8 research outputs found

    Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Muara Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo

    Full text link
    Pembuangan limbah dan lumpur ke Sungai Porong diduga akan berdampak bagi lingkungan sekitarnya, khususnya meningkatnya konsentrasi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) dan mempengaruhi sebaran fitoplankton di wilayah tersebut. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi muatan padatan tersuspensi, kekeruhan dan kelimpahan fitoplankton di perairan muara Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan sebagai variable ukur adalah muatan padatan tersuspensi, kekeruhan, kelimpahan fitoplankton dan kecepatan serta arah arus. Variabel pendukung meliputi data arah dan kecepatan arus dan peta bathimetri wilayah muara Sungai Porong. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan program Arc GIS 10, sehingga menghasilkan output berupa distribusi spasial. Konsentrasi muatan padatan tersuspensi 542-885 mg/l. konsentrasi kekeruhan 3.7-20.5 NTU. Kelimpahan fitoplankton 153-238 ind/l. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebaran muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki kaitan dengan kelimpahan fitoplankton pada saat surut, meskipun pada kuantitas yang tidak selalu sama. Arah sebaran bergerak ke arah Timur atau menjauhi muara sungai

    Laju Sedimentasi di Perairan Brebes, Jawa Tengah Menggunakan Metode Isotop 210pb

    Get PDF
    Beberapa upaya mitigasi terhadap bencana erosi yang terjadi di kecamatan Brebes telah dilakukan dengan penanaman mangrove, pemasangan hybrid engineering, alat pemecah ombak, namun dari keseluruhan upaya tersebut masih dianggap belum menjadi solusi terbaik mengurangi dampak bencana erosi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rata-rata kecepatan sedimentasi berdasarkan umur absolut sedimen dasar laut yang dianggap mewakili daerah penyelidikan. Penentuan umur absolut sedimen berdasarkan aktifitas kandungan isotop alam 210Pb pada sedimen. Hasil perhitungan laju sedimentasi tersebut dikorelasikan dengan data debit sungai dan kondisi hidro-oseanografi yang berperan dalam sistem sedimentasi. Berdasarkan profil unsupported 210Pb pada lokasi IST-01 (Muara Pemali) dan IST-02 (Muara Nipon) rata-rata laju sedimentasinya berturut-turut 0,224 cm/tahun dan 0,211 cm/tahun, debit Sungai Pemali sebesar 14,4-48,1 m3/s, kecepatan arus pada stasiun IST-01 berkisar antara 0,001-0,1 m/s dan kecepatan arus pada stasiun IST-02 berkisar antara 0,001-0,08 m/s. Kondisi hidro-oseanografi daerah penelitian yang fluktuatif memberikan pengaruh besar terhadap proses sedimentasi. Besarnya debit sungai memiliki korelasi terhadap peningkatan besarnya nilai laju sedimentasi di Muara Pemali dan Muara Nippon. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan bahan rekomendasi upaya mitigasi bencana erosi di kecamatan BrebesKata Kunci: Sedimentasi, Pesisir Brebes, Hidrodinamika arus, Isotop Unsupported 210Pb Several efforts to mitigate the erosion event which occurred in Brebes sub district have been done by mangrove cultivation, hybrid engineering, and breakwater as well. Nevertheless, all those efforts did not work right away to solve the erosion problem and deteriorate its impact. This study has aim to determine the absolute sediment dating, which represents the study area. We decided the absolute sediment dating based on natural isotop activity 210Pb contained on sediment. Sedimentation rate calculation result was correlated with the river discharge and hydro-oceanography conditions in the sediment area systems. Based on unsupported 210Pb profile, at the station IST-01 (Pemali estuary) and IST-2 (Nipon estuary), the averages of sedimentation rate are 0.22 cm/year and 0.211 cm/year respectively. The discharge of Pemali River has ranged 14.4-48.1 m3/s. The current speed at the point IST-01 has ranged 0.001-0.1 m/s and at the station IST-02 has ranged 0.001-0.08 m/s. The hydro-oceanography condition which is volatile has a big impact on the process of sedimentation. The enhancing of river discharge has a correlation with the sedimentation rate enhancement in Pemali and Nippon estuary. The result of this study could be a basis of erosion mitigation effort in Brebes sub district

