298,568 research outputs found

    Comment on Quantum teleportation via GHZ-like state

    Full text link
    Recently Yang et al. [Int. J. Theo. Phys. 48 (2009) 516] have shown that an unknown qubit can be teleported by using a particular GHZ-like state as quantum channel. However, there are several errors in the calculation which lead to incorrect conclusions. The errors have been indicated and corrected. It is also noted that their scheme and the independently proposed teleportation scheme of Zhang et al. [Int. J. Theo. Phys. 48 (2009) 3331] uses quantum channel from the same family and any state of that family may be used for teleportation.Comment: 2 page

    Program kuadratik konkaf dengan metode multipleks frisch

    Get PDF
    Dalam penulisan ini akan dibicarakan tentang pengoptimalan masalah Program Kuadratik Konkaf dengan kendala/konstrein linier. Yang dimaksud dengan Program kuadratik konkaf adalah salah -satu program nonlinier dimana fungsi obyektifnya berupa fungsi kuadratik konkaf. Sedangkan kasus yang dibahas adalah memaksimum¬kan fungsi obyektif/sasaran tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut Maksimumkan Q(x) = pTx xTCx meinenuhi kendala/konstrein linier : h.(3.)=a.x- b 5- 0 ; j = 1,2,...,m Metoda yang digunakan dalam pembahasan ini adalah metoda Multipleks Frisch. Ide dasar dari metoda ini ieienuhi semua kendala/konstrein dan bergerak menuju ke suatu titik yang lebih baik (optimal), yaitu x = xi) sesuai dengan prosedur iterasi dan algoritma Multipleks Frisch

    Calculating adiabatic evolution of the perturbed DNLS/MNLS solitons

    Full text link
    A symbolic computation technique is developed to calculate adiabatic evolution equations for parameters of the perturbed DNLS/MNLS solitons obtained by the recently developed direct perturbation theory [X.-J. Chen and J. Yang, Phys. Rev. E {\bf 65}, 066608(2002)]. Effects of the intrapulse Raman scattering, third-order group velocity dispersion, and narrow-banded filters with nonlinear gain on the MNLS solitons are studied as examples.Comment: 10 pages, 1 figure. to be published on Phys. Lett.

    Supersymmetry of Tensionless Rotating Strings in AdS_5 x S^5, and Nearly-BPS Operators

    Full text link
    It is shown that a class of rotating strings in AdS_5 x S^5 with SO(6) angular momenta (J,J',J') preserve 1/8-supersymmetry for large J,J', in which limit they are effectively tensionless; when J=0, supersymmetry is enhanced to 1/4. These results imply that recent checks of the AdS/CFT correspondence actually test a nearly-BPS sector.Comment: 12 pages, no figures; v2: new section on CFT operators and new references added, discussion section and acknowledgements modified, abstract rephrashe

