31 research outputs found
Kajian Mutu Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) Asap Utuh Yang Dikemas Vakum Dan Non Vakaum Selama Proses Penyimpanan Pada Suhu Ruang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunduran mutu kimiawi dan tingkat kesukaan konsumen ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) asap utuh yang dikemas vakum dan non vakum selama 0 hari, dan 2 hari, dengan penyimpanan pada suhu ruang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksploratif deskriptif, yaitu mengumpulkan data fakta yang telah tersedia dilapangan melalui pencatatan dan pengamatan secara terperinci kemudian dilakukan analisa data berdasarkan data kualitatif dan data kuantitatif. Parameter yang di uji adalah kadar Air, pH, TVB-N, TPC dan Organoleptik. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Nilai kadar air ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) asap utuh yang dikemas vakum pada penyimpanan 0 hari memiliki nilai tertinggi yaitu 68.1% dan non vakum 63.3% sedangkan pada penyimpanan 2 hari mengalami penurunan untuk ikan yang divakum memiliki nilai 65.6% dan untuk ikan yang dikemas non vakum yaitu 63.3%.Nilai pH ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 hari masi baik untuk vakum yaitu 5.68 ,dan non vakum 5.85 sedangkan untuk nilai pH pada hari ke 2 vakum 6.12 dan untuk non vakum adalah 6.08. Nilai TVB-N ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 hari yaitu, vakum 39.9 mg N/100 gr dan non vakum 35.7 mg N/100 gr sedangkan untuk penyimpanan pada 2 hari mengalami kenaikan yaitu, vakum 85.3 mg N/100 gr dan non vakum 58 mg N/100 gr. Nilai TPC ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 yaitu vakum 49,5X101 dan non vakum 74,5X103. sedangkan untuk nilai TPC pada hari ke 2 yaitu, vakum 145X101 dan non vakum 246,5X101 . Berdasarkan hasil uji organoleptik ikan cakalang (katsuwonus pelamis L) asap utuh yang dikemas vakum dan non vakum di uji dari segi kenampakan, rasa, dan bau, ikan cakalang asap yang dikemas vakum dan non vakum pada penyimpanan 0 hari memiliki nilai yang baik, sedangkan untuk pengujian hari ke 2 memiliki penurunan nilai. Penyimpanan ikan dengan menggunakan plastik vakum memiliki nilai lebih baik dari ikan yang tidak divakum ini terbukti adanya hasil yang diperoleh selama proses pengamatan
Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Beberapa Jenis Ikan Demersal di Perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara
 The purpose of this study was to determine the levels of heavy metal Lead (Pb) and heavy metal Cadmium (Cd) in several types of demersal fish in the waters of Manado Bay. The samples used were 6 types of demersal fish commonly found in the bay of Manado, namely Sillago sihama, Lethrinus obsoletus, Garres filamenysuso, Polydactylus plabejus, Lutjanus rusellii and Mugil cephalus. Analysis of heavy metal content using the Atomic Absorption Spectro-photometry (AAS) method. The levels of heavy metals in fish samples were compared with the quality standards set by the Consumption Safe Limit (BSN) SNI 7387:2009. The results showed that the levels of Lead (Pb) were <0.08 mg/kg and Cadmium (Cd) were <0.01 mg/kg for each sample of demersal fish.
Keyword:Â Â Â Â Â Â Â Pb, Cd, Heavy Metals, Demersal fish, Manado Bay.