    Laju Sedimentasi di Perairan Brebes, Jawa Tengah Menggunakan Metode Isotop 210pb

    Get PDF
    Beberapa upaya mitigasi terhadap bencana erosi yang terjadi di kecamatan Brebes telah dilakukan dengan penanaman mangrove, pemasangan hybrid engineering, alat pemecah ombak, namun dari keseluruhan upaya tersebut masih dianggap belum menjadi solusi terbaik mengurangi dampak bencana erosi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rata-rata kecepatan sedimentasi berdasarkan umur absolut sedimen dasar laut yang dianggap mewakili daerah penyelidikan. Penentuan umur absolut sedimen berdasarkan aktifitas kandungan isotop alam 210Pb pada sedimen. Hasil perhitungan laju sedimentasi tersebut dikorelasikan dengan data debit sungai dan kondisi hidro-oseanografi yang berperan dalam sistem sedimentasi. Berdasarkan profil unsupported 210Pb pada lokasi IST-01 (Muara Pemali) dan IST-02 (Muara Nipon) rata-rata laju sedimentasinya berturut-turut 0,224 cm/tahun dan 0,211 cm/tahun, debit Sungai Pemali sebesar 14,4-48,1 m3/s, kecepatan arus pada stasiun IST-01 berkisar antara 0,001-0,1 m/s dan kecepatan arus pada stasiun IST-02 berkisar antara 0,001-0,08 m/s. Kondisi hidro-oseanografi daerah penelitian yang fluktuatif memberikan pengaruh besar terhadap proses sedimentasi. Besarnya debit sungai memiliki korelasi terhadap peningkatan besarnya nilai laju sedimentasi di Muara Pemali dan Muara Nippon. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan bahan rekomendasi upaya mitigasi bencana erosi di kecamatan BrebesKata Kunci: Sedimentasi, Pesisir Brebes, Hidrodinamika arus, Isotop Unsupported 210Pb Several efforts to mitigate the erosion event which occurred in Brebes sub district have been done by mangrove cultivation, hybrid engineering, and breakwater as well. Nevertheless, all those efforts did not work right away to solve the erosion problem and deteriorate its impact. This study has aim to determine the absolute sediment dating, which represents the study area. We decided the absolute sediment dating based on natural isotop activity 210Pb contained on sediment. Sedimentation rate calculation result was correlated with the river discharge and hydro-oceanography conditions in the sediment area systems. Based on unsupported 210Pb profile, at the station IST-01 (Pemali estuary) and IST-2 (Nipon estuary), the averages of sedimentation rate are 0.22 cm/year and 0.211 cm/year respectively. The discharge of Pemali River has ranged 14.4-48.1 m3/s. The current speed at the point IST-01 has ranged 0.001-0.1 m/s and at the station IST-02 has ranged 0.001-0.08 m/s. The hydro-oceanography condition which is volatile has a big impact on the process of sedimentation. The enhancing of river discharge has a correlation with the sedimentation rate enhancement in Pemali and Nippon estuary. The result of this study could be a basis of erosion mitigation effort in Brebes sub district

    Tidal Current Influence On Distributing Submarine Groundwater Discharge (SGD) Area In The North Lombok Waters, Indonesia [Pengaruh Arus Pasang Surut dalam Distribusi Keluaran Air Tanah Lepas Pantai (KALP) di Perairan Lombok Utara, Indonesia]

    Full text link
    Keluaran Air Tanah Lepas Pantai (KALP) telah ditemukan di utara Pulau Lombok. Fenomena ini sangat dipengaruhi oleh daerah aliran air Gunung Rinjani yang meresap dalam bentuk rembesan bawah air. Rembesan terbesar diketahui berada di Pantai Krakas. Kemunculan rembesan ini mungkin berdampak pada kualitas perairan dan polusi nutrien di sekitarnya yang mana distribusinya sangat dipicu oleh pengaruh arus pasang surut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari arus pasang surut terhadap distribusi air dingin dan menganalisis masalah lingkungan akibat dari kondisi tersebut. Arus pasang surut bergerak menuju barat daya saat kondisi pasang berkisar antara 0-0,15 cm/s, sedangkan arus pasang surut bergerak menuju timur laut pada kondisi surut berkisar antara 0-0,32 cm/s. Fluktuasi suhu mengikuti Perubahan elevasi muka air di lokasi KALP dimana nilai korelasi dari kedua parameter tersebut mencapai 63 persen. Hal ini membuktikan bahwa transpor air dingin bergantung pada fluktuasi arus pasang surut, menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, khususnya pada kondisi pasang ketika mekanisme transpor masa air yang lebih besar sedang berlangsung

    Offshore Floating Marine Fish Cage Aquaculture Development Planning Evaluation Based On Hydro-oceanography Conditions In Sabang Bay, Weh Island

    Full text link
    Sabang coastal bay becomes the area of significance where the development centered in the semi-enclosed area. Sabang Bay is well-known as the center of marine economy (Aquaculture, Harbor, and marine tourism). Recently, there is a planning initiated by Ministry of Marine Affairs and Fisheries (MMAF) to install the floating fish cage aquaculture (KJA) in the offshore area of Sabang Bay which the planning becomes a controversy between local people, local government, and researchers as well. This study aims to evaluate and discuss the impacts that will be happened if KJA is applied. Field surveys on hydro-oceanography aspects were done measuring currents, tides, waves, winds, bathymetry, water quality, as well as tourism condition. Based on those hydro-oceanography conditions, Sabang Bay categorized into calm water area where the sea current is weak (ranging from 0-0.12 m/s), whilst the high values of pH, salinity, and temperature are identified within the bay during low tidal condition. If KJA is installed within the bay, automatically it will pollute the water due to the accumulation of remaining fish feeder wastes. Moreover, within the bay, there are several attractive marine tourisms such as diving sites, the conservation area of Sophie Rickmers shipwreck site, and hot bubble (fumaroles hydrothermal vent). The presence of KJA will possibly disrupt marine tourism activities so that the implementation of KJA needs to be considered the impacts before installation
    corecore