senyawa nitrogen yang tinggi pada limbah budidaya perikanan intensif dapat memperburuk kualitas air, sehingga perlu diatasi dengan penambahan probiotik untuk proses bioremediasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi yang berpotensi sebagai kandidat probiotik pengendali senyawa nitrogen pada budidaya ikan air tawar. Tahap penelitian terdiri atas: 1) koleksi sampel air dan sedimen dari kolam budidaya ikan patin di kawasan minapolitan Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau; 2) pengujian sampel secara in vitro yang meliputi: a) Isolasi dan seleksi bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi; b) Karakterisasi morfologis bakteri terpilih; c) Karakterisasi fisiologi/biokimia isolat bakteri terpilih; d) Karakterisasi genetika isolat bakteri terpilih dengan sekuensing 16S-rRNA. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh empat isolat bakteri nitrifikasi dan empat isolate bakteri denitrifikasi. Isolat bakteri nitrifikasi Pandoraea pnomenusa strain 1318 (NP1); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP2); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP3); Burkholderia vietnamiensis strain NE 7 (NP4); dan denitrifikasi Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4) Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4); yang berpotensi digunakan sebagai kandidat probiotik pengendali senyawa nitrogen pada budidaya ikan air tawar. Wastes from an intensive aquaculture contain nitrogen compounds which, if untreated, could rapidly reduce water quality condition within the system. The addition of probiotics as bioremediation to aquaculture system has been used to improve water quality with promising results. The aim of this study was to obtain potential nitrifying and denitrifying bacteria that could be used as probiotic candidates to control excessive nitrogen compounds in freshwater culture. This study consisted of two steps, 1) the collection of water samples and sediments from catfish ponds at ‘Minapolitan Area” in Pudak Village, Jambi Province and Koto Mesjid Village, Riau Province; 2) in vitro tests consisting of isolation and selection of nitrifying and denitrifying bacteria; morphological characterization of the selected nitrifying and denitrifying bacteria; characterization of physiological/biochemical selected nitrifying and denitrifying bacteria; genetic characterization of the selected nitrifying and denitrifying bacteria with 16SrRNA sequencing. All data were analyzed descriptively. The study had found four nitrifying bacteria isolates: Pandoraea pnomenusa strain 1318 (NP1); Pseudomonas aeruginosa strain PSE 12 (NP2); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP3); Burkholderia vietnamiensis strain NE 7 (NP4). The study also found four isolates of denitrifying bacteria isolates: Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4). All the identified nitrifying and denitrifying bacteria isolates have the potential to be used as probiotic candidates to control nitrogen compound in freshwater aquaculture

    ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI DAN DENITRIFIKASI SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

    Get PDF
    Senyawa nitrogen yang tinggi pada limbah budidaya perikanan intensif dapat memperburuk kualitas air, sehingga perlu diatasi dengan penambahan probiotik untuk proses bioremediasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi yang berpotensi sebagai kandidat probiotik pengendali senyawa nitrogen pada budidaya ikan air tawar. Tahap penelitian terdiri atas: 1) koleksi sampel air dan sedimen dari kolam budidaya ikan patin di kawasan minapolitan Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau; 2) pengujian sampel secara in vitro yang meliputi: a) Isolasi dan seleksi bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi; b) Karakterisasi morfologis bakteri terpilih; c) Karakterisasi fisiologi/biokimia isolat bakteri terpilih; d) Karakterisasi genetika isolat bakteri terpilih dengan sekuensing 16S-rRNA. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh empat isolat bakteri nitrifikasi dan empat isolate bakteri denitrifikasi. Isolat bakteri nitrifikasi Pandoraea pnomenusa strain 1318 (NP1); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP2); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP3); Burkholderia vietnamiensis strain NE 7 (NP4); dan denitrifikasi Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4) Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4); yang berpotensi digunakan sebagai kandidat probiotik pengendali senyawa nitrogen pada budidaya ikan air tawar. Wastes from an intensive aquaculture contain nitrogen compounds which, if untreated, could rapidly reduce water quality condition within the system. The addition of probiotics as bioremediation to aquaculture system has been used to improve water quality with promising results. The aim of this study was to obtain potential nitrifying and denitrifying bacteria that could be used as probiotic candidates to control excessive nitrogen compounds in freshwater culture. This study consisted of two steps, 1) the collection of water samples and sediments from catfish ponds at ‘Minapolitan Area” in Pudak Village, Jambi Province and Koto Mesjid Village, Riau Province; 2) in vitro tests consisting of isolation and selection of nitrifying and denitrifying bacteria; morphological characterization of the selected nitrifying and denitrifying bacteria; characterization of physiological/biochemical selected nitrifying and denitrifying bacteria; genetic characterization of the selected nitrifying and denitrifying bacteria with 16SrRNA sequencing. All data were analyzed descriptively. The study had found four nitrifying bacteria isolates: Pandoraea pnomenusa strain 1318 (NP1); Pseudomonas aeruginosa strain PSE 12 (NP2); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP3); Burkholderia vietnamiensis strain NE 7 (NP4). The study also found four isolates of denitrifying bacteria isolates: Achromobacter xylosoxidans strain TPL14 (DP1); Stenotrophomonas acidaminiphila strain BTY (DP2); Stenotrophomonas maltophilia strain BHWSL2 (DP3); Ochrobactrum intermedium strain: SQ 20 (DP4). All the identified nitrifying and denitrifying bacteria isolates have the potential to be used as probiotic candidates to control nitrogen compound in freshwater aquaculture