APLIKASI AIR KELAPA SEBAGAI ADITIF ALAMI BAGI PENINGKATAN MUTU PRODUK CAKALANG ASAP (CAKALANG FUFU) KHAS SULAWESI UTARA
Diseminasi produk teknologi ke masyarakat dengan aplikasi air kelapa sebagai aditif alamiah bagi peningkatan mutu produk cakalang asap (cakalang fufu) khas Sulawesi Utara bertujuan supaya dihasilkan produk ikan asap (fufu) yang bermutu dan aman dikonsumsi serta menjadikan mitra kerja pada kelompok percontohan bagi kelompok pengolah ikan lainnya. Target luaran adalah: tersedianya 3 bak beton dengan 3 fungsi berbeda (bak penampungan dan pencucian ikan, bak perendaman dan bak penampungan limbah); Adanya rumah pengasapan yang lebih memadai sehingga ada efisiensi penggunaan bahan bakar dari pengolah; Serta adanya produk ikan asap dengan mutu yang lebih baik dan harga yang lebih kompetitif. Ini ditandai dengan adanya tekstur yang lebih kompak, warna yang lebih menarik tanpa penambahan pewarna, citarasa yang khas ikan asap, serta penurunan kadar histamin. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka metode yang digunakan adalah survei, penyuluhan, pelatihan termasuk didalamnya perbaikan fisik usaha pengasapan ikan, pendampingan dan evaluasi. Hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan, para pengusaha pengolah ikan fufu mempunyai kebiasaan yang perlu dilestarikan dan juga ada hal-hal membutuhkan waktu yang cukup untuk mengubah kebiasaan yang selama ini mereka lakukan dimana kebiasaan ini tidak perlu ditiru. Teknologi yang ditransfer ke masyarakat belum sepenuhnya diterima, dan hal ini membutuhkan waktu untuk penyuluhan yang teratur dan berkelanjutan
UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BUAH MANGROVE Sonneratia alba DI DESA NUNUK KECAMATAN PINOLOSIAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN SULAWESI UTARA
Sonneratia alba is one of the most common mangrove plants found in coastal countries in Asia an including Indonesia, Malaysia Philippines, India, and China. The fruit of this plant is widely used as a medicinal ingredient and is believed to have potential as a source of antioxidants. The purpose of this study is to study the antioxidant activity in S. alba fruit 2–3cm diameter which originated from coastal area of Desa Nunuk, Kecamatan. Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, North Sulawesi. Testing of antioxidant activity of mangrove fruit was done by phytochemical and DPPH (1,1-diphenyl-2-picrilhidrazil). The result of phytochemical analysis showed that S. alba fruit contain alkaloid, flavonoid, phenolic, tannin, and steroid compound. Additionally, the IC50 value was 296.54 ppm. Sonneratia alba salah satu tanaman mangrove yang banyak ditemukan di pesisir negara-negara di Asia antara lain di Indonesia, Malaysia Filipina, India, dan Cina. Buah dari tanaman ini banyak digunakan sebagai bahan obat dan diyakini memiliki potensi sebagai sumber antioksidan. Tujuan penelitian ini yakni untuk mempelajari aktivitas antioksidan pada buah S. alba yang berdiameter 2–3cm yang diambil di sekitar pesisir pantai Desa Nunuk, Kecamatan Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Pengujian aktivitas antioksidan buah mangrove dilakukan dengan uji fitokimia dan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil analisa fitokimia menunjukkan bahwa buah S. alba mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, tannin, dan steroid. Selain itu nilai IC50 adalah 296.54 ppm
KAJIAN MUTU IKAN CAKALANG (Katsuwonus Pelamis L.) ASAP UTUH YANG DIKEMAS VAKUM DAN NON VAKAUM SELAMA PROSES PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunduran mutu kimiawi dan tingkat kesukaan konsumen ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) asap utuh yang dikemas vakum dan non vakum selama 0 hari, dan 2 hari, dengan penyimpanan pada suhu ruang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksploratif deskriptif, yaitu mengumpulkan data fakta yang telah tersedia dilapangan melalui pencatatan dan pengamatan secara terperinci kemudian dilakukan analisa data berdasarkan data kualitatif dan data kuantitatif. Parameter yang di uji adalah kadar Air, pH, TVB-N, TPC dan Organoleptik.Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Nilai kadar air ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) asap utuh yang dikemas vakum pada penyimpanan 0 hari memiliki nilai tertinggi yaitu 68.1% dan non vakum 63.3% sedangkan pada penyimpanan 2 hari mengalami penurunan untuk ikan yang divakum memiliki nilai 65.6% dan untuk ikan yang dikemas non vakum yaitu 63.3%.Nilai pH ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 hari masi baik untuk vakum yaitu 5.68 ,dan non vakum 5.85Â Â sedangkan untuk nilai pH pada hari ke 2 vakum 6.12 dan untuk non vakum adalah 6.08. Nilai TVB-N ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 hari yaitu, vakum 39.9 mg N/100 gr dan non vakum 35.7 mg N/100 gr sedangkan untuk penyimpanan pada 2 hari mengalami kenaikan yaitu, vakum 85.3 mg N/100 gr dan non vakum 58 mg N/100 gr. Nilai TPC ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap utuh yang disimpan dengan pengemas vakum dan non vakum untuk 0 yaitu vakum 49,5X101 dan non vakum 74,5X103. sedangkan untuk nilai TPC pada hari ke 2 yaitu, vakum 145X101 dan non vakum 246,5X101 . Berdasarkan hasil uji organoleptik ikan cakalang (katsuwonus pelamis L) asap utuh yang dikemas vakum dan non vakum di uji dari segi kenampakan, rasa, dan bau, ikan cakalang asap yang dikemas vakum dan non vakum pada penyimpanan 0 hari memiliki nilai yang baik, sedangkan untuk pengujian hari ke 2 memiliki penurunan nilai. Penyimpanan ikan dengan menggunakan plastik vakum memiliki nilai lebih baik dari ikan yang tidak divakum ini terbukti adanya hasil yang diperoleh selama proses pengamatan
Kajian Perubahan Mutu Kesegaran Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) Yang Direndam Dalam Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) Dan Ekstrak Buah Bakau (Sonneratia Alba)
The research has been done to know the influence of seaweed extract (Eucheuma spinosum) and mangrove fruit extract (Sonneratia alba) as antibacterial in preserving tongkol fish. Seaweed (Eucheuma spinosum) and mangrove fruit (Sonneratia alba) were refined, filtered, and dissolved into sterile aquades. Fresh tongkol fish soaked in that extract added ice to maintain the temperature not more than 5 celsius degree. Observation was done to chemistry characteristic (pH), there was microbe pollution (ALT) and sensory characteristic and hedonic of tongkol fish produced by using score test. The result of observation to the sensory value and hedonic of tongkol fish which soaked in each extract give very real influence. On the other side, treatment of soak in extract did not give real influence to pH and microbe pollution (ALT).Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak rumput laut Eucheuma spinosum dan ekstrak buah bakau Sonneratia alba sebagai antibakteri dalam mengawetkan ikan tongkol. Rumput laut Eucheuma spinosum dan buah bakau Sonneratia alba dihaluskan, disaring dan dilarutkan ke dalam aquades steril. Ikan tongkol segar direndam dalam ekstrak tersebut sambil diberi es dengan mempertahankan suhu agar tidak lebih dari 5ºC. Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia (pH), adanya cemaran mikroba (ALT) dan sifat sensori dan hedonik ikan tongkol yang dihasilkan dengan menggunakan uji skor. Hasil pengamatan terhadap nilai sensori dan hedonik ikan tongkol yang direndam dalam masing-masing ekstrak memberikan pengaruh yang sangat nyata. Sebaliknya perlakuan perendaman dalam ekstrak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH dan cemaran mikroba (ALT)
MUTU STICK IKAN BELUT (Monopterus albus) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KARAGENAN: The Quality of Eel (Monopterus albus) Fish Stick with Addition of Carrageenan Flour
Indonesia is endowed with a plethora of diverse animal food sources, one of which is the eel fish (Monopterus albus). Eel is a fish that can be consumed as a functional food, exhibiting a higher nutritional content than ordinary foodstuffs and providing health benefits for the body. Eel is processed into a variety of products, including the eel fish sticks. It is anticipated that the production of eel fish sticks with the incorporation of carrageenan flour will enhance the cohesiveness and binding power of the product, thereby extending its shelf life. The objective of this study was to assess the quality of eel fish sticks (Monopterus albus) with the incorporation of carrageenan flour through organoleptic evaluations, fat content analyses, crude fiber assessments, and water content examinations. The results of the study indicated that the panelists preferred the 0% carrageenan flour treatment in terms of organoleptic characteristics, including taste, color, texture, and aroma, when compared to treatments with 5%, 10%, and 15% carrageenan flour. The water content value was found to be lower with the addition of 5% carrageenan (6.78) compared to the addition of 0% carrageenan (7.52). The fat content value with a 5% carrageenan addition (9.71) was found to be lower than that observed with a 0% carrageenan addition (11.03). The crude fiber content exhibited a higher value with the addition of 5% carrageenan (0.78) compared to the 0% carrageenan addition (0.48). Similarly, the dietary fiber content demonstrated a higher value with the addition of 5% carrageenan (0.60) compared to the 0% carrageenan addition (0.44).
