778 research outputs found

    Vortex

    Get PDF

    Pattern and degree of left ventricular remodeling following a tailored surgical approach for hypertrophic obstructive cardiomyopathy.

    Get PDF
    Background The role of a tailored surgical approach for hypertrophic cardiomyopathy (HCM) on regional ventricular remodelling remains unknown. The aims of this study were to evaluate the pattern, extent and functional impact of regional ventricular remodelling after a tailored surgical approach. Methods From 2005 to 2008, 44 patients with obstructive HCM underwent tailored surgical intervention. Of those, 14 were ineligible for cardiac magnetic resonance (CMR) studies. From the remainder, 14 unselected patients (42±12 years) underwent pre- and post-operative CMR studies at a median 12 months post-operatively (range 4-37 months). Regional changes in left ventricular (LV) thickness as well as global LV function following surgery were assessed using CMR Tools (London, UK). Results Pre-operative mean echocardiographic septal thickness was 21±4 mm and mean LV outflow gradient was 69±32 mmHg. Following surgery, there was a significant degree of regional regression of LV thickness in all segments of the LV, ranging from 16% in the antero-lateral midventricular segment to 41% in the anterior basal segment. Wall thickening was significantly increased in basal segments but showed no significant change in the midventricular or apical segments. Globally, mean indexed LV mass decreased significantly after surgery (120±29g/m2 versus 154±36g/m2; p<0.001). There was a trend for increased indexed LV end-diastolic volume (70±13 mL versus 65±11 mL; p=0.16) with a normalization of LV ejection fraction (68±7% versus 75±9%; p<0.01). Conclusion Following a tailored surgical relief of outflow obstruction for HCM, there is a marked regional reverse LV remodelling. These changes could have a significant impact on overall ventricular dynamics and function

    Cortical depth dependent functional responses in humans at 7T: improved specificity with 3D GRASE

    Get PDF
    Ultra high fields (7T and above) allow functional imaging with high contrast-to-noise ratios and improved spatial resolution. This, along with improved hardware and imaging techniques, allow investigating columnar and laminar functional responses. Using gradient-echo (GE) (T2* weighted) based sequences, layer specific responses have been recorded from human (and animal) primary visual areas. However, their increased sensitivity to large surface veins potentially clouds detecting and interpreting layer specific responses. Conversely, spin-echo (SE) (T2 weighted) sequences are less sensitive to large veins and have been used to map cortical columns in humans. T2 weighted 3D GRASE with inner volume selection provides high isotropic resolution over extended volumes, overcoming some of the many technical limitations of conventional 2D SE-EPI, whereby making layer specific investigations feasible. Further, the demonstration of columnar level specificity with 3D GRASE, despite contributions from both stimulated echoes and conventional T2 contrast, has made it an attractive alternative over 2D SE-EPI. Here, we assess the spatial specificity of cortical depth dependent 3D GRASE functional responses in human V1 and hMT by comparing it to GE responses. In doing so we demonstrate that 3D GRASE is less sensitive to contributions from large veins in superficial layers, while showing increased specificity (functional tuning) throughout the cortex compared to GE

    PERANCANGAN ANTENA HELICAL PADA RADIO TRANSCEIVER SX1276 PADA FREKUENSI 915 MHZ

    Get PDF
    LoRa merupakan modul transceiver yang bekerja pada rentang frekukensi 433 MHz sampai dengan 920 MHz. Modul ini bisa berkomunikasi dalam jangkauan jauh dengan treatment yang tepat. Salah satu solusi untuk mendapatkan jangkauan yang jauh adalah menambahkan antena pada sisi pemancar dan penerima untuk meningkatkan daya terima sinyal LoRa pada tempat-tempat yang memiliki sinyal dengan level daya rendah. Sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan melakukan pengukuran RSSI dengan menambahakan antena helical untuk meningkatkan sinyal RSSI (Received Signal Strength Indication) pada ketinggian 40 meter kondisi LOS (Line Of Sight) di atas gedung kedokteran UNTAN Pontianak dan melakukan pengukuran dalam kondisi LOS (Line of sight) dan NLOS (Non Line Of Sight) Dikawasan Lab Telekomunikasi Fakultas Teknik UNTAN Pontianak. Pada penelitian ini dirancang sebuah antenna helical untuk meningkatkan sinyal RSSI pada pemancar dan penerima dengan jangkauan jarak jauh

    IMPLEMENTASI SISTEM KOMUNIKASI LORA SX1276 UNTUK MENGUKUR SUHU DAN KELEMBABAN DI UDARA MENGGUNAKAN DRONE

    Get PDF
    Udara merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan udara, seperti suhu dan kelembaban. Hal ini karena suhu dan kelembaban udara sendiri dapat mempengaruhi berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan manusia. Maka dari itulah keadaan suhu dan kelembaban udara sangat penting untuk diperhatikan. Salah satunya adalah perkembangan media transmisi pengiriman data seperti sistem komunikasi LoRa SX1276 yang salah satu fungsinya dapat digunakan untuk mengirimkan suatu informasi tak terkecuali data monitoring. Tujuan penelitian ini untuk merancang dan merealisasikan alat monitoring suhu dan kelembaban di udara dengan sistem komunikasi LoRa dan mendapatkan parameter dan performa sistem komunikasi LoRa point-to-point dari alat monitoring yang dirancang. Hasil pengambilan data sistem komunikasi LoRa SX1276 dengan pengujian jarak yang didapat sekitar ±462 meter dengan parameter yang digunakan yaitu nilai frekuensi 915 MHz, CR 4/5, BW 250 kHz, dan SF 7 dimana nilai yang didapat yaitu nilai RSSI -91 dBm sampai -118 dBm, dan nilai SNR 9.75 dB sampai -11.25 dB. Sedangkan pengujian data dari sensor suhu dan kelembaban terdapat dua (2) lokasi pengujian, lokasi yang pertama didapat pada saat LoS ialah suhu  dan kelembaban 84.80% - 91.90%, sedangkan data yang didapat pada saat N-LoS hanya mengambil dua (2) data saja yaitu suhu  dan , kelembaban 92.70% dan 93.60%.  Lokasi yang kedua didapatkan pada saat LoS ialah suhu  dan kelembaban 91.40% - 94.60%, sedangkan data yang didapat pada saat N-LoS ialah suhu  dan kelembaban 94.20% - 96.10%