    PENENTUAN TINGKAT TOLERANSI BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) TERHADAP PENC EMARAN SURFAKTAN DETERJEN

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya toleransi benih ikan sidat terhadap pengaruh letal dan subletal dari surfaktan deterjen. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi, Cibalagung-Bogor dan Unit Pembenihan Udang catah, Sukabumi

    TOKSISITAS LETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    Penggunaan moluskisida untuk menanggulangi hama dalam budidaya tanaman padi yang semakin meningkat berpotensi mencemari lingkungan perairan, karena mengandung residu dari bahan aktifnya. Moluskisida niklosamida (C13H8Cl2N2O4) merupakan bahan aktif pestisida yang digunakan untuk memberantas hama keong mas atau siput murbei (Pomacea sp.) di sawah. Dengan demikian, bahan tersebut memiliki potensi untuk mencemari lahan tempat usaha budidaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas akut niklosamida terhadap benih ikan mas (Cyprinus carpio) yang ditunjukkan oleh nilai Median Lethal Concentration (LC50) 24, 48, dan 96 jam. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung-Bogor. Menggunakan ikan mas dengan bobot individu 2,47 ± 0,13 g. Moluskisida yang digunakan mengandung bahan aktif niklosamida 250g/L. Wadah pengujian berupa 21 unit akuarium kaca berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm yang dilengkapi aerasi serta saluran pemasukan dan pengeluaran. Jumlah ikan uji setiap wadah 10 ekor dengan peubah yang diukur adalah mortalitas ikan. Selama penelitian ikan tidak diberi makan. Tahapan penelitian terdiri atas penentuan nilai ambang atas-bawah, nilai lethal time dan LC50 -24, 48, 72, dan 96 jam. Data diolah dengan analisis probit program LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50-24, 48, 72, dan 96 jam terhadap benih ikan mas adalah 0,8012 (0,7140—0,8990); 0,5999 (0,5356—0,6719); 0,4511 (0,4067—0,5004); dan 0,3849 mg/L (0,3684—0,4061). Hal ini menunjukkan niklosamida termasuk pestisida yang memiliki toksisitas sangat tinggi (golongan A).The use of molluscicide in aquatic as well as in terresterial agro ecosystem without properly controlled may produce detrimental effects on freshwater fisheries. Molluscicide utilization for golden apple snail (Pomacea sp.) control in rice field has increased. The ingredient potencially has a possibility to pollute aquaculture water. The experiment aimed to determine potency of lethal toxicity (LC50) 24, 48, 72, and 96 hours of niclosamide on common carp (Cyprinus carpio) fry. This research was conducted at Research Station for Enviroment and Toxicology, Cibalagung-Bogor by using molluscicide containing niclosamide of 250 EC. Twenty one glass aquaria of 40 cm x 20 cm x 20 cm in size filled with 10 L of water were used in this experiment equipped with water circulation system and stockted with 10 fry per aquarium. Parameter observed was the mortality of fry and water quality. The tested fish were not fed during the treatment. Preliminary research was performed by finding concentration range, lethal time  dan LC50 of 24, 48, 72, dan 96 hours. Data obtained was analyzed using LC50  probit analysis program. Result of the experiments indicated that the lethal toxicity (LC50) of niclosamide on common carp (Cyprinus carpio) fry were as follows: 24, 48, 72, and 96 hours which were 0.8012 (0.7140—0.8990), 0.5999 (0.5356—0.6719), 0.4511(0.4067—0.5004), and 0,3849 mg/L (0.3684—0.4061). The niclosamide is extremely toxic (classification A)