Kata kunci:Â Carageenan, Eel, Monopterus albus, Stick
Â
Indonesia memiliki kekayaan sumber pakan hewani yang beragam, salah satunya ikan belut (Monopterus albus). Belut adalah ikan yang dapat dikonsumsi sebagai pangan fungsional yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari pangan biasa dan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, belut tersebut diolah menjadi produk dengan cara diversifikasi. Sehingga dalam penelitian ini dilakakukan pembuatan stick ikan belut dengan penambahan tepung karagenan diharapkan dapat meningkatkan kekompakan dan daya ikat produk serta meningkatkan daya simpan pada stick ikan belut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui mutu stick ikan belut (Monopterus albus) dengan penambahan tepung karagenan melalui uji organoleptik uji kadar lemak, uji serat kasar, dan uji kadar air. Hasil Penelitian pada nilai organoleptik panellis lebih menyukai perlakuan tepung karagenan 0%, dari segi rasa, warna, tekstur, aroma, dibandingkan dengan penambahan karagenan sebanyak 5%, 10% dan 15%. Nilai kadar air dengan penambahan karagenan 5% (6,78) lebih rendah dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (7,52). Nilai kadar lemak dengan penambahan karegenan 5% (9,71) lebih rendah dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (11,03). Nilai kadar serat kasar dengan penambahan karegenan 5% (0,78) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (0,48). Nilai kadar serat pangan dengan penambahan karagenan 5% (0,60) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan karagenan 0% (0,44).
Kata kunci:Â Belut, Karagenan, Monopterus albu, Stick
Extraction of Eucheuma Spinosum Seaweed into Seaweed Powder Using Subcritical Water
The goal of this study was to evaluate the Eucheuma spinosum seaweed flour's quality as well as the importance of water content, pH, and minerals (Mg and Zn). In this study, the extraction temperatures were 115°C and 125°C, while the extraction times were 15, 20, and 25 minutes. The results of the study's investigation into water content showed that it rose to a value of 11.33% in the 15-minute extraction time treatment at a temperature of 115°C and that it fell to 7.89 in the 20-minute extraction time treatment at a temperature of 125°C. The pH stability values obtained were 6.12 to 8.73, and the magnesium (Mg) mineral values ranged from 2.1710 to 4.0324.
Keywords: Seaweed flour, Subcritical Water, Mineral, Eucheuma spinosum.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mutu dari tepung rumput laut Eucheuma spinosum yang diekstrak dengan metode air subkrits dan nilai kadar air, pH dan mineral (Mg dan Zn). Pada penlitian ini digunakan perlakuan lama waktu ekstraksi 15menit, 20 menit, 25 menit dan suhu ekstraksi 115oC dan 125oC. Hasil penelitian kadar air dalam penelitian diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan lama ekstraksi 15 menit dengan suhu 115oC sebesar 11.33% dan kadar air ternedah diperoleh pada perlakuan lama waktu ekstraksi 20 menit dengan suhu 125oC sebesar 7.89. nilai stabilitas pH diperoleh 6.12 – 8.73, dan nilai mineral Magnesium (Mg) berkisar 2.1710 – 4.0324, nilai mineral Zinc (Zn) berkisar 3.7330 – 75601.