    IDENTIFIKASI PENGUKURAN INTENSITAS RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PEMANCAR RADIO DAN PENGARUH TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

    Get PDF
    Perkembangan radio dimulai dari penemuan phonograph (gramofon), yang juga bisa digunakan memainkan rekaman, oleh Edison pada tahun 1877. Setiap stasiun pemancar memiliki kekuatan pemancar (daya) tersendiri, penentuan kekuatan pemancar ditentukan oleh pihak stasiun radio berdasarkan jumlah penduduk atau pemirsa radio dan luas wilayah, Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pancaran gelombang lektromagnetik dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.Bahan penelitian yang digunakan yaitu berupa pendekatan metode pengukuran nilai intensitas radiasi gelombang elektromagnetik pada pemancar Radio yang berada pada di kota Pontianak. Mengukur nilai intensitas radiasi gelombang elektromagnetik pada Pemancar Radio menggunakan alat Radiation Elektromagnetik Detector.Hasil Pengukuran Pada pemancar Radio Duta Kharisma Pontianak nilai E-field (V/m) untuk jarak 10-30 meter maksimal nilainya 2, Radio Volare dan Gita Kenari Ceria maksimal nilainya 2, Radio Diah Rosanti maksimal nilainya 5, Radio Suara Manusa Indah maksimal nilainya 3, Radio Swara Mas Mujahidin maksimal nilainya 2 dan RRI Pontianak maksimal nilainya 3.Besar pancaran radiasi dari berbagai lokasi adalah mulai dari 1 V⁄m paling kecil terukur sampai 5 V⁄m paling besar terukur, nilai dari rata rata pada seluruh antena pemancar radio FM yang ada di kota Pontianak memiliki standarisasi aman sesuai dari standar lembaga WHO yaitu ICNIRP yaitu 28 V/m-1 untuk frekuensi 100-400 MHz

    ANALISIS KINERJA KOMUNIKASI MODUL TRANSCIVER ESP32 PADA FREKUENSI 2,4 GHz YANG AKAN DI TERAPKAN PADA JARINGAN IoT

    Get PDF
    Salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan di akuarium adalah pemberian pakan yang teratur, yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan ikan. Maka, perlu melakukan pemberian pakan secara intensif yakni dengan merancang alat pemberian pakan yang bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan teknologi ESP32. Tujuan penelitian ini merancang perangkat pemberian pakan untuk ikan di akuarium menggunakan teknologi ESP32, untuk mengetahui keberhasilan dari penelitian ini maka di lakukan pengukuran dari jarak 1 – 100 meter di laboratorium telekomunikasi dan di lakukan juga dengan jarak jauh mengunakan aplikasi blynk. Nilai RSSI yang rata 54,7 dBm dengan SSID Untan dan Pengoprasian feeding case dapat di lakukan dengan menggunakan aplikasi Blynk sehinggah lebih memudahkan pengopasian sistem lebih optimal dalam pemberian pakan

    ANALISA KECEPATAN TRANSMISI DATA DAN DAYA TERIMA ANTENA ROCKET M5 CCTV NIRKABEL DI DISKOMINFO KOTA SINGKAWANG

    Get PDF
    Diskomifo Kota Singawang merupakan lembaga yang bertugas dalam melaksanakan urusan pemerintan di bidang konunikasi, dan informatika yang mana salah satu tugas dari Diskominfo adalah memberi rasa aman kepada masyarakat. Memberi rasa aman pada masyarakat salah satunya adalah dengan pengawasan di titik yang rawan, untuk melakukan pengawasan yang stanby setiap saat maka Dikominfo Kota Singkawang menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan hal ini yaitu dengan memanfaatkan CCTV nierkabel antena Rocket M5 yang di pasang di setaip titik yang rawan, tentunya di haruskan menjaga kualitas jaringan internetnya dengan melihat parameter yaitu daya terima antena dan kecepatan jaringan. Dalam penelitian ini akan mengamalisa beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas daya pancar antena dan kecepatan jaringan pada antena Rocket M5. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 4 client untuk mewakili client yang lainya, yang mana keempat client ini dalam kondisi LOS dan NLOS dan memiliki jarak yang berdeda beda kepada antena pemancar. Rata-rata kualitas daya pancar antena yang berada di Diskominfo Kota Singkawang dalam kondisi cukup, pada client 1 dan 3 kondisi NLOS memiliki kualitas daya terima antena sebesar -74 dBm dan -76dBm yang mana berarti kategori cukup dan untuk Tx/Rx ratenya 79.5% dan 70.8% dan pada client 2 dan 4 kondisi LOS memiliki kualitas daya pancar antena sebesar    -65dBm dan -59dBm yang mana berarti kategori baik dan sangat baik dan untuk Tx/Rx ratenya 98,7 dan 96.9%
    corecore