    DISTRIBUSI NITROGEN DAN FOSFOR PADA BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa striata) DENGAN APLIKASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN PROBIOTIK

    Get PDF
    Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan dengan sistem intensif adalah meningkatnya limbah yang terakumulasi pada air dan sedimen. Limbah budidaya ikan pada umumnya berupa padatan dan nutrien terlarut pada air terutama nitrogen dan fosfor. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi nitrogen total dan fosfor total pada budidaya ikan gabus secara intensif yang diberi eceng gondok Eichhornia crassipes dan probiotik (Pseudomonas aeruginosa dan Achromobacter insuavis). Penelitian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik (A), pemberian eceng gondok (B), dan pemberian probiotik (C), masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Benih ikan gabus yang digunakan berukuran panjang 14,74 ± 0,01 cm dan bobot 25,53 ± 0,09 g dengan padat tebar 175 ekor/kolam (50 ekor/m3). Selama 90 hari masa pemeliharaan, ikan gabus diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 30%. Jumlah pemberian pakan 5% dari biomassa dengan frekuensi pemberian empat kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam). Hasil penelitian menunjukkan nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus terdistribusi pada eceng gondok, sedimen, air, dan ikan. Eceng gondok menyerap nitrogen dan fosfor paling tinggi (P<0,05) dibandingkan air, ikan, dan sedimen. Laju pertumbuhan spesifik bobot (4,37 ± 0,01%/hari) dan biomassa (1,88 ± 0,01 g) ikan gabus tertinggi dicapai pada pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik. Hasil ini dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan limbah nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus secara intensif.One of the problems in intensive aquaculture system is the the accumulation of waste in the water and sediment. Aquaculture wastes are discharged into the water in form of solids and dissolved nutrients which mostly consisted of nitrogen and phosphorus. The purpose of this study was to study the dynamics of total nitrogen and phosphorus in an intensive aquaculture media supplied with water hyacinth and probiotics (Pseudomonas aeruginosa and Achromobacter insuavis). The study was designed using a completely randomized design with treatment combinations of water hyacinth with probiotic (A), water hyacinth (B), and probiotic (C). Each treatment consisted of three replications. The seeds of snakehead used had body length of 14.74 ± 0.01 cm and weight 25.53 ± 0.09 g, stocked in ponds with stocking density of 175 individuals/pond (50 individuals/m3). During 90 days of rearing, the fish were fed with pellet with protein content of 30%. The amount of feeding was 5% of the biomass with feeding frequency of four times a day (morning, afternoon, evening, and night). The results showed that the produced nitrogen and phosphorus in the snakehead cultivation were distributed to water hyacinth, sediment, water, and fish. Water hyacinth absorbed most of the nitrogen and phosphorus compared to water, fish, and sediment. Higher specific growth rate (4.37 ± 0.01%/day) and biomass (1.88 ± 0.01 g) of snakehead were achieved in combination of water hyacinth and probiotic treatment. These results can be used as a basis for the management of nitrogen and phosphorus wastes in an intensive fish farming