    J-LIFESTYLE PLAZA

    Get PDF
    1. Latar Belakang Kurangnya ruang terbuka di Yogyakarta terlihat dari banyaknya pergeseran fungsinya. Sebagai contoh kawasan UGM (Graha Saba) menjadi area berjualan, berolahraga, atau hanya jalan-jalan dan makan pagi di hari minggu. Dilain tempat tepatnya di ujung Jl.Malioboro sebelah selatan menjadi area berkumpul dari semua golongan, pecinta sepeda kumbang, klub-klub motor, area berjualan dan orang yang melepas lelah setelah jalan-jalan di jalan tersebut. Area alun-alun Keraton masih berfungsi sebagai ruang publik, tetapi masih terasa kurang yaitu hanya terdapat dua pohon beringin sebagai peneduh. Untuk berjalan di siang hari terasa amat panas dan berdebu sehingga aktifitas di alun-alun hanya dilakukan di malam hari dan minggu pagi. Yogyakarta terkenal sebagai kota yang kental akan budaya seninya. Banyak seniman yang lahir dari kota Yogyakarta salah satunya dikarenakan adanya Institut Seni Indonesia yang sangat berpengaruh pada perkembangan seni di Yogyakarta. Performance Arts (seni yang dilakukan sesaat/merupakan suatu kejadian) yang menyatakan sebuah kritik social terkadang dilakukan mahasiswa-mahasiswa ISI di jalan, dari masyarakat Yogyakarta sendiri aksi trsebut sangatlah menghibur. Salah satu hiburan berupa pagelaran-pagelaran seni yang terkadang tidak terekspose di masyarakat umum, hanya dikalangan seniman saja yang biasanya tahu. Suatu pementasan seni tidak hanya seni musik saja yang bias menjadi hiburan. Selain itu performance arts dapat menjadikan sesuatu yang menarik sebagai salah satu hiburan, sehingga bias terangkat di masyarakat umum. Banyaknya masyarakat pendatang dari luar daerah Yogyakarta membuat pola hidup masyarakat Yogyakarta berubah menjadi pola hidup konsumtif. Dilihat dari bertambahnya mall di Yogyakarta. Mall-mall tersebut memiliki tipe-tipe yang sama yaitu mall yang masih tertutup dengan pengkondisian udara buatan. Masyarakat Yogyakarta membutuhkan sesuatu yang baru selain area perbelanjaan tertutup, tetapi dapat melakukan aktifitas-aktifitas secara bersamaan dalam satu waktu. Aktifitas Yogyakarta yang tidak pernah mati selalu ramai hingga pagi lagi member potensi yang menarik. Yogyakarta terkenal dengan masakan khasnya dan Jl. Malioboro menjadi tempat keharusan untuk didatangi. Di Malioboro terdapat kaki lima dan tenda lesehan yang berderet sepanjang koridor jalan. Hal tersebut yang membuat khas kota Yogyakarta dikalangan wisatawan dalam negeri atau luar negeri. J-Lifestyle Plaza adalah suatu alternative jawaban yang diharapkan tepat untuk semua kebutuhan masyarakat Yogyakarta baik itu seniman atau masyarakat umum dan pendatang-pendatang yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa dari luar kota yang mengambil studi di Yogyakarta. Hadir dengan konsep modern namun masih mencerminkan atau mewadahi berbagai kegiatan ruang terbuka umum khas masyarakat Yogyakarta. Pengunjung dapat berjalan di area terbuka dengan pohon-pohon yang rindang melepas lelah setelah seharian bekerja. Terdapat juga amphitheater, kios-kios menjual karya seni dan tempat untuk memamerkan sebuah karya seni di area pedestrian sebagai fasilitas seni, sehingga pengunjung dapat menikmati jalan-jalan, makan, maupun hanya bersantai dengan sebuah pagelaran seni. Selain itu J-Lifestyle Plaza mengaplikasikan tenda lesehan seperti di Jl. Malioboro sehingga dapat menjadi sebuah cirri khas kota Yogyakarta dengan suasana baru. 2. Tujuan dan Sasaran 1) Tujuan Memperoleh dasar-dasar dalam merencanakan dan merancang J-Lifestyle Plaza sebagai sarana berkumpul dan bersantai masyarakat Yogyakarta atau ruang terbuka umum. 2) Sasaran Tersusunnya usulan langkah-langkah pokok (proses dasar) atas perencanaan dan perancangan J-Lifestyle Plaza berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan (design guideline aspect). 3. Manfaat 1) Secara Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP dan sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam eksplorasi desain yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Tugas Akhir. 2) Secara Obyektif Sebagai sumbangan terhadap perencanaan J-Lifestyle Plaza di Yogayakarta, dan sebagai sumbangan kepada perkembangan ilmu dan pengetahuan arsitektur pada khususnya. 4. Ruang Lingkup 1) Ruang Lingkup Substansial Perencanaan dan perancangan J-Lifestyle Plaza sebagai suatu ruang yang didominasi oleh ruang terbuka (public space) di kota Yogyakarta yang dapat memenuhi kebutuhan masyarkat Yogya akan sarana rekreatif yang sesuai dengan cirri khas Yogyakarta. 2) Ruang Lingkup Spasial Secara administrative daerah perencanaan terletak di Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih spesifik, daerah perencanaan terletak di daerah kota Yogyakarta/urban. 5. Metode pembahasan Metode pembahasan menggunakan metode deskriptif-komparatif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder serta mengadakan studi perbandingan kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Tahap pengumpulan data yang dimaksud meliputi : Data Primer Melakukan survey lapangan/pengamatan, pada kegiatan dan gaya hidup (lifestyle) masyarakat Yogyakarta sehari-hari yang akan mempengaruhi kebutuhan fasilitas J-Lifestyle Plaza yang akan dating. Data Sekunder Studi literature dari buku-buku yang menjelaskan tentang ruang terbuka (public space), pola sirkulasi, fasilitas dan aktifitas dalam suatu ruang terbuka berwujud plaza. Dan studi literature tentang pasar seni dan mall yang akan digunakan sebagai fasilitas penunjang dari taman kota tersebut. Mengumpulkan data yang berkaitan seperti data kebijaksanaan, peraturan yang berlaku, keadaan social budaya masyarakat, peta kondisi wilayah seperti pola penggunaan lahan, jaringan utilitas, transportasi dan jenis tanah di Yogyakarta. 6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan untuk menyusun Laporan Program Perencanaan dan Perancangan J-Lifestyle Plaza ini adalah : BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang dari perencanaan dan perancangan J-Lifestyle Plaza, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan dan metode pembahasan serta sistematika pembahasan. BAB II Tinjauan Pustaka Berisi tentang tinjauan umum mengenai public space, taman kota sebagai ruang terbuka umum, pasar seni, dan mall sebagai bangunan penunjang. Dan berisi tentang fungsi, pelaku dan aktifitas taman kota, pasar seni, dan mall. BAB III Tinjauan J-Lifestyle Plaza di Yogayakarta Berisi tentang tinjauan kota Yogyakarta. Dan tinjauan khusus mengenai lifestyle/gaya hidup dan budaya masyarakat Yogyakarta, dalam baba ini juga dipaparkan mengenai studi banding yakni Taman Menteng di Jakarta, Pasar seni Ancol dan Ci-Walk di Bandung yang dapat dijadikan gambaran mengenai wujud public space yang akan dirancang. BAB IV Kesimpulan, Batasan, dan Anggapan Berisi kesimpulan yang didapat dari bab-bab sebelumnya beserta batasan dan anggapan yang memungkinkan untuk mempermudah dalam menganalisa dan melakukan pendekatan program perencanaan dan perancangan. BAB V Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Menguraikan tentang dasar-dasar pendekatan perencanaan yang meliputi pendekatan lokasi dan tapak, dan masterplan kota Yogayakarta. Kemudian menguraikan tentang dasar pendekatan aspek perancangan yang meliputi pendekatan pelaku dan aktivitas, kebutuhan ruang, hubungan ruang, luas ruang dan aspek-aspek perancangan yakni aspek teknis, aspek kinerja dan aspek arsitektural. BAB VI Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Merupakan rangkuman dari pendekatan pada bab V yang berisi tentang lokasi dan tapak terpilih, studi besaran tapak, program ruang, dan aspek-aspek perancangan
    corecore