86 research outputs found
ANALISIS KETAHANAN KOMUNITAS MASYARAKAT SUKOREJO SEMARANG TERHADAP BENCANA LONGSOR
Konsep kota tangguh atau resilient city mulai banyak digunakan dalam perencanaan
wilayah dan kota seiring dengan meningkatnya isu tentang perubahan iklim dan frekuensi kejadian
bencana. Salah satu aspek penting untuk menciptakan ketahanan kota adalah dengan mewujudkan
ketahanan komunitas (community resilience). Ketahanan komunitas menjadi penting karena
frekuensi kejadian iklim ekstrem maupun bencana semakin meningkat dan membahayakan
masyarakat. Masyarakat di wilayah Kelurahan Sukorejo merupakan salah satu komunitas di Kota
Semarang yang rentan terhadap risiko bencana longsor. Karakteristik geomorfologi dan
kesesuaian lahan yang kurang cocok untuk dikembangkan sebagai permukiman serta kemampuan
ekonomi masyarakat Sukorejo yang rendah menambah tingkat kerentanan komunitas. Namun
demikian, sebagian besar masyarakat memilih tetap tinggal di wilayah Sukorejo karena tidak
memiliki pilihan tempat tinggal lain
COMMUNITY BASED ADAPTATION TO CLIMATE CHANGE: LESSONS FROM SEMARANG CITY
The north coast of Central Java is one of the most vulnerable regions to climate change in Indonesia (Marfai, 2011; Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, 2009). Various activities in coastal area also lead to the growth of informal sector that closely related to the growing number of poor people in coastal area. However, permanent migration has not yet been an option for adaptation in dealing with environmental hazard in Java (Handayani, et al., 2015). Therefore, the loss of livelihood and community assets trigger the awareness of stakeholder to help people
through Community-based Adaptation (CBA) in Semarang coastal area. CBA is seen as a tailor made approach that can increase people adaptive capacity because local people are more knowledgeable of their local situatio
CONTENT ANALYSIS MAINSTREAMING RESILIENCE INTO DEVELOPMENT PLANNING POLICIES
Resilience assessment has been conducted in Semarang City by two different
organizations using two different methods (i.e., CRI and UCRA) in 2017 and 2018. Based
on the result of those resilience assessments, it reveals that some of the resilience
indicators are not suitable for local conditions in Semarang City regarding development
planning policies. RPJMD is a development planning policy with a combination of
sectoral planning and comprehensive planning to budgeting process of the local
government programs. RPJMD also includes local government performance indicators
that reflect the level of good governance and lead to enhance city resilience. Hence,
indicators in RPJMD also can be considered as resilience indicators. All of this implies
that RPJMD describes the local government already uses resilience thinking in its
strategies, policies, and programs. However, city resilience encompasses many aspects
and more complex
TIPOLOGI KAWASAN PERI-URBAN DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN
Urbanisasi dan pertumbuhan kota mempengaruhi proses transformasi wilayah yang berciri pedesaan
menjadi wilayah dengan karakteristik perkotaan. Kota-kota khususnya di pesisir utara Pulau Jawa
cenderung tumbuh dan berkembang dengan pesat melewati batas administrasinya. Namun,
pertumbuhan kota cenderung tidak diiringi dengan implementasi perencanaan tata ruang yang baik.
Hal tersebut berdampak pada meningkatnya kegiatan konversi lahan pada kawasan peri-urban.