    TOKSISITAS SUBLETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGI YUWANA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    Niklosamida digunakan secara intensif sebagai pestisida di sawah untuk membunuh keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologi yuwana ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Waktu penelitian 12 minggu. Perlakuan adalah konsentrasi moluskisida niklosamida, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; dan 0,05 mg/L. Menggunakan 16 akuarium ukuran 70 cm x 50 cm x 60 cm. Benih ikan mas yang digunakan berkisar 2,5-3,0 gram dipelihara dengan kepadatan 20 ekor dalam volume air 40 L. Selama pemaparan ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan pergantian air setiap 48 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Peubah yang diukur adalah laju pertumbuhan dan kondisi hematologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap penurunan pertumbuhan terjadi mulai pada konsentrasi 0,03 mg/L sedangkan terhadap kondisi hematologi, yaitu peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada konsentrasi 0,01 mg/L dan peningkatan jumlah eritrosit pada konsentrasi 0,03 mg/L, dan penurunan leukosit pada konsentrasi 0,03 mg/L.Niklosamida digunakan secara intensif sebagai pestisida di sawah untuk membunuh keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologi yuwana ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Waktu penelitian 12 minggu. Perlakuan adalah konsentrasi moluskisida niklosamida, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; dan 0,05 mg/L. Menggunakan 16 akuarium ukuran 70 cm x 50 cm x 60 cm. Benih ikan mas yang digunakan berkisar 2,5-3,0 gram dipelihara dengan kepadatan 20 ekor dalam volume air 40 L. Selama pemaparan ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan pergantian air setiap 48 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Peubah yang diukur adalah laju pertumbuhan dan kondisi hematologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap penurunan pertumbuhan terjadi mulai pada konsentrasi 0,03 mg/L sedangkan terhadap kondisi hematologi, yaitu peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada konsentrasi 0,01 mg/L dan peningkatan jumlah eritrosit pada konsentrasi 0,03 mg/L, dan penurunan leukosit pada konsentrasi 0,03 mg/L. four treatments containing four replications of different nilosamide concentrations: 0.00; 0.01; 0.03; 0.05 mg/L for 12 weeks were applied. Specific growth rate and hematology condition were measured. Blood samples were collected at the first, fourth, eighth, and twelfth weeks of exposure time. Result of the research indicated that  concentration of 0.03 mg/L niclosamide was significantly effective (P< 0.05) in decreasing specific growth rate (0.62%). The sublethal concentration of 0.01mg/L increased hematocrit and hemoglobin levels while concentration of niclosamide of 0.03 mg/L increased erythrocyte cells and decreasing leucocyte cells

    DISTRIBUSI NITROGEN DAN FOSFOR PADA BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa striata) DENGAN APLIKASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN PROBIOTIK

    Get PDF
    Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan dengan sistem intensif adalah meningkatnya limbah yang terakumulasi pada air dan sedimen. Limbah budidaya ikan pada umumnya berupa padatan dan nutrien terlarut pada air terutama nitrogen dan fosfor. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi nitrogen total dan fosfor total pada budidaya ikan gabus secara intensif yang diberi eceng gondok Eichhornia crassipes dan probiotik (Pseudomonas aeruginosa dan Achromobacter insuavis). Penelitian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik (A), pemberian eceng gondok (B), dan pemberian probiotik (C), masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Benih ikan gabus yang digunakan berukuran panjang 14,74 ± 0,01 cm dan bobot 25,53 ± 0,09 g dengan padat tebar 175 ekor/kolam (50 ekor/m3). Selama 90 hari masa pemeliharaan, ikan gabus diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 30%. Jumlah pemberian pakan 5% dari biomassa dengan frekuensi pemberian empat kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam). Hasil penelitian menunjukkan nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus terdistribusi pada eceng gondok, sedimen, air, dan ikan. Eceng gondok menyerap nitrogen dan fosfor paling tinggi (P<0,05) dibandingkan air, ikan, dan sedimen. Laju pertumbuhan spesifik bobot (4,37 ± 0,01%/hari) dan biomassa (1,88 ± 0,01 g) ikan gabus tertinggi dicapai pada pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik. Hasil ini dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan limbah nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus secara intensif. One of the problems in intensive aquaculture system is the the accumulation of waste in the water and sediment. Aquaculture wastes are discharged into the water in form of solids and dissolved nutrients which mostly consisted of nitrogen and phosphorus. The purpose of this study was to study the dynamics of total nitrogen and phosphorus in an intensive aquaculture media supplied with water hyacinth and probiotics (Pseudomonas aeruginosa and Achromobacter insuavis). The study was designed using a completely randomized design with treatment combinations of water hyacinth with probiotic (A), water hyacinth (B), and probiotic (C). Each treatment consisted of three replications. The seeds of snakehead used had body length of 14.74 ± 0.01 cm and weight 25.53 ± 0.09 g, stocked in ponds with stocking density of 175 individuals/pond (50 individuals/m3). During 90 days of rearing, the fish were fed with pellet with protein content of 30%. The amount of feeding was 5% of the biomass with feeding frequency of four times a day (morning, afternoon, evening, and night). The results showed that the produced nitrogen and phosphorus in the snakehead cultivation were distributed to water hyacinth, sediment, water, and fish. Water hyacinth absorbed most of the nitrogen and phosphorus compared to water, fish, and sediment. Higher specific growth rate (4.37 ± 0.01%/day) and biomass (1.88 ± 0.01 g) of snakehead were achieved in combination of water hyacinth and probiotic treatment. These results can be used as a basis for the management of nitrogen and phosphorus wastes in an intensive fish farming