Kata kunci: Tepung Rumput Laut, Air Subkritis, Mineral dan Eucheuma spinosum
Fitokimia dan Total Fenol Ekstrak Air Subkritis Benang Sari dan Kepala Putik Bunga Mangrove Sonneratia alba
Mangrove Sonneratia alba is a pioneer plant and has the resistance to survive in the coastal area in various fluctuations of tidal and salinity conditions. Parts of the S. alba mangrove have been investigated starting from the fruit, leaves, roots, and stems using boiling water or organic solvents extract. However, study on S. alba mangrove flowers, especially the stamens and stigmas using boiling water extract or extraction using organic solvents has not been carried out and the types of compounds contained are not known. This study aims to obtain the types of phytochemicals and the total phenol of the stamens and the stigma of the S. alba mangrove flower which were extracted using subcritical water at a temperature of 120°C for 20 minutes. Mangrove flowers that have stamens and anthers were taken in Wori Village, Wori District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province. This research was conducted through a descriptive laboratory experiment. This research uses the subcritical water method extraction. The parameters tested were qualitative phytochemicals and total phenol. The results of this study showed that the stamens and stigma of the mangrove S. alba flower contain alkaloids, flavonoids, tannin, saponin, triterpenoid, and phenols. The results of the total phenol test of the subcritical water extract of the stamens and the stigma of the S. alba mangrove flower had a phenolic content of 5.9032 mg GAE/gram.Keyword:    Flowers, Yield, Phytochemicals, Total Phenol and Subcritical Water. Mangrove Sonneratia alba merupakan tumbuhan pionir serta memiliki ketahanan untuk bertahan hidup di lokasi pantai yang cenderung memiliki kondisi pasang surut serta salinitas. Bagian-bagian mangrove S. alba telah diteliti mulai dari buah, daun, akar dan batang dengan menggunakan ekstrak air mendidih maupun pelarut organik. Namun penelitian tentang bunga mangrove S. alba khususnya benang sari dan kepala putik yang menggunakan ekstrak air mendidih maupun ekstraksi menggunakan pelarut organik belum dilakukan dan belum diketahui jenis senyawa apa yang terkandung didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis fitokimia dan total fenol benang sari serta kepala putik bunga mangrove S. alba yang diekstrak menggunakan air subkritis pada suhu 120°C selama 20 menit. Bunga mangrove yang memiliki benang sari dan kepala putik yang diambil di Desa Wori, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan melalui percobaan di laboratorium yang bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode air subkritis. Parameter yang diuji yaitu fitokimia kualitatif dan total fenol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benang sari dan kepala putik bunga mangrove S. alba mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan fenol. Hasil uji total fenol ekstrak air subkritis benang sari dan kepala putik bunga mangrove S. alba memiliki kandungan fenolik sebesar 5,9032 mg GAE/gram.Kata kunci: Bunga, Rendemen, Fitokimia, Total fenol dan Air subkritis
Fiber Content and Viscosity of Seaweed Extract Eucheuma spinosum using Subcritical Water Method
This study was conducted to analyze the fiber content and viscosity of the Eucheuma spinosum seaweed. Seaweed, used in dry form, is extracted using subcritical water at 115°C and 125°C with time of 15, 20, and 25 minutes respectively using Hirayama HVE-50. The results of analysis of E.spinosum's fiber content and extract viscosity were obtained in the treatment of each of the lowest crude fibre levels in the 15 minute treatment at 115°C at 1.175%, and the highest at the 25 minute treatment at 125°C at 2.1525%. The analysis of insoluble fiber levels is lowest at 20 minutes of treatment at 125°C at 9.4% and the highest 20 minutes of treatment at 115°C at 16.64%. The analysis of dissolved dietary fiber is lowest at 15 minutes of treatment at 115°C at 2.21% and 25 minutes of treatment at 115°C at 12.61%. Viscosity analysis is lowest at 20 minutes with a temperature of 115°C at 22.465 cP and the highest time treatment at 115°C at 91.455 cP.
Keywords: Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, and subcritical water
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kadar serat dan viskositas yang terdapat pada rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut yang digunakan dalam bentuk kering, diekstraksi menggunakan air subkritis pada suhu 115°C dan 125°C dengan waktu masing-masing selama 15, 20, dan 25 menit menggunakan autoclave tipe Hirayama HVE-50. Hasil analisis kadar serat dan viskositas ekstrak rumput laut E.spinosum diperoleh masing-masing pada perlakuan yaitu kadar serat kasar terendah terdapat pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu115°C sebesar 1,175%, dan tertinggi pada perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 125°C sebesar 2,1525%. Analisis kadar serat pangan tak larut terendah pada perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 125°C sebesar 9,4% dan tertinggi perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 115°C sebesar 16,64%. Analisis serat pangan terlarut terendah pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu 115°C sebesar 2,21% dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 12,61%. Analisisviskositasterendah pada perlakuan 20 menitdengansuhu 115°C sebesar 22,465 cP dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 91,455cP.
Kata Kunci: Eucheuma spinosum, kadar serat, viskositas, dan air subkriti