Proses konversi lahan mendorong proses transformasi pada kawasan peri-urban khususnya di kota
pesisir utara Pulau Jawa. Sebagai salah satu kota di pesisir utara Jawa tengah yang tumbuh dengan
pesat, penelitian ini berupaya untuk mengklasifikasikan tipologi kawasan peri-urban Kota
Pekalongan, khususnya di Kecamatan Buaran. Penelitian ini menggunakan analisis overlay pada GIS
dan analisis skoring. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi kompilasi dari dokumen
instansi pemerintahan yaitu data kependudukan serta data penggunaan lahan terbangun secara timeseries.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, diketahui bahwa Kota Pekalongan sebagai kota kecil
telah mengalami pertumbuhan pada aspek fisik maupun sosial. Lahan terbangun di kawasan periurban
Kota Pekalongan rata-rata tumbuh 5-25% dari tahun 2002 hingga 2018. Pertumbuhan ini
berpengaruh terhadap Kecamatan Buaran dimana sejak tahun 2002 hingga 2018 presentase lahan
terbangun bertumbuh hingga 67%. Kondisi ini didorong oleh dukungan infrastruktur transportasi
dan pergeseran sektor ekonomi dari pertanian ke industri. Kecamatan Buaran telah berubah menjadi
wilayah yang memiliki ciri kekotaan yang kuat. Ciri kekotaan ini antara lain dapat diindikasikan dari
guna lahan terbangun, kepadatan penduduk, dan aktivitas masyarakatnya. Berdasarkan variabelvariabel
tersebut,
Kecamatan
Buaran
secara
umum
dapat
dikategorikan
sebagai
kawasan peri-urban
primer. Diharapkan, pemahaman yang lebih mendetail terkait kawasan peri-urban dapat memberikan
gambaran bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan serta mengawasi perubahan pemanfaatan
ruang wilayah yang lebih seimbang dan berkelanjutan
KAJIAN AKTIVITAS PENAMBANGAN MINYAK TUA DAN PERTANIAN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN EKONOMILOKAL DESA BANGOWAN KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA
Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memenuhi
kebutuhan dan aspirasi manusia (Emil Salim,1990 dalam Jaya,2004:1). Pembangunan berkelanjutan jika
dilihat dari segi spasial, dikenal sebagai Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang bertujuan menciptakan
lapangan kerja baru guna merangsang peningkatan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan
masyarakat lokalnya. Desa Bangowan Kecamatan Jiken memiliki dua potensi lokal sumberdaya alamnya,
yaitu potensi pertanian dan pertambangan. Isu di Desa Bangowan meliputi seberapa besar kegiatan
Pengembangan Ekonomi Lokal dengan memanfaatkan sumberdaya alam, dalam menyediakan lapangan kerja
baru dan meningkatkan pendapatan, produktivitas dan kesejahteraan penduduk. Sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah mengkaji produktivitas tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat Desa Bangowan
sebagai penambang dan petani dalam upaya pengembangan ekonomi lokal Desa Bangowan
STUDI KEBERLANJUTAN KLASTER UNGGULAN JAWA TENGAH\ud
Provinsi Jawa Tengah memiliki berbagai sumber daya yang dapat dikembangkan termasuk
klaster Usaha Kecil dan Mikro (UMKM). Klaster UMKM memiliki peranan penting terhadap
pembangunan ekonomi dan kesempatan kerja. Kini pemerintah sedang melakukan usaha
pengembangan ekonomi regional dengan pendekatan endogenous melalui pengembangan klaster
unggulan yang tersebar di Kabupaten di Jawa Tengah (Bappeda, 2013). Klaster memiliki
perpaduan antara padat modal dan padat karya yang memanfaatkan sumber daya lokal. Klaster
telah membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi krisis ekonomi dan moneter sebelum tahun
2000 (Bappeda, 2013). Klaster yang dianggap unggulan adalah klaster jambu biji getas merah
Kendal, klaster pariwisata Kudus, klaster eceng gondok Kabupaten Semarang, klaster kopi
Temanggung, klaster pertanian organik Sukoharjo, klaster telur asin di Brebes dan klaster gula
kelapa di Banyumas. Namun, pada umumnya klaster mengalami permasalahan pada sumber daya
manusia, yaitu sedikitnya masyarakat yang memiliki pendidikan dan keahlian tertentu. Selain itu,
pada proses produksi, pelaku usaha belum banyak melakukan inovasi dan masih menggunakan cara
– cara tradisional. Hal tersebut berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk sehingga berakibat
pada daya saing produk. Melihat berbagai macam permasalahan di atas, maka tantangan yang
dihadapi adalah keberlanjutan klaster di masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi
globalisasi dan persaingan pasar. Padahal usaha yang ditekuni pelaku usaha di masing – masing
klaster merupakan usaha mikro dan kecil yang sebenarnya belum tentu menjamin kesejahteraan
pelaku usaha tersebut
KAJIAN PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PENURUNAN KUALITAS JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG(Studi Kasus: Koridor Barat Jalan Prof. Soedharto, SH)
Jalan Prof. Soedhartho merupakan salah satu jalan utama mengelilingi kampus UNDIP. ini
muncul berbagai macam activitas Pedadagang Kaki Lima, di sepanjang jalur pedestrian di jalan tersebut.
Pada awalnya, kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam
memenuhi kebutuhannya, namun seiring berjalannya waktu perkemb angannya semakin tidak terkendali.
Trotoar atau dapat disebut juga sebagai lajur pedestrian sebagai ruang terbuka publik tidak dapat
digunakan oleh pejalan kaki dibeberapa titik koridor penelitian . Seharusnya jehidupan ruang publik yang
meliputi kepentingan publik (public domain) dan kepentingan privat (private domain) sehingga ruang
terbuka publik dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki.Tujuan penelitian ini mengkaji pengaruh aktivitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap penurunan kualitas jalur pedestrian di k oridor Jalan Prof. Soedharto
Kampus UNDIP Tembalang. Dengan meenggunakan pendekatan metodologi penelitian kuantitatif
Content Analysis of Resilience Indicators for Mainstreaming Resilience into Semarang City's Development Planning Policies
Resilience assessment has been conducted in Semarang City by two different organizations using two different methods, i.e., City Resilience Index (CRI) and Urban Community Resilience Assessment (UCRA) in 2017 and 2018. Based on the result of those resilience assessments, it reveals that some of the resilience indicators are not suitable for local conditions in Semarang City regarding development planning policies. City strategic planning is a mid-term development planning policy with a combination of sectoral planning and comprehensive planning to budgeting process of the local government programs. It also includes local government performance indicators that reflect the level of good governance and lead to enhance city resilience. Hence, indicators in city strategic planning also can be considered as resilience indicators. All of this implies that city strategic planning describes the local government already uses resilience thinking in its strategies, policies, and programs. However, city resilience encompasses many aspects and more complex. This study aims to identify between CRI and UCRA, which method having resilience indicators that are compatible, applicable, and suitable for Semarang’s city strategic planning. CRI and UCRA use different methods and aim at different scopes when assessing resilience in the city. The results of the content analysis on the document of development planning policies, such as the 2016-2021 Semarang’s city strategic planning and Revision of the 2016-2021 Semarang’s city strategic planning, highlight the similarities and differences between CRI and UCRA. It reveals that CRI’s resilience indicators are more compatible, applicable, and suitable for Semarang’s city strategic planning rather than UCRA’s resilience indicators
TOWARDS AN INDEPENDENT CITY: THE ROLE OF UNGARAN CITY AS A SUB-CENTER OF SEMARANG CITY
Kota Ungaran sebagai Ibukota Kabupaten Semarang berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan wilayah dan sebagai sub-center Kota Semarang. Aglomerasi industri yang
ada di daerah tersebut menggerakkan kota Ungaran tumbuh menjadi pusat pertumbuhan
baru dan mampu untuk memenuhi semua kebutuhan penghuninya, tetapi tetap menjalin
interaksi dengan Kota Semarang yang meningkatkan pola pergerakan penduduk dalam
segala aspek kehidupan. Penelitian ini berfokus pada penemuan tentang faktor apa saja
yang mempengaruhi penduduk Kota Ungaran melakukan mobilitas ke Kota Semarang
- …