    PERKEMBANGAN TELUR DAN SPERMA INDUK IKAN BELIDA, Notopterus chitala YANG DIPELIHARA DI KOLAM

    Get PDF
    Penelitian pengamatan telur dan sperma induk ikan belida (Notopterus chitala) yang dipelihara di kolam telah dilakukan dari bulan Agustus 2006—Maret 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan telur dan sperma induk ikan belida yang dipelihara di kolam. Induk ikan belida dipelihara di kolam dengan pola induk betina saja, induk jantan saja, induk betina dan induk jantan secara bersama. Pengukuran dilakukan terhadap suhu harian, curah hujan, dan konduktivitas selama pemeliharaan serta melihat pengaruhnya terhadap perkembangan telur dan jumlah sperma serta motilitasnya. Selama pengamatan tujuh bulan, peningkatan curah hujan menyebabkan perubahan suhu dan konduktivitas air kolam pemeliharaan dan mempengaruhi jumlah spermatozoa dan motilitasnya demikian juga terhadap perkembangan telurnya. Induk jantan yang dipelihara secara terpisah, setiap bulannya dijumpai induk matang, sedangkan yang dicampur, pada bulan Februari dan Maret tidak dijumpai sperma matang. Pada induk betina baik yang terpisah maupun dicampur, bulan Februari dan Maret tidak dijumpai induk matang.Research on eggs and sperm development of featherback (Notopterus chitala) reared in earthen pond was conducted during August 2006—March 2007. The aim of the research was to observe the eggs and sperm development. Featherback broodstocks were reared in ponds as female only, male only, and female and male broodstock together. Measurement was done on the daily water temperature, conductivity and amount of rainfall during rearing period and also was obseved the eggs development and amount of sperms and their motilities. During the seven months of rearing, increasing the rainfall caused the alteration of temperature and conductivity of pond water. They influenced the amount of sperm and their motility and so did the eggs development. The males broodstock in separated rearing, each month was found matured sperm, while in mixed rearing, on Februari and March was not found. In female broodstock, none of matured female found during February and March

    Toksisitas Moluskisida Niklosamida Terhadap Pertumbuhan Dan Kondisi Histopatologi Juwana Ikan Mas (Cyprinus Carpio) [Toxicity of Molluscicide Niclosamide on Growth and Histopathology Condition of Juvenile Common Carp (Cyprinus Carpio]

    Full text link
    Niklosamida (2', 5- dichloro-'4 nitrosalicylanilide) digunakan sebagai pestisida di sawah secara intensif untuk membu-nuh keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi histopatologi (insang, hati dan ginjal) juwana ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budi Daya dan Toksikologi Cibalagung, Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar Bogor. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi niklosamida, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; dan 0,05 mg.L"1. Penelitian ini menggunakan 16 akuarium berukuran 70 x 50 x 60 cm3. Ikan mas berukuran 2,5-3,0 gram dipelihara dengan kepadatan 20 ekor dalam volume air 40 L. Ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan penggantian air setiap 48 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Peubah yang diukur adalah pertumbuhan dan kondisi his-topatologi. Lama penelitian 12 minggu. Analisis terhadap pertumbuhan menggunakan anova dan kondisi histopatologi secara deskriptif. Konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap penurunan pertumbuhan terjadi mulai pada konsentrasi 0,03 mg.L-1 dan mengakibatkan kerusakan pada insang, hati dan ginjal yaitu hiperplasia, hemoragi dan nekrosis pada konsentrasi 0,01 mg.L-1
    